Durasi telepon ke setiap keluarga juga harus diperhitungkan. Waktu yang proporsional per keluarga yaitu 20 - 40 menit. Saat terlalu sebentar maupun terlalu lama menelepon, maka akan terasa tidak sopan sekaligus tak nyaman.
3. Isi percakapan digital
Saat mudik yang bersifat kopi darat, setelah bermaaf-maafan, umumnya kita akan saling menanyakan kabar masing-masing. Hal serupa juga bisa dipraktekkan  ketika mudik online. Katakan pula, kita berharap Lebaran tahun depan bisa berkumpul kembali di kampung halaman.
Topik percakapan saat mudik online juga harus diperhatikan. Hindari bertanya tentang kondisi pekerjaan maupun bisnis selama pandemi COVID-19 ini. Hal ini untuk menjaga perasaan anggota keluarga yang mungkin mengalami PHK dari perusahaan maupun bisnis yang merugi.
Isi komunikasi seputar situasi Ramadan dan Lebaran di daerah masing-masing termasuk topik yang aman. Bisa juga berbagi suka duka selama belajar dan bekerja di rumah saja sejak pertengahan Maret lalu. Pertanyaan tentang kondisi terbaru kasus COVID-19 di domisili masing-masing pun masih wajar temanya.
Singkatnya, hal-hal yang tak etis dibicarakan saat bertemu selama mudik offline juga berlaku ketika mudik digital. Tentunya kita berharap percakapan ketika mudik offline maupun online dapat menjadi ajang melepas kerinduan yang telah lama dinantikan. Maka itulah, isi komunikasi antar keluarga juga harus mendukung hal tersebut.
Mudik sejatinya adalah momentum silaturahmi di hari yang fitri. Jika raga terpaksa tak bersua dahulu, maka suaralah yang menjadi penyambung keakraban dari kejauhan. Selama dipersiapkan dengan seksama, mudik digital pun akan membawa bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H