Ramadan tahun 2020 lalu adalah kali pertama dilewati saat pandemi. Saya masih ingat betul, pertengahan Maret 2020 menjadi waktu awal kita bekerja dan bersekolah dari rumah.
Nah, akhir April 2020 kaum muslimin sedunia menjalankan ibadah shaum Ramadan 1441 H. Tentu saja banyak penyesuaian saat Ramadan pertama kalinya di tengah pandemi setahun lalu.
Hal yang paling terasa berbeda yaitu absennya buka puasa bersama (bukber). Padahal, biasanya saat Ramadan acara bukber selalu dinanti-nanti.
Ketika itu, masyarakat khawatit keluar rumah. Pemerintah pun melarang kumpulan banyak orang di ruang publik, termasuk sholat tarawih berjama'ah di masjid.
Saya dan keluarga sempat mengalami fase ketakutan (berlebihan) setiap kali mendengar berita terbaru tentang COVID-19 di Ramadan tahun 2020 lalu. Akibatnya, kami jadi super waspada setiap kali akan keluar rumah.
Salah satu hal yang paling kami khawatirkan ketika itu adalah kelangkaan bahan pangan. Tak sedikit toko dan pasar yang menutup kegiatannya karena pembatasan kegiatan di awal pandemi melanda Indonesia.
Orang tua saya sampai cemas jika keluarga kami harus bertahan hidup dengan stok makanan seadanya. Ketakutan itu pun semakin terasa tiap kali menonton berita tentang perkembangan pandemi di seluruh dunia.
Waktu itu, berita dari Inggris dan  Australia melaporkan adanya antrian panjang di supermarket dengan adanya lockdown. Sudahlah mengantri lama, eh rak supermarket kosong pula isinya!
Bagaimana kami tidak jadi panik melihat berita itu? Pikir kami, di negara-negara maju saja sampai terjadi kelangkaan pasokan makanan selama lockdown.
Maka itulah, Ramadan tahun 2021 kali ini, kami telah belajar dari pengalaman berbelanja makanan selama menjalankan shaum ketika pandemi di tahun 2020. Ini karena kami tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama seperti Ramadan sebelumnya.