Menonton bola memang selalu menyenangkan.  Apalagi momen menonton bola bersama (sensasinya) jelas luar biasa.  Nonton bola bareng (nobar) di rumah bisa dilakukan bersama keluarga maupun teman.  Nobar pun semakin seru ketika ada konsumsi yang bisa dicicipi.
      Ajang Piala Dunia (PD) 2018 di Rusia bulan Juni-Juli tentunya sangat pas untuk kembali menjalani nobar.  Sekalipun olahraga bola identik dengan kaum Adam, tak sedikit kaum Hawa yang menggemari bola.  Saya termasuk penonton setia Piala Dunia sejak usia SD dulu.
      Kenangan nobar PD yang sampai saat ini masih terkenang bagi saya adalah saat PD 1994 di Amerika Serikat.  Seperti saat ini, PD 1994 itu juga berlangsung saat tengah tahun, Juni -- Juli, sehingga bertepatan dengan waktu libur sekolah (setelah kenaikan kelas) di Indonesia.
      Bersama sejumlah saudara sepupu saya, jadilah liburan sekolah di tahun 1994 itu kami habiskan dengan nobar di rumah kakek dan nenek.  Maklumlah, saat itu taman maupun siaran hiburan belum sebanyak sekarang.  Nobar PD jelas merupakan hiburan yang ditunggu keluarga.
      Saya masih ingat, hanya 2-3 kali nobar di lapangan desa.  Itu pun tak sampai akhir karena saya dan para sepupu keburu kedinginan.  Mau tak mau, paman dan bibi segera membawa kami pulang ke rumah kakek dan nenek.  Saat pulang, kami membawa sejumlah makanan dari nobar.
      Cemilan gratis nobar dari kelurahan itu yaitu jajanan desa yang (lezatnya) maknyuus.  Ada kacang, pisang, dan jagung rebus, kue gethuk dan ampyang, minuman serbat jahe, kerupuk rambak petis, dan lainnya.  Ada pula penjual nasi liwet, bakso, sego kucing, soto, dan sebagainya.
       Meskipun tak terlalu memahami jalannya pertandingan ataupun mengenali pemainnya, kami tetap menikmati nobar layaknya penonton dewasa.  Apalagi ketika pemain unggulan mulai berjibaku untuk menyarangkan gol, kami ikut-ikutan berteriak-teriak menyuarakan dukungan.
      Setelah tak lagi nobar di kelurahan, kami lantas beralih menonton dari layar TV di rumah kakek dan nenek.  Jelas tak seseru seperti nobar di luar rumah.  Untuk memeriahkan suasana, paman dan bibi lalu membawakan dan membelikan kami cemilan dari nobar di lapangan desa.
      Kacang menjadi snack favorit kami saat nobar di dalam dan luar rumah.  Baik kacang rebus maupun garing (atom, panggang), semuanya pasti habis karena ringan dan tak terlalu mengenyangkan.  Kalau mau makan berat, lebih baik sebelum atau sesudah nobar saja.Â