Tanda bintang sekarang kian melambung pamornya. Â Buktinya, kita langsung memperhatikan tanda bintang yang tertera pada suatu hal. Â Bagi Anda yang biasa berbelanja online, sebelum membeli suatu barang, kualitas barang tersebut akan dinilai dari jumlah bintang terangnya. Â Dari satu hingga lima skalanya (nilai 0 sampai dengan 5), semakin banyak jumlah bintang bersinarnya, maka semakin baik pula kualitas barang tersebut.
Review produk berupa barang maupun jasa memang bukan lagi hak para ahli. Â Sebaliknya, para produsen sangat mengharapkan adanya umpan-balik atau feedback dari para konsumen. Â Bentuknya beragam, dari sekedar menekan tombol tanda puas atau tidak puas, melingkari pilihan, hingga sampai menuliskannya secara singkat maupun padat. Â Ada pula review yang diulas dengan lengkap dan terperinci seperti para review dari blogger.
Hal yang kemudian menjadi pertanyaan klasik para reviewer, baik konsumen, blogger, ataupun kombinasi keduanya : "Bagaimana review barang dan jasa yang ideal itu?"Â Apakah review yang terlalu memuja-muji atau malah habis-habisan mengkritisi? Terlebih jika sang reviewer nantinya dibayar. Mungkinkah obyektifitas si reviewe akan tetap terjaga atau sebaliknya?
![(Ilustrasi 1: www.flyingpointdigital.com)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/06/20/how-to-handle-consumer-reviews-5b2a1bfff13344138f7b3cc2.jpg?t=o&v=770)
![(Ilustrasi 2: blog.ericgoldman.org)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/06/20/shutterstock-80931163-thumb-5b2a1bb6dd0fa86c5c2dd9c6.jpg?t=o&v=770)
1. Sopan
Sekecewa apapun seorang konsumen dan blogger terhadap kualitas barang dan jasa yang direviewnya, sopan-santun penulisan review tetap harus diperhatikan. Â Bukannya apa-apa. Â Bisa jadi, jika bahasa review sudah kasar, maka pihak produsen malah akan lebih fokus ke cara mereview dan bukannya ke isi review yang hendak disampaikan. Â
Kiat paling tepatnya adalah sampaikan sesuai fakta dan realita yang terjadi sebenarnya tanpa didramatisir misalnya : "Saya kecewa dengan ukuran baju yang telah diterima dari merek ini karena tidak sesuai (kekecilan/kebesaran) dengan ukuran yang telah saya pesan sebelumnya."
Di lain pihak, jika puas, reviewer dapat memuji senormalnya tanpa berbunga-bunga seperti "Saya merasa nyaman dengan keramahan dan kesigapan pelayanan dari staf hotel ini."
2. SimpleÂ
Gunakan selalu bahasa review yang sederhana, jelas, dan dapat dimengerti semua orang. Â Lebih baik lagi jika bahasa review yang bersifat teknis dapat dikaitkan dengan analogi atau permisalan dalam kehidupan sehari-hari. Â Contohnya tentang istilah kerja prosesor pada smartphone. Reviewer dapat memisalkan kerja prosesor pada gadget itu serupa kerja otak manusia. Â Semakin berkualitas isi otak seseorang, maka bukti nyatanya dapat dilihat pada kualitas kinerjanya sehari-hari. Â Begitu pula dengan prosesor gawai.
3. Spesifik
Usahakan untuk tidak membahas semua aspek dari barang dan jasa yang direview dengan sangat detil. Â Ingat, kapasitas reviewer adalah sebagai pengguna awam atau kebanyakan. Â Beda halnya jika review dilakukan oleh seorang konsultan atau pakar yang profesional. Â Reviewer dapat mengupas lebih dalam tentang aspek tertentu yang menjadi keunikan atau pembeda produk tersebut dari produk lainnya yang sejenis di pasaran. Â Misalnya, suatu klinik kecantikan layak dikunjungi karena semua produk perawatannya berasal dari dalam negeri.