Bagi Anda yang hobi makan masakan Padang, pernahkah mendengar kutipan ini: "Jika Anda (pembeli) puas, kabarkan ke banyak orang. Jika Anda kecewa, segera beri tahu kami (penjual)." Â Itulah prinsip dagang restoran Padang yang pernah saya dengar. Â Zaman ketika media sosial belum hadir, komunikasi antara pembeli dan penjual kuliner bisa terjalin via tatap muka.
Seingat saya, sebelum adanya media sosial, pertimbangan utama seseorang memilih suatu menu kuliner di luar rumah adalah karena rekomendasi rasa dan harga dari orang-orang terdekat di sekitar kita. Â Promosi efektif satu tempat makan yang enak (maupun tak enak) itu dulu terjadi lewat promosi 'mulut ke mulut/gethok tular (words of mouth)'.
Wajarlah, saat itu, penjual makanan akan memiliki hubungan yang (lumayan) akrab dengan pelanggannya, terutama untuk pelaku UMKM kuliner. Â Saat pembeli harus berjubel mengantri, penjual cenderung mendahulukan pelanggan setianya. Â Ketika sang loyal customer membeli dalam jumlah besar, diskon harga plus tambahan barang pun diberikan oleh sang penjual.
Ketiga tempat makan yang lezat (dan laris) tersebut itu tentunya termasuk pelaku UMKM kuliner. Â Diskon dan bonus sering saya dapat saat berbelanja di sana. Â Namun, pengalaman paling berkesan adalah dengan pemilik kafe. Â Saya melihat perkembangan bisnis mereka dari baru buka dan masih menerima delivery order (yang sangat membantu anak kost saat musim ujian) sampai membludaknya pembeli kafe sehingga tak sanggup lagi melayani pesan antar.
Sang ibu pemilik kafe pernah curhat ke saya saat kafenya masih sepi.  "Ya, daripada bengong (menunggu pembeli), lebih baik mengantarkan pesanan,"ujarnya. Sang suami -- pernah bekerja sebagai staf dapur di hotel -- dan anak laki-lakinya yang bertugas mengantarkan pesanan, sementara sang istri dan anak perempuannya menjaga kafe.  Waktu itu, pembeli kafe bisa memesan di sana via sms atau WA. 10 -- 15 menit kemudian, pesanan pun tiba, senangnya!
Senang karena kafe mereka semakin laris. Â Bimbang karena mereka harus 'merelakan' hilangnya pemasukan dari layanan pesan antar. Â Maklum saja, bagi anak kost, agar efisien dan efektif, saat satu orang memesan makanan, seringnya dia mengajak temannya juga. Â Pesanan kolektif ala anak kost itu nominalnya lumayan besar bagi pemilik kafe karena dalam satu hari, frekuensinya bisa lebih dari 5x. Â Terbayang kan jika 1x pesanan seharga Rp.50000?
Sudah bisa diduga, UKM kuliner (industri makanan dan minuman) berada di posisi juara sebagai jenis UKM terbanyak di Jawa Barat dengan jumlah 4023 UKM. Â Data tersebut menunjukkan besarnya peran UKM kuliner dalam memajukan perekonomian.
Sayangnya, waktu itu belum ada fasilitas GO-FOOD seperti saat ini.  Pengusaha UMKM kuliner tak perlu lagi dilematis antara melayani pembeli di tempat atau mengantarkan pesanan konsumen.  Ada driver GO-JEK yang siap sedia mengantarkan pesanan kuliner yang kita inginkan. Pembeli di depan mata maupun yang ada di rumah sama-sama dapat menikmati kuliner idaman mereka.  Maka, inilah pengalaman (manis) saya saat memesan via GO-FOOD.      Â
Tak (Lagi) Emosi saat Menunggu Pesanan Tiba dengan Fitur "Near Me"
Sebagai anak kos, dulu pertimbangan utama saya rutin memesan makan di kafe tersebut karena jaraknya yang hanya sekitar 5 menit dengan berjalan kaki dari kost. Â Apalagi saat memesan makan di musim ujian sehingga malas keluar kost untuk mencari makan, prinsipnya adalah: "Enggak pake lama!" Kalau memesan dari lokasi yang jauh, selain jadi bad mood karena pesanan tak kunjung tiba, bisa keburu pingsan duluan karena (terlalu) kelaparan hahaha...
Makanya, saya (sangat) terbantu dengan fitur "Near Me" dari GO-FOOD. Variasi pilihan menu kuliner terdekat dari lokasi tempat tinggal saya tersedia dengan lengkap, dari, cemilan ringan (snacks), minuman, menu sepinggan (gado-gado, siomay, batagor, mie ayam, bakso, soto, dan sejenisnya) hingga makan besar. Â Bagi yang sedang lapar berat, fitur "Near Me" ini mirip telaga air di tengah tandusnya gurun pasir! Tidak percaya? Silakan coba langsung deh hehehe... Â Â
Setelah mencermati pilihan menu dari fitur "Near Me", maka risoles isi daging asap (smoked beef) dengan mayonnaise pun dipesan.  Tak sampai 10 menit kemudian, risoles pesanan kami pun sampai.  Padahal, hujan (deras) baru saja reda.  Namun, kurir  GO-FOOD dengan cepat dan tepat membawa risoles lezat siap goreng itu.  Saat sudah digoreng, risoles hangat bertabur tepung panir itu tambah nikmat ketika dicocol dengan saos pedas, mantap!   Â
Driver Go-Food (yang Cekatan) Buat Proses Order Jadi Melegakan
Syukur Alhamdhulillah, selama ini, saya berulangkali mendapatkan kurir GO-FOOD yang sigap dan tanggap. Â Ketika menerima pesