Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Harapan Terbesar Selama Ramadan 2020 di Rumah

27 April 2020   06:28 Diperbarui: 27 April 2020   06:45 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadan 2020 ini terasa berbeda karena beribadah di rumah saja selama pandemi corona (Dokpri)


Marhaban ya Ramadan 1441 H. Kaum muslimin di seluruh dunia menjalankan shaum/puasa wajib mulai Jum'at 24 April 2020 lalu. Namun, jelas ada yang berbeda pada Ramadan tahun ini.

Kegiatan yang paling saya rindukan tiap Ramadan yaitu menghadiri kajian Islami di mesjid sambil menunggu waktu berbuka. Seusai menyantap takjil, sholat maghrib berjamaah dilakukan sebelum dilanjutkan dengan sholat tarawih.

Pandemi COVID-19 mengubah (hampir) semua kegiatan keseharian, termasuk saat Ramadan tahun ini. Mesjid yang biasanya selalu ramai dengan kegiatan Ramadan terpaksa dialihkan dengan beribadah di rumah masing-masing.

Selain absennya ibadah di masjid selama Ramadan ini, buka bersama (bukber) juga harus dihentikan sementara.  Selain ajang silaturahmi, bakti sosial seperti santunan anak yatim kerap dilakukan saat bukber.

Sejatinya, Ramadan bukan hanya ibadah individual berupa shaum dan sholat. Ramadan juga menjadi bulan ibadah sosial dengan adanya zakat fitrah sampai sebelum Idul Fitri. Tapi, kondisi pandemi saat ini membuat banyak orang tak memungkinkan untuk bekerja dan berusaha seperti sebelumnya yang berujung pada berkurangnya penghasilan.

Bagi seseorang yang memiliki penghasilan  bulanan, bekerja dari rumah selama Ramadan termasuk "blessing in disguise (berkah yang tersembunyi)." Minimal biaya transport ke tempat kerja bisa dihemat, tak terkecuali tenaga dan waktu yang bisa dimanfaatkan untuk (memperbanyak) ibadah di rumah saat Ramadan.

Namun, saya tak memungkiri bahwa Ramadan di rumah saja kali ini juga membawa konsekuensi yang harus disiasati dengan hati-hati.  Hal pertama dan terutama yang harus dicermati adalah "luangnya waktu selama di rumah."

Jika tidak diprioritaskan untuk ibadah, maka seseorang, saya pun tak luput dari ini, akan cenderung merasa waktu 1 hari di rumah itu (sangat) panjang. Eh, tiba-tiba Ramadan sudah hampir berlalu sedangkan ibadah masih belum apa-apa.  Contohnya, banyak ayat-ayat Al-Qur'an yang belum dibaca.

Padahal, setiap ibadah yang dilakukan selama Ramadan akan dilipatgandakan pahalanya. Untuk itulah, Ramadan 2020 ini saya memiliki harapan dan target untuk menyelesaikan bacaan Al-Qur'an (khatam Al-Qur'an) minimal 2x dalam sebulan. Waktu yang tadinya terpakai untuk pulang-pergi ke tempat mengajar kini bisa dioptimalkan dengan membaca Al-Qur'an setelah 1 bulan ini proses perkuliahan dilakukan secara online.

Selain bijak memanfaatkan waktu, saya juga berharap dapat menyisihkan dana (lebih) untuk zakat, infaq, dan shadaqah/ZIS di Ramadan 2020 ini. Ramadan sebelumnya, dana yang ada tersedot untuk ongkos mudik, baju baru, dan tak ketinggalan tentunya kue-kue Lebaran.

Hikmah adanya larangan mudik tahun ini membuat dana tersebut bisa lebih banyak dialokasikan untuk beramal. Di luar zakat fitrah yang memang termasuk kewajiban setiap muslim yang mampu saat Ramadan, infaq dan shadaqah sangat bermanfaat bagi orang-orang yang terkena dampak ekonomi dari pandemi seperti terkena PHK maupun pekerja sektor informal yang mengandalkan pemasukan harian.

Di sekitar kampus tempat saya mengajar, para pedagang harian, khususnya penjual makanan, merasakan omzet penjualannya menurun drastis sejak kuliah dan sekolah dilakukan secara online. Selain kampus, sekolah dasar dan menengah di sekitarnya juga sudah menerapkan online learning sejak 16 Maret 2020 lalu.

Atas inisiatif para dosen dan mahasiswa, donasi pun dilakukan untuk menyumbangkan uang tunai dan sembako bagi para pedagang tersebut di awal Ramadan ini. Meskipun jumlahnya tak seberapa, para pedagang tersebut sangat bersyukur dan berterima kasih dengan pemberian dari donatur di kampus dan sekitarnya.

Sebelum pandemi saat ini, saya sering menganggap kemudahan beraktifitas di luar rumah adalah hal yang wajar dan seharusnya. Tubuh sehat pun biasa saja dan (seolah) bukan hal yang istimewa.

Contohnya, dulu kita menganggap sholat tarawih di masjid selama Ramadan adalah sebuah kebiasaan tahunan. Tak heran, ada saja yang tak semangat tarawih di masjid.

Namun, Ramadan 1441 Hijriah/April-Mei 2020 di tengah mewabahnya COVID-19 ini kembali menyadarkan saya.  Sekecil apapun nikmat dari ALLAH swt, saat dicabut - meskipun untuk sementara - maka dampaknya akan luar biasa.

Siapa sangka, Ramadan 2020 ini, tarawih di masjid harus dihentikan dulu. Tambahkan pula ibadah dengan berdiam diri di masjid selama 10 hari terakhir Ramadan (i'tikaf) yang pahalanya berlipat ganda tersebut terpaksa harus ditinggalkan sementara.

Mungkin itu bentuk teguran ALLAH swt kepada para hamba-Nya yang malah lebih sibuk ke mall untuk mencari baju baru setelah THR cair dan terkadang lupa dengan beramal materi maupun ibadah di masjid. 10 hari terakhir Ramadan adalah waktu di mana pahala ibadah lebih besar nilainya.

Ironisnya, banyak manusia yang malah melalaikan diri dengan kesibukan duniawi, tak terkecuali persiapan mudik. Tiadanya mudik tahun ini sepertinya menyadarkan kita tentang hakikat sejati silaturahmi. Toh, jika tak bisa (apalagi memang tak ada dana) untuk mudik, silaturahmi via alat komunikasi pun tak mengurangi sucinya permohonan maaf saat Idul Fitri.

Maka itulah, senantiasa bersyukur dalam kondisi pandemi sekarang dan selalu berusaha berbagi kepada sesama, sesederhana apapun bentuknya, menjadi harapan terbesar saya selama Ramadan 2020 ini.  Semoga harapan tersebut konsisten menjadi kebiasaan harian saya ke depan, bahkan setelah Ramadan 2020 ini berakhir, Aamiin YRA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun