Siapa tak kenal antibiotik? Â Obat-obatan ini telah lama dikenal di masyarakat luas. Â Tapi, tahukah Anda bahwa antibiotik itu adalah untuk melawan bakteri dan bukannya virus?
Sayangnya, banyak masyarakat awam (masih) menganggap antibiotik sebagai "obat sapu jagat." Â Sakitnya karena virus seperti influenza, eh obatnya antibiotik. Padahal influenza tersebut dapat diatasi dengan cukup istirahat dan meminum suplemen vitamin tanpa intervensi antibiotik.
Konsumsi antibiotik yang berlebihan jelas berdampak pada bakteri yang resisten (AMR/Antimicrobial Resistance). Â Adanya kebiasaan seseorang untuk meminum obat tanpa resep dokter (swamedikasi/self-medication) turut menambah jumlah dan jenis kasus AMR tersebut.
Maka itulah, masyarakat luas perlu diingatkan secara rutin tentang pentingnya konsumsi antibiotik yang bijak dan rasional dengan menimbang secara matang dampaknya. Â Selain anggota masyarakat, para tenaga kesehatan pun harus terus menambah ilmu mereka tentang antibiotik. Â Â
Pekan ketiga di bulan November setiap tahunnya yaitu 18-24 November merupakan "Pekan Kesadaran Antibotik Global (World Antibiotic Awareness Week/WAAW)." Tahun 2019 ini, tema WAAW yaitu "One Health in Fighting Antibiotic Resistance."
Pastinya, kerjasama semua pihak yaitu masyarakat, pemerintah, dan perusahaan swasta menjadi mutlak untuk menangani kasus resistensi antibiotik yang kecenderungannya terus meningkat setiap tahun. Â Tanpa kolaborasi global dan lokal, AMR akan semakin sulit ditangani.
Maka itulah, kita patut mengapresiasi seminar umum mengenai antibiotik yang diadakan oleh Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dalam menyambut WAAW 2019. Â Berlokasi di Auditorium RSUI Depok, seminar tersebut diisi oleh para pakar kesehatan dan staf kementerian.
DR. dr. Hari Paraton, SpOG(K) sebagai perwakilan dari Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) Nasional mengungkapkan kasus AMR terjadi di seluruh negara dan berpotensi menyebar tanpa batas. Â Diprediksi pada tahun 2050, kematian akibat AMR yaitu 10 juta/tahun.
Perwakilan WHO Indonesia yaitu dr. Benyamin Sihombing, MPH menuturkan fakta mengerikan lainnya tentang AMR. Â Setelah dampak perubahan iklim (climate change) terhadap kesehatan manusia, AMR merupakan masalah kesehatan global terbesar kedua.