Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

"Extreme Job", Film Terlaris tentang Efektifnya Solidaritas saat Krisis

9 Mei 2020   23:57 Diperbarui: 9 Mei 2020   23:55 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Extreme Job - koreanfilm.co.uk

Coba Anda bayangkan. Tim kerja Anda akan dibubarkan perusahaan karena (dianggap) tak menguntungkan. Apakah Anda langsung bubar jalan? Atau malah bertahan demi kesetiakawanan?

"Extreme Job" menggambarkan dengan apik tentang solidaritas kerja yang (sepertinya) kini semakin langka.  Film bergenre komedi aksi dari Korea Selatan ini dirilis tahun 2019.

Film ini disutradarai oleh Lee Byeong Hun, yang juga sutradara beberapa film komedi populer seperti Sunny (2011), Twenty (2015), Love Forecast (2015), dan What a Man Wants (2018). Per Mei 2019, Extreme Job mencetak rekor sebagai film terlaris kedua sepanjang masa di Korea Selatan.

Cerita berfokus pada tim anti narkoba yang dipimpin Kapten senior Go (Ryu Seung Ryong) dan beranggotakan empat detektif dengan karakter yang unik. Mereka berlima telah lama menyelidiki peredaran narkoba yang dijalankan kartel internasional, Moo Bae (Shin Ha Kyun).

Sayangnya, investigasi Kapten Go bersama detektif wanita satu-satunya di tim itu yaitu Jang (Lee Hanee), Young Ho (Lee Dong Hwi), Ma (Jin Seon Kyu), Jae Hoon (Gong Myung) itu terus menemui jalan buntu. Pengejaran informan narkoba yang mereka lakukan gagal total bahkan hingga viral di media sosial karena menimbulkan tabrakan beruntun di jalan.

Kapten Go dan timnya diberi kesempatan terakhir oleh atasannya untuk menangkap gembong narkoba tersebut.  Jika gagal kembali, otomatis tim mereka dibubarkan.

Di sinilah, solidaritas kerja tim tersebut terus diuji.  Para detektif yang termasuk anggota tim Kapten Ko tahu bahwa peluang keberhasilan mereka kecil karena bos mereka telah terkenal berulangkali gagal dalam misi rahasia penangkapan.

Situasi tambah memanas setelah seorang junior Kapten Ko dengan tim detektif yang berbeda malah berhasil mendapatkan info penting tentang kartel narkoba tersebut. Kapten Ko sadar betul, dirinya tak secakap juniornya tersebut dan itu berpotensi besar mengacaukan jenjang karir timnya.

Masalah Kapten Ko berupa tertinggal pangkat dari juniornya dan tertekan oleh atasannya yang kapanpun siap membubarkan timnya ternyata masih ditambah lagi. Restoran ayam tempat timnya selama ini mengintai gedung milik gembong narkoba akan dijual setelah jatuh bangkrut karena sepi pengunjung.

Frustasi dengan masalah yang bertubi-tubi, Kapten Ko memutuskan untuk menyerah saja. Namun, timnya tetap bersemangat dan tak rela jika kapten mereka hingga akhir masa pensiun nanti, karirnya mentok hanya sebagai kapten.

Singkat cerita, Kapten Ko membeli restoran ayam tersebut dengan tabungan pensiunnya tanpa sepengetahuan sang istri. Keempat anggota timnya pun berperan sebagai pegawai di restoran ayam tersebut dengan kemampuan memasak mereka berlima yang nol besar.

Meskipun dikemas secara kocak, pesan solidaritas dan kerja keras Kapten Ko bersama timnya dapat tersampaikan dengan jelas melalui film yang berdurasi 111 menit ini.  Saat melayani pembeli di restoran sekaligus memantau pergerakan anggota kartel narkoba, kelimanya harus sama-sama bekerja keras tanpa memandang hirarki pangkat di kepolisian.

Saat sudah membeli restoran ayam tersebut, masalah pun ternyata belum berakhir. Mulai dari promosi negatif oleh media TV terhadap restoran ayam itu setelah laris manis, gembong narkoba malah pindah gedung, hingga isteri Kapten Go memintanya mundur dari polisi karena tak melihat adanya (peluang) kemajuan karir suaminya setelah puluhan tahun.

Tak ingin mandeknya karirnya sebagai polisi juga menghambat karir keempat anggota timnya, sang kapten pun memutuskan untuk menyerah. Di benaknya sebagai atasan, dirinya tak boleh egois dengan tetap mempertahankan tim detektif yang tak bermasa depan cerah tersebut.

Kebesaran hati Kapten Ko malah semakin menguatkan solidaritas dari keempat anak buahnya.  Bagi keempat detektif junior tersebut, tim kerja lebih dari sebatas alat untuk menangkap penjahat ataupun hanya promosi karir, namun juga memiliki kesamaan tujuan sebagai kawan dalam menegakkan kebenaran.

Lalu, bagaimana jalan cerita selanjutnya dari film yang humoris sekaligus humanis tersebut? Mampukah tim Kapten Ko menggulung anggota sindikat narkoba?

Artikel ini jelas tidak mengandung spoiler. Jadi, silakan saksikan langsung film tersebut hingga akhir tentang kekuatan solidaritas dan kerja keras dalam rangka membalikkan keadaan, sesulit apapun itu.

Konteks film "Extreme Job" ini semakin terasa relevansinya dengan kondisi ekonomi selama pandemi ini.  Satu per satu perusahaan rontok karena minim atau bahkan tidak berproduksi sama sekali sejak mewabahnya virus Corona.

Saat inilah, solidaritas kerja antara perusahaan dan karyawan dipertaruhkan. Merumahkan karyawan, bukan berupa work from home, (seolah) menjadi pilihan yang menguntungkan bagi para atasan karena dapat menekan biaya penggajian.

Namun, apakah kesetiaan dan kontribusi karyawan selama ini tidak diperhitungkan perusahaan? Sebelum COVID-19 tiba, kemajuan dan keuntungan perusahaan jelas tak terlepas dari peran (seluruh) karyawan, dari office boy hingga CEO.

Jangan sampai pepatah "Habis manis, sepah dibuang" ini terus terjadi pada banyak staf perusahaan selama pandemi menghampiri. Percayalah dan selalu yakinlah bahwa solidaritas dan kerja keras (serta doa) dari semua pihak mampu menumpas masalah hingga tuntas.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun