Namun, ujian hidup yang bertubi-tubi dari Allah swt tersebut tak lantas membuat Nabi Yusuf a.s patah arang. Tak pula beliau sampai 'memprotes' Allah swt karena merasa dirinya termasuk seorang nabi dan keturunan nabi pula, namun ternyata hidup dalam penderitaan bertahun-tahun.
Kesabaran dan ketakwaannya telah membuatnya melewati setiap kesusahan hidup tersebut dengan tenang. Nabi Yusuf a.s pun berhasil menjadi penguasa Mesir yang bijak pada akhirnya.
Â
Nabi Yusuf a.s adalah satu-satunya nabi yang kisah hidupnya ditulis secara utuh dalam satu surat (surah Yusuf) di Al-Qur'an.Â
Di dalam kisah Nabi Yusuf a.s ini, Allah swt menegaskan manfaat kesabaran dan bahwa "kesenangan itu datangnya sesudah penderitaan."
Hal itu semua bisa dikatakan sangat relevan dengan keadaan pandemi saat ini. Kita mengalami keterbatasan sekaligus kesusahan dalam banyak aspek kehidupan sejak mewabahnya COVID-19.
Â
Meskipun begitu, tak layak jika kita terus-menerus bersedih dan merasa (selalu) menjadi korban. Ketegaran dan ketenangan Nabi Yusuf a.s patut kita jadikan teladan dalam menghadapi ujian dan tantangan yang tak terbayangkan.
Innallaha ma'ana (Allah swt bersama kita)
Untuk sahabat nabi, Abu Bakar Shiddiq patutlah menjadi salah satu panutan kita dalam hidup. Seorang sahabat Rasulullah saw yang dijamin masuk surga ini adalah contoh betapa "kekuasaan Allah swt melebihi segala kenikmatan dunia yang fana."
Sebelum memeluk Islam, Abu Bakar termasuk tokoh terhormat di kalangan kaum kafir Quraisy. Status sosial-ekonominya membuatnya dihormati banyak kalangan bangsawan Arab.
Bisnisnya yang sukses membuat Abu Bakar tergolong kaum hartawan. Beliau mampu membaca dan menulis, termasuk menulis syair puisi, yang merupakan keahlian langka bagi masyarakat Arab kala itu sehingga termasuk kaum terpelajar.
Semua kenikmatan hidup itu pun tergantikan dengan permusuhan dari kaum Quraisy setelah Abu Bakar memeluk Islam. Ketika itu, orang Arab terpandang yang masuk Islam otomatis dikucilkan dari pergaulan dan usahanya dibuat bangkrut.
Namun, Abu Bakar tak lantas goyah imannya. Sebaliknya, di tengah pemboikotan bisnisnya, dirinya tetap menyumbangkan harta untuk Islam, termasuk memerdekakan budak muslim yang disiksa oleh majikannya yang belum memeluk Islam.
Abu Bakar meyakini bahwa Allah swt selalu bersama orang-orang yang percaya akan pertolongan dari Yang Maha Kuasa. Bahasa populernya sekarang yaitu "Gusti Allah mboten sare (bahasa Jawa: Tuhan Yang Maha Esa tidak tidur/Allah swt Maha Mengetahui)."
Sejarah mencatat Abu Bakar sebagai sahabat yang loyalitasnya luar biasa dalam perjuangan dakwah Nabi Muhammad saw. Beliau adalah contoh seorang sahabat yang tak hanya membawa kebaikan di dunia, namun juga berkah hingga di akhirat.