Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mari Ajari Buah Hati Berbagi dan Peduli Sejak Dini

23 Desember 2020   10:58 Diperbarui: 23 Desember 2020   11:27 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yuk biasakan berbagi dan peduli sejak usia balita hingga lansia nantinya (Foto: www.globalgiving.org)

Pasti kita sering mendapati di kehidupan sehari-hari, ada orang yang mudah berbagi kepada sesamanya.  Namun, banyak pula, orang yang sulit berbagi kepada orang lain, bahkan untuk hal paling sederhana sekalipun. 

Contoh nyatanya adalah dalam kendaraan umum.  Meskipun orang tua, ibu hamil dan menyusui, serta anak bayi dan balita memiliki prioritas utama untuk menempati tempat duduk di bis atau kereta, masih saja ada orang yang tak rela berbagi tempat duduknya kepada mereka.

Kebiasaan berbagi dan peduli memang sekilas terlihat sederhana.  Pikir orang-orang yang biasa berbagi, "Apa susahnya berbagi? Toh, memang sudah seharusnya bagi seorang manusia untuk berbagi dengan sesamanya maupun lingkungan sekitarnya." Tapi, bisa jadi, lain lagi pendapat seseorang yang tak (biasa) berbagi.  "Buat apa sih berbagi? Kalau bisa dihabiskan atau dipakai sendiri, kenapa harus dibagi?"

Alah biasa karena biasa.  Begitu pula dengan kebiasaan berbagi.  Sama halnya dengan kebiasaan (baik) lainnya yang ditanamkan orang tua terhadap anak, semakin dini seorang anak diajari untuk peduli, semakin mudah dirinya berbagi. 

Saat anak belum bersekolah dan masih lebih banyak di rumah, pengaruh orang tua adalah yang paling utama dan satu-satunya.  Lain ceritanya ketika anak sudah masuk sekolah, apalagi ketika memasuki masa remaja yang memiliki pengaruh kuat dari temannya.

Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung sejak Maret 2020 ini semakin menyadarkan kita tentang pentingnya kepedulian untuk berbagi.  Krisis kesehatan yang awalnya mendera beberapa negara berujung pada krisis ekonomi bagi sebagian besar orang di (hampir) seluruh dunia. 

Sepinya perjalanan membuat industri pariwisata ambruk di tahun 2020.  Tak hanya maskapai penerbangan global dan jaringan hotel besar yang merugi karena lockdown, pengusaha UMKM di daerah wisata pun turut merasakan merosotnya omzet penjualan sejak berkurangnya jumlah wisatawan.

Kebiasaan bekerja dan bersekolah dari rumah (work from home/WFH) turut berimbas pada para pekerja informal di gedung perkantoran dan juga sekolah.  Tak sedikit perusahaan dan institusi pendidikan yang (terpaksa) memberlakukan pemutusan hubungan kerja/PHK karena efisiensi biaya pemeliharaan gedung yang tak lagi seramai sebelum terjadinya pandemi Covid-19.  Pedagang UMKM, terutama kuliner, di sekitar lokasi perkantoran dan sekolah juga mengalami penurunan pembeli sejak adanya WFH.   

Maka itulah, berbagi kepada sesama dan lingkungan sekitarnya menjadi tanggung jawab utama dari orang tua dan keluarga.  Action speaks louder than words.  Teladan lebih mengena daripada kata-kata. 

Saat orang tua hanya menasihati buah hatinya tanpa mencontohkan secara nyata tindakan berbagi, bisa dipastikan perkataan orang tua itu sekedar masuk telinga kanan lalu keluar telinga kiri. Agar anak sudah terbiasa berbagi sejak kanak-kanak, maka ini beberapa ide unik yang bisa dicoba:

Berbagi makanan saat acara makan bersama keluarga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun