Sebagai anak SD, jelas saya dan adik sempat merindukan suasana ngabuburit di pantai. Meskipun ada beragam tayangan kartun di sejumlah TV swasta waktu itu, kami tetap merasa ada yang kurang.
Syukur Alhamdhulillah, perumahan tempat kami tinggal di Jabodetabek ini dekat dari perkampungan warga asli yang menanam banyak pohon di sekitar rumah mereka. Ibu kemudian mengajak kami ngabuburit dengan berjalan kaki di kampung tersebut sambil membeli sejumlah takjil yang ada di sepanjang jalan.
Ternyata ngabuburit dengan melihat sejumlah pohon buah di kampung itu tak kalah serunya. Kami jadi tahu bermacam-macam bentuk pohon buah seperti nangka, mangga, belimbing, dukuh, sawo, kersen/talok, jambu air, rambutan, dan masih banyak lagi lainnya.
Saat kami berdiri agak lama sambil mengamati pepohonan tersebut, tak jarang sang pemilik pohon keluar dari rumah. Ibu lantas bercakap-cakap sebentar dengan mereka sebagai bentuk sopan santun pergaulan.
Tapi, jika belum waktunya berbuah ketika Ramadan, para warga asli kampung yang ramah tersebut biasanya memberi tahukan waktu pasti panen buahnya.Â
"Nanti ke sini lagi ya untuk nyicipin buahnya walaupun udah bukan waktunya ngabuburit," begitu pesan tulus mereka.
Selain ngabuburit dengan berjalan-jalan melihat pepohonan buah di kampung warga, saya dan adik tak jarang pula bermain ke sungai dan sawah terdekat dari masjid perumahan. Selepas sholat Ashar dan mengikuti kegiatan sanlat (pesantren kilat), anak-anak kemudian berhamburan ke alam.
Anak perempuan seringnya hanya sebatas berjalan di sepanjang pematang sawah. Sementara itu, anak laki-laki sibuk mencari ikan-ikan kecil di sungai.
Kami baru pulang dari sana ketika sudah bolak-balik diteriaki oleh bapak penjaga masjid (marbot) sekitar 30-40 menit menjelang Maghrib. Beliau sampai membawa pengeras suara (TOA/speaker) agar suaranya terdengar jelas dan lantang dari kejauhan.
Maklumlah, anak kecil itu kan kalau sudah bermain di alam terbuka sering lupa waktu saking senangnya. Saya bersyukur masih tergolong generasi 80-an yang mengalami masa kecil tanpa gawai elektronik/gadget sehingga bisa lebih sering aktif bermain fisik di luar rumah.
Semasa SMP dan SMU, ngabuburit saya lakukan dengan berjalan-jalan di dalam lingkungan perumahan saja. Namun, saya tetap sambil memperhatikan jenis tanaman dan pohon di sepanjang rumah yang saya lewati.