Saat menerima sumbangan masker kain dan hand sanitizer tersebut, si ibu bidan tersebut wajahnya langsung merona bahagia. Â Menurutnya, dirinya pasti bertambah senang ketika melihat wajah bahagia para pasiennya dan suami mereka saat menerima sumbangan itu.
Dampak pandemi ini memang tak pandang bulu. Siapapun bisa kena getahnya, dari orang biasa hingga calon raja dari keluarga kerajaan Eropa.
Pangeran Charles, putra mahkota dari Inggris, dan Pangeran Albert dari Monako tercatat sebagai dua tokoh dunia yang mengalami gejala COVID-19. Keduanya bahkan sampai melakukan isolasi diri selama 14 hari dan cuti dari tugas negara.
Tentu saja, saat kedua pangeran dari Eropa itu untuk sementara tak mengerjakan tugas-tugas kerajaan dan kenegaraan karena Corona, mereka takkan sampai (cemas) kehilangan pendapatan. Â Cerita yang kontras jelas dialami oleh orang biasa yang kehilangan sumber pemasukan dan keuangan sehari-hari karena pandemi ini.
Contohnya yaitu para dai dan guru agama di kampung-kampung yang tak lagi bisa mengisi pengajian di masjid dan madrasah (sekolah) sejak pemberlakuan PSBB. Undangan ceramah dari rumah ke rumah ataupun dari sejumlah perusahaan saat Ramadan juga tak ada karena Corona.
Padahal, banyak pula dari para ustadz/ustadzah dan kyai di daerah tersebut yang mengasuh anak yatim. Â Ketika mereka mengalami kesulitan biaya hidup dengan alpanya insentif ceramah dan pengajian, para anak yatim itu juga menanggung dampaknya.
Maka, saat seorang senior yang berprofesi sebagai notaris mengajak adik-adik kelasnya untuk berdonasi bagi para alim ulama di daerah-daerah tersebut, kami pun langsung berpartisipasi. Daerah yang masih bisa dijangkau, langsung didatangi para donatur untuk menyerahkan bantuan.
Adapun daerah yang jauh, bantuan uang ditransfer dan sembako Ramadan dikirim melalui jasa pengiriman paket. Selain menyumbangkan materi, ada pula yang tergerak hatinya untuk menjadi orang tua asuh bagi para anak yatim tersebut.
Bantuan yang diberikan kepada sejumlah anak yatim itu terutama untuk beasiswa pendidikan. Harapan para donatur yaitu mereka tidak sampai putus sekolah dengan adanya efek pandemi saat ini.
Bagi anak yatim, ketiadaan orang tua kandung mereka jelas menimbulkan ketidakbahagiaan yang berkepanjangan. Di sisi lain, adanya pendidikan yang memadai dapat membuat mereka dapat terus melanjutkan hidup dan tumbuh dewasa secara mapan.
Pendidikan dan kebahagiaan jelas saling erat berkaitan. Saat seseorang memiliki pendidikan yang berkecukupan, peluangnya untuk hidup dengan layak akan semakin besar dan berujung pada kebahagiaan individu sekaligus keluarga.