Apa yang membuat kita (tetap) bahagia? Jika harta dan tahta adalah dua hal yang segera terlintas di benak, kita tidak sendirian kok. Lihat saja, barisan foto barang terbaru maupun jabatan terkini yang dimiliki seseorang sudah jadi pemandangan harian di media sosial. Â Senyum banyak orang pun mengembang ketika berfoto liburan di tempat wisata yang sedang naik daun.
Tahun 2014, sejumlah ilmuwan dari Harvard University di Amerika Serikat menanyakan generasi milenial tentang hal apa saja yang dikejar agar hidup mereka bahagia. Â Hasilnya, 80% kaum dewasa muda tersebut menjawab uang dan 50% lainnya memilih popularitas. Â Untuk meraih keduanya, mereka rela bekerja keras bahkan hingga mengorbankan kesehatan lahir-batin.
Saat melihat ada orang yang (tampaknya) bahagia dengan materi ataupun ketenarannya, jujur saja, saya pernah membatin, wah jangan-jangan saya belum bahagia nih? Â Kan saya belum se-'sultan' alias setajir mereka. Â Para hartawan dan tokoh masyarakat tersebut kerap menunjukkan kemewahan hidup sehari-hari dengan berlimpahnya fasilitas mereka.
Seiring bertambahnya faktor "U" (baca: usia hehehe...), saya menyadari kebahagiaan itu ternyata tak melulu tentang memperoleh sesuatu untuk diri sendiri. Â Kita bahkan melihat sejumlah dermawan malah terus bertambah hartanya sekalipun berulangkali disumbangkan. Â Bahagia juga terasa ketika kita membantu orang lain dalam bentuk non-materi semisal tenaga dan waktu.Â
Saya semakin percaya bahwa saling berbagi itu membawa kebaikan dan juga kebahagiaan hidup. Â Itu karena lingkaran kebaikan dari satu orang ke orang lainnya mampu menghubungkan harapan sekaligus mewujudkan impian banyak orang. Â Maka inilah beberapa pengalaman bahagia yang pernah saya alami. Â Semoga ulasan (sederhana) berikut ini bermanfaat dan memberi inspirasi.
     Tahun 2017 akhir hingga awal 2020, saya menjadi relawan pengajar bahasa asing untuk siswa SMU dan mahasiswa yang membutuhkan.  Sejak mendaftar, menjalani tes penempatan, dan mengikuti kelas bahasa asing yang dipilih selama tiga bulan, peserta tak dipungut bayaran  (gratis). Beasiswa kursus bahasa asing ini diadakan oleh sebuah lembaga konsultan pendidikan.
     Tujuan saya bergabung dengan kegiatan relawan yang diadakan setiap akhir pekan itu yaitu berbagi ilmu yang telah saya pelajari kepada para anak muda yang kekurangan biaya untuk mengambil kursus bahasa di luar sekolah.  Padahal, kemampuan bahasa asing, terutama Bahasa Inggris kini menjadi syarat mutlak saat mendaftar sekolah maupun melamar pekerjaan.
     Sebelum pandemi Covid-19, ujian akhir beasiswa bahasa diadakan di kelas.  Namun, di bulan Maret 2020 lalu, tes terpaksa dilakukan secara jarak jauh.  Saya membatalkan ujian online karena ternyata separuh peserta ternyata tidak memiliki laptop/smartphone memadai.  Solusinya, mereka mengirimkan jawaban tes akhir via dokumen dari layanan kurir terdekat yang ada.
Syukur Alhamdhulillah, banyak murid beasiswa tersebut berhasil menembus kampus dan perusahaan favorit impian mereka. Â "Kami jadi lebih percaya diri saat tes dan wawancara dalam Bahasa Inggris setelah beasiswa bahasa ini," ungkap mereka. Â "Nanti kami juga akan menjadi relawan seperti Ms. Nisa," tambah mereka. Â Ah, bahagianya ketika kebaikan terus berkembang.Â
Kesuksesan dan niat baik mereka membuat saya tambah yakin bahwa ilmu yang dibagi terus mengalir manfaatnya sekaligus membahagiakan penerimanya. Â Maka, kita layak mengapresiasi JNE bersama Ruang Guru yang menyumbang internet dan komputer gratis untuk anak yatim piatu yang belajar selama pandemi. Â Mereka pasti bersyukur saat menerimanya.
