Ramadan dan Idul Fitri tahun 2020 ini pemerintah resmi melarang mudik secara fisik. Gantinya, masyarakat dapat melakukan mudik online atau digital. Saat hari raya nanti, bermaaf-maafan tetap bisa dilakukan meskipun saling berjauhan.
Memang mudik via dunia maya tidak bisa menyamai mudik via tatap muka nyata. Sekalipun demikian, mudik digital sama pentingnya di saat pandemi COVID-19 sekarang. Tak ada rotan akar pun jadi, tak bisa mudik, video meeting jadi obatnya.
Layaknya mudik offline, sebelum menjalani mudik online jelas ada persiapannya. Ini semua agar proses lancar dan tujuan mudik tercapai. Berikut ini 3 (tiga) hal yang harus diperhatikan untuk mudik digital yang optimal.
1. Laptop dan internet
Mudik online akan lebih maksimal dengan video meeting via laptop. Â Layarnya yang lebih lebar daripada smartphone mendukung satu keluarga untuk berkomunikasi dengan banyak orang dalam satu waktu sekaligus. Laptop juga bisa disambungkan ke layar proyektor (infocus) agar tampilannya semakin jelas.
Selain layar, kualitas speaker pada laptop juga lebih sesuai untuk video call antara keluarga besar. Speaker tambahan pada laptop juga lebih cocok saat laptop tersambung ke proyektor. Namun, jika hanya berbicara dengan 1-2 orang, komunikasi via handphone tak mengapa.
Setelah laptop dan mobile phone, pastikan pula kecukupan kuota data internet Anda untuk mengakses aplikasi percakapan. Kan enggak enak juga ya jika sambungan teleconference kita putus sambung. Tambah lebih ndak sopan lagi kalau koneksi aplikasinya on-off saat sedang bicara dengan para sesepuh.
Untuk aplikasi percakapan tak berbayar, kita bisa memilih WhatsApp/WA (video call), Zoom (conference call/online meeting), Google Meet (teleconference), dan Skype (chatting). WA menjadi aplikasi terpopuler karena hampir semua memilikinya namun jumlah orang yang bisa berpartisipasi dalam 1 satu kali panggilan maksimal hanya 8 orang. Zoom, Google Meet, dan Skype memfasilitasi 16 - 100 orang dalam sekali panggilan.
2. Koordinasi anggota keluarga
Mirip dengan mudik offline, mudik online juga memerlukan jadwal silaturahmi. Contohnya, setelah sholat Idul Fitri, tentunya orang tua yang pertama kali dihubungi. Lalu, menyusul Pakde, Bude, Uwak, Paman, Bibi, dan seterusnya.
Alokasikan juga waktu yang seimbang antara tiap anggota keluarga ketika berbicara. Ini untuk menghindari dominasi satu orang yang memang doyan ngobrol sehingga susah berhenti. Idealnya ada seseorang yang bertugas untuk mengingatkan anggota keluarga lainnya bahwa giliran bicaranya sudah selesai.
Koordinasi ini juga mencakup kesiapan keluarga saat hendak memulai percakapan. Sebagai penelepon, usahakan seluruh anggota keluarga sudah rapi menanti giliran bicara di depan laptop. Begitu pula dengan pihak keluarga yang menerima telepon sehingga waktu tak terbuang percuma jika masih saling tunggu menunggu semuanya sampai siap.
Durasi telepon ke setiap keluarga juga harus diperhitungkan. Waktu yang proporsional per keluarga yaitu 20 - 40 menit. Saat terlalu sebentar maupun terlalu lama menelepon, maka akan terasa tidak sopan sekaligus tak nyaman.
3. Isi percakapan digital
Saat mudik yang bersifat kopi darat, setelah bermaaf-maafan, umumnya kita akan saling menanyakan kabar masing-masing. Hal serupa juga bisa dipraktekkan  ketika mudik online. Katakan pula, kita berharap Lebaran tahun depan bisa berkumpul kembali di kampung halaman.
Topik percakapan saat mudik online juga harus diperhatikan. Hindari bertanya tentang kondisi pekerjaan maupun bisnis selama pandemi COVID-19 ini. Hal ini untuk menjaga perasaan anggota keluarga yang mungkin mengalami PHK dari perusahaan maupun bisnis yang merugi.
Isi komunikasi seputar situasi Ramadan dan Lebaran di daerah masing-masing termasuk topik yang aman. Bisa juga berbagi suka duka selama belajar dan bekerja di rumah saja sejak pertengahan Maret lalu. Pertanyaan tentang kondisi terbaru kasus COVID-19 di domisili masing-masing pun masih wajar temanya.
Singkatnya, hal-hal yang tak etis dibicarakan saat bertemu selama mudik offline juga berlaku ketika mudik digital. Tentunya kita berharap percakapan ketika mudik offline maupun online dapat menjadi ajang melepas kerinduan yang telah lama dinantikan. Maka itulah, isi komunikasi antar keluarga juga harus mendukung hal tersebut.
Mudik sejatinya adalah momentum silaturahmi di hari yang fitri. Jika raga terpaksa tak bersua dahulu, maka suaralah yang menjadi penyambung keakraban dari kejauhan. Selama dipersiapkan dengan seksama, mudik digital pun akan membawa bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H