Menurut Ibu, kebaikan dan kepintaran saja belum cukup untuk bekal hidup bermasyarakat sehari-hari. Seseorang juga harus berbudaya sepanjang hidupnya agar tercipta kerja sama yang harmonis antar individu dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau (tepatnya 16 ribu pulau menurut data BPS tahun 2017) dan suku serta bahasa daerah jelas memiliki budaya yang beragam. Namun, semuanya telah berpayung satu nasionalisme yaitu NKRI berlandaskan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
Ibu berpesan tiap kali akan bepergian, “Lain padang, lain belalang. Di mana bumi dipijak, di situ adat dijunjung.” Setiap daerah memiliki peraturannya masing-masing. Sebagai pendatang, kita harus mengetahui dan menghormatinya untuk lancarnya sosialisasi dengan tuan rumah.
Adaptasi kerja dan sekolah di rumah (work from home/WFH) juga terbukti menuntut hadirnya estetika yaitu kepekaan terhadap seni dan keindahan. Contohnya yaitu kita tetap berbusana rapi dan sopan selama beraktifitas profesional dalam jaringan (online) dari rumah.
Ibu acapkali mengingatkan saya untuk tak asal berbusana sekalipun mengajar kuliah online. “Usahakan sering memakai batik sebagai ciri khas Indonesia,” saran Ibu. Perbedaan waktu Indonesia di bagian Barat (WIB), Tengah (WITA), dan Timur (WIT) juga diperhatikan.
Beliau meminta saya memulai dan mengakhiri kuliah tepat waktu. Begitu pula dengan bertoleransi saat ada mahasiswa yang izin keluar kuliah online lebih cepat, contohnya untuk beribadah sholat Jum’at bagi yang berlokasi di WITA dan WIT karena lebih awal daripada di WIB.
Pendidikan karakter yang benar tidak sebatas mengasah intelektual maupun spiritual (kejiwaan) semata, namun juga fisik (kesehatan) jasmani seseorang. Tubuh yang sehat mendukung keberlangsungan pendidikan karakter sepanjang hayat (long life education).
Di luar negeri, sudah banyak penelitian yang mendapati para siswa yang rutin berolahraga cenderung terhindar dari kasus perundungan (bullying), baik sebagai pelaku maupun korban. Di Indonesia, riset serupa sangat layak dilakukan untuk menekan kasus kekerasan pada pelajar.
Ketika muda, Ibu aktif berolahraga di sekolahnya, terutama voli. Selain itu, beliau juga menggemari renang dan bulutangkis. Manfaatnya yaitu tulang Ibu masih kuat (tidak rapuh) di usia pensiunnya. Kini, jenis olahraga beliau beralih ke jalan kaki sebanyak 3-4 kali per pekan.