Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Lima Keunggulan Inovasi B100 demi Kedaulatan Energi

15 April 2019   22:32 Diperbarui: 15 April 2019   22:36 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
B100 memproduksi emisi asap yang hampir 50% lebih rendah dari solar sehingga ramah lingkungan dan aman untuk kesehatan (Dokumentasi Pribadi)

Senin 15 April 2019 ini, Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Kementan RI) menggelar acara sederhana namun maknanya luar biasa.  Menteri Pertanian yaitu Dr. H.  Andi Amran Sulaiman resmi meluncurkan B100 sebagai sumber energi hijau yang terbarukan.

Uji coba perdana B100 dilaksanakan di kantor pusat Kementan RI Jakarta.  Awak media massa turut diundang sebagai peliput, termasuk blogger dan vlogger Kompasiana.  Peluncuran B100 ini menandai dimulainya biofuel sebagai energi masa depan Indonesia dan juga dunia.

Mengapa biofuel, terutama B100 memiliki arti penting bagi Indonesia?  Sebagai pengekspor minyak di tahun 70-an hingga 2000-an awal, Indonesia kini tak lagi bisa bergantung pada minyak sebagai sumber energi fosil.  Minyak termasuk sumber energi yang tak terbarukan.

Di seluruh negara, tak terkecuali Indonesia, sumber energi fosil seperti halnya minyak dan batubara, cenderung semakin langka dan habis pada satu waktu tertentu.  Padahal, kebutuhan energi penduduk dunia terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah populasi manusia.

Sumber energi fosil juga menjadi salah satu penyebab utama perubahan iklim global sebagai hasil dari adanya karbondioksida (CO2) atau Efek Rumah Kaca yang ditandai dengan peningkatan suhu setiap tahunnya.  Tak heran, cuaca semakin memanas dari waktu ke waktu.

Minyak juga telah lama dikenal sebagai 'senjata perang' dalam situasi politik dan ekonomi global.  Ketergantungan suatu negara akan sumber energi fosil berpotensi menyebabkan negara tersebut sulit mewujudkan kedaulatan energi karena harus mengimpor minyak dari negara lain.

Minyak kelapa sawit kasar (CPO) menjadi bahan baku utama energi terbarukan B100 (Dokumen Pribadi)
Minyak kelapa sawit kasar (CPO) menjadi bahan baku utama energi terbarukan B100 (Dokumen Pribadi)
Maka itulah, sejak tahun 2006, pemerintah Indonesia telah memulai Program Biodiesel B20 dan di tahun 2019 ini menjadi B100.  Bahan baku utama B100 adalah kelapa sawit.  Indonesia mampu menghasilkan 46 juta CPO (crude palm oil) dan mengekspor 34 juta ton produk CPO.

Peluang emas dengan adanya kelapa sawit di Indonesia jelas harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kesejahteraan seluruh anak negeri.  Kehadiran B100 ini akan mengurangi ketergantungan Indonesia pada bahan bakar minyak sehingga terwujud kedaulatan energi.

Lalu, mengapa biofuel B100 ini begitu strategis pengembangannya di Indonedia?  Ada 5 (lima) kelebihan B100 yang masyarakat luas perlu tahu informasinya dengan tepat.  Maka inilah satu-persatu keunggulan biofuel, termasuk B100 yang menjadi harapan energi masa depan.

B100 sebagai pengganti bahan bakar fosil (khususnya solar)

B100 diproduksi oleh Kementan RI untuk penggunaan pada alat-alat mesin (alsin).  Selama ini, operasi alsin -- tak terkecuali alsintan (alat-alat mesin pertanian) sangat tergantung pada persediaan solar.  Sementara itu, pasokan solar sebagai bahan bakar fosil cenderung menurun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun