Tanda bintang sekarang kian melambung pamornya. Â Buktinya, kita langsung memperhatikan tanda bintang yang tertera pada suatu hal. Â Bagi Anda yang biasa berbelanja online, sebelum membeli suatu barang, kualitas barang tersebut akan dinilai dari jumlah bintang terangnya. Â Dari satu hingga lima skalanya (nilai 0 sampai dengan 5), semakin banyak jumlah bintang bersinarnya, maka semakin baik pula kualitas barang tersebut.
Review produk berupa barang maupun jasa memang bukan lagi hak para ahli. Â Sebaliknya, para produsen sangat mengharapkan adanya umpan-balik atau feedback dari para konsumen. Â Bentuknya beragam, dari sekedar menekan tombol tanda puas atau tidak puas, melingkari pilihan, hingga sampai menuliskannya secara singkat maupun padat. Â Ada pula review yang diulas dengan lengkap dan terperinci seperti para review dari blogger.
Hal yang kemudian menjadi pertanyaan klasik para reviewer, baik konsumen, blogger, ataupun kombinasi keduanya : "Bagaimana review barang dan jasa yang ideal itu?"Â Apakah review yang terlalu memuja-muji atau malah habis-habisan mengkritisi? Terlebih jika sang reviewer nantinya dibayar. Mungkinkah obyektifitas si reviewe akan tetap terjaga atau sebaliknya?
1. Sopan
Sekecewa apapun seorang konsumen dan blogger terhadap kualitas barang dan jasa yang direviewnya, sopan-santun penulisan review tetap harus diperhatikan. Â Bukannya apa-apa. Â Bisa jadi, jika bahasa review sudah kasar, maka pihak produsen malah akan lebih fokus ke cara mereview dan bukannya ke isi review yang hendak disampaikan. Â
Kiat paling tepatnya adalah sampaikan sesuai fakta dan realita yang terjadi sebenarnya tanpa didramatisir misalnya : "Saya kecewa dengan ukuran baju yang telah diterima dari merek ini karena tidak sesuai (kekecilan/kebesaran) dengan ukuran yang telah saya pesan sebelumnya."
Di lain pihak, jika puas, reviewer dapat memuji senormalnya tanpa berbunga-bunga seperti "Saya merasa nyaman dengan keramahan dan kesigapan pelayanan dari staf hotel ini."
2. SimpleÂ
Gunakan selalu bahasa review yang sederhana, jelas, dan dapat dimengerti semua orang. Â Lebih baik lagi jika bahasa review yang bersifat teknis dapat dikaitkan dengan analogi atau permisalan dalam kehidupan sehari-hari. Â Contohnya tentang istilah kerja prosesor pada smartphone. Reviewer dapat memisalkan kerja prosesor pada gadget itu serupa kerja otak manusia. Â Semakin berkualitas isi otak seseorang, maka bukti nyatanya dapat dilihat pada kualitas kinerjanya sehari-hari. Â Begitu pula dengan prosesor gawai.
3. Spesifik
Usahakan untuk tidak membahas semua aspek dari barang dan jasa yang direview dengan sangat detil. Â Ingat, kapasitas reviewer adalah sebagai pengguna awam atau kebanyakan. Â Beda halnya jika review dilakukan oleh seorang konsultan atau pakar yang profesional. Â Reviewer dapat mengupas lebih dalam tentang aspek tertentu yang menjadi keunikan atau pembeda produk tersebut dari produk lainnya yang sejenis di pasaran. Â Misalnya, suatu klinik kecantikan layak dikunjungi karena semua produk perawatannya berasal dari dalam negeri.