Barang dekoratif
Selusin kaos kaki masih dibilang wajar. Tapi kalau hingga lebih dari 50 pasang kaos kaki? Nanti dulu.
Sebagai pecinta buku, saya mengakui memang ada kepuasan (plus kebanggaan) tersendiri ketika melihat barisan koleksi buku. Minimal terkesan intelektual gitu deh maksudnya hahaha...
Tapi, setelah berbenah, saya renungkan kembali, sayang juga ya saat deretan buku itu hanya sebatas pajangan alias barang dekoratif. Jika saya sumbangkan ke perpustakaan umum, pembacanya pasti lebih banyak.
Manfaatnya juga pasti lebih luas daripada hanya bertumpuk di tempat saya. Maka buku-buku itu pun saya salurkan ke perpustakaan masjid, kampus, dan sekolah secara langsung maupun dikirimkan via kurir logistik.
Kegiatan ini ternyata tidak hanya membuat ruangan di rumah semakin lapang, namun juga hati terasa tenang. Ekspresi bahagia penuh terima kasih dari para pustakawan yang menerima buku-buku tersebut sulit dilupakan karena begitu berkesan.
Ternyata, niat awal yang sekedar berbenah bisa membawa berkah. Salah satu julukan bulan Ramadan adalah bulan suci penuh berkah meskipun (masih) lebih sering di rumah.
Barang emosional
Kado ulang tahun, hadiah dari (mantan) orang terkasih, oleh-oleh dari luar negeri ataupun luar kota serta souvenir pernikahan termasuk kategori barang yang memiliki ikatan emosional dengan pemiliknya. Padahal dipakai juga jarang, tapi mau dibuang sayang.
Ketika berbenah barang di rumah, barang-barang emosional inilah yang kerap memperlambat kecepatan saya beres-beres. Tapi, saat ditumpuk pun tak terasa nyata manfaatnya selain mempersempit ruangan rumah.
Saya kembali menerapkan prinsip 'simpan/pakai, buang, dan donasikan.' Tas punggung dari rekan kerja sebagai kado ulang tahun saya hibahkan ke saudara sepupu karena milik saya masih bagus sedangkan dia perlu untuk bolak-balik tugas akhir di kampus.