     Hadirnya internet jelas membawa berkah bagi pemilik usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan berjualan online.  Cukup bermodal laptop/smartphone dan jaringan internet, siapapun bisa menjual ataupun membeli barang via marketplace dan media sosial.  Langkah selanjutnya yaitu mengirimkan barang melalui layanan kurir yang cepat, tepat, dan hemat.
     Saya sekeluarga rutin memilih JNE sebagai kurir saat berbelanja online maupun mengirimkan paket.  Saat adik saya ditugaskan mengajar di suatu SMP di desa di pedalaman Nunukan-Kalimantan Timur pada tahun 2014-2015, orang tua saya sering mengirimkan paket untuknya via JNE, terutama makanan kering yang tahan lama.  Semuanya sampai dengan utuh.
     Ketika ada saudara dan teman yang bertanya tentang pilihan kurir saat akan berjualan online pertama kali, saya menyarankan JNE sebagai prioritas pertama karena komitmen JNE dalam mengembangkan UMKM.  Pelaku UMKM pastinya terbantu dengan fitur JNE Cashless yaitu fasilitas bagi penjual (seller) untuk mengirimkan barang ke konsumen secara otomatis.
Bapak penjual kurma itu lalu menjual kurmanya secara online. Â Namun, keterbatasan dana kas tokonya membuatnya sulit untuk berulangkali mengirim barang secara tunai. Â "Pakai JNE Cashless melalui marketplace saja, Pak," saran saya saat ke tokonya. Beliau pun lalu mendonasikan Rp. 10.000,- ke panti asuhan dan jompo untuk setiap pembelian 1 kg kurmanya.
Saya turut menyebarkan link toko online milik beliau via grup WA. Â Donasi pun diperluas hingga luar kota seusai Idul Fitri. Kini, kurmanya semakin laris, bahkan melebihi sebelum pandemi. Â "Syukurlah, Covid-19 tak membuat saya terpaksa mengurangi pegawai," ungkapnya lega. Â Hati saya pun bahagia melihat lancarnya bisnisnya bisa membuka rezeki bagi banyak orang.
     Santunan identik dengan uang.  Tapi, kita juga tetap bisa lho menyantuni berupa barang, ilmu, tenaga, dan waktu. Pihak yang disantuni pun bukan hanya manusia, tapi juga mahluk hidup lainnya.  Covid-19 ini telah membebani hidup manusia sekaligus hewan.  Sedih jadinya saat melihat binatang peliharaan yang dibuang pemiliknya karena kesulitan ekonomi sejak pandemi.Â
 'Anabul (anak bulu)' menggemaskan itu, terutama anjing dan kucing, lalu terlunta-lunta di jalan.  Ingatlah selalu, anabul termasuk mahluk hidup ciptaan Ilahi.  Santunan kita membuat mereka hidup layak sekaligus membahagiakan manusia.  Contohnya anjing penunjuk jalan (guide dogs) bagi tuna netra, therapy dogs di RS, anjing pelacak di daerah bencana, dan sebagainya.Â
Maka, hadirnya rumah penampungan (shelter) bagi hewan terlantar patut didukung operasionalnya. Â Shelter hewan tersebut banyak yang kreatif dalam mencari dana, termasuk menjual barang (merchandise), masker, dan hand sanitizer sejak pandemi via toko online. Saat membeli kalender 2021 dari sebuah shelter hewan, saya tentu memilih JNE sebagai kurirnya.
"Keberkahan JNE selama 30 tahun tak lepas dari do'a dan dukungan dari banyak pihak, terutama anak yatim, fakir miskin, dan kaum dhu'afa lainnya yang rutin kami santuni," tutur Presiden Direktur JNE, M. Feriadi Soeprapto. Â Per Desember 2020, JNE telah menggratiskan pengiriman 100 ton untuk penanganan Covid-19 ke 865 RS, 450 Puskesmas, dan 1135 lembaga. Â Â
 Semoga niat dan perbuatan baik kita bersama, termasuk oleh JNE, bisa menjadi motivasi untuk diikuti masyarakat luas. Saya senang dengan bertambahnya foodbank di Indonesia yang menyalurkan bantuan pangan dan non-pangan.  Salah satunya yaitu Foodbank of Indonesia (FOI) yang turut menjadi mitra JNE dalam penyaluran bantuan penanganan pandemi Covid-19.
Yakinlah, satu kebaikan yang dimulai seseorang dan menyebar ke sekitarnya dapat mengantarkan kebahagiaan ke sebuah bangsa dan negara, bahkan ke seluruh dunia. Â Yuk terus terhubung dalam perjalanan untuk mewujudkan impian kita semua. Â Salam bahagia bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H