Â
Ketika uang hilang, masih bisa dicari kembali. Â Namun, ketika waktu yang terbuang, akankah waktu tersebut terulang? Bagi seorang muslim, waktu adalah modal (utama) beribadah. Â Saat kematian datang, selesailah kesempatan beramal.
Waktu pula yang membedakan antara muslim yang merugi atau beruntung. Â Seringkali seorang muslim menunda ibadah karena merasa masih muda. Padahal, Â tak ada satu pun manusia yang mengetahui waktu (pasti) kematiannya.
Allah swt berfirman: "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran" (Al-Qur'an Surat Al-'Asr, ayat 1-3).
Hanya Nenek dari Bapak saya yang bisa berhaji sebelum wafatnya. Â Kakek dari Bapak bahkan telah meninggal sebelum saya lahir. Â Kakek dan Nenek dari Ibu saya belum berhaji hingga wafat dan digantikan ibadah hajinya oleh anak-anaknya.
Memang haji diwajibkan hanya bagi yang mampu, tak terkecuali mampu membiayai perjalanan haji dan keluarga yang ditinggalkan di tanah air. Nenek dari Bapak berhaji di usia 63 tahun yaitu saat anak-anaknya sudah mapan.
Bapak dan Ibu menceritakan, banyak jemaah haji lansia (lanjut usia) atau di atas 60 tahun yang tidak optimal ibadahnya karena ringkihnya kondisi fisik mereka. Â Saat berhaji, banyak ritual ibadah yang harus dilakukan dengan berjalan kaki.
Ekstremnya cuaca selama haji juga wajib diketahui jemaah. Â Orang tua saya berhaji pada akhir tahun (saat Arab Saudi sedang musim dingin). Â Saat bulan haji berada di tengah tahun (musim panas), suhu bahkan bisa mencapai 55 derajat Celcius!