Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Nasib Harga Pangan saat Pandemi Selama Ramadan

29 April 2020   14:14 Diperbarui: 29 April 2020   14:21 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harga bahan pangan selalu fluktuatif selama Ramadan, terlebih di saat pandemi seperti ini (Dokpri)

Meskipun umumnya harga bahan pangan semakin mahal saat Ramadan, ada pula harga pangan yang malah turun.  Ibu saya lumayan kaget dengan murahnya harga cabai saat berbelanja ke beberapa tukang sayur di sekitar rumah sejak Ramadan.

Menurut para penjual sayur itu, pasokan cabai sejak pertengahan April ini terus bertambah. Wajar saja saat harga cabai menjadi murah karena stoknya melebihi permintaan saat ini. Bagi penggemar masakan pedas, ini berita gembira pastinya. Bisa lebih sering makan sambal!

Tingginya konsumsi pangan tertentu saat Ramadan tak pelak membuat harganya melambung.  Sebut saja gula pasir. Sebelum Ramadan, harganya sudah tinggi karena persediannya terbatas. Masuk Ramadan, harga gula pun tetap tinggi karena konsumsi takjil shaum yang manis.

Pengalaman menarik juga saya jumpai saat ingin membeli kulit lumpia goreng di pasar. Harganya naik 2x lipat dari sebelum Ramadan. Padahal kulit lumpia bukan termasuk bahan pangan pokok (sembako) ataupun bumbu dapur seperti bawang.

Tapi, tidak dapat dipungkiri, makanan gorengan, salah satunya lumpian masih menjadi menu favorit berbuka. Maka, harga bahan mentah maupun gorengan yang sudah matang pun jadi meningkat ketika dijual selama Ramadan.


Harga rempah-rempah dan bahan jamu tradisional juga masih tinggi selama Ramadan di kala pandemi ini. Jahe, kunyit, kencur, temulawak, sereh, dan teman-temannya terus bertambah peminatnya untuk menjaga stamina tubuh saat menjalankan ibadah shaum Ramadan.

Di tengah ketidakpastian produksi dan pasokan bahan pangan saat ini, masyarakat tentunya berharap harga pangan bisa tetap terjaga kestabilannya. Jika terlalu mahal, maka akan merugikan konsumen. Sebaliknya, jika terlalu murah, produsen dan penjual yang gigit jari.

Sekalipun buka bersama pada Ramadan 2020 ini (lebih) banyak dilakukan di rumah bersama keluarga masing-masing, menu spesial dan khas Ramadan akan sulit dilewatkan. Begitu pula dengan menu Idul Fitri nanti.  Harga ayam dan daging sangat berpotensi meroket mendekati akhir Ramadan walaupun tidak ada open house.

Memang tidak ada yang pasti dengan harga pangan belakangan ini. Akan tetapi, Ramadan mengajarkan kita untuk tidak berlebih-lebihan dalam mengonsumsi apapun.

Meskipun stok pangan melimpah,  namun pangan tersebut tentunya harus dibagi rata untuk konsumsi saat ini dan cadangan di masa depan. Terlebih saat musim kemarau setelah Idul Fitri di akhir Mei nanti, resiko gagal panen cenderung meningkat.

Saat proses produksi petani, alur distribusi pangan, dan pola konsumsi masyarakat bisa seimbang, maka harga pangan pun akan lebih menguntungkan bagi semuanya.  Kutipan bijak bahwa "seseorang makan untuk hidup dan bukannya hidup untuk makan" saat tepat momentumnya di Ramadan 2020 ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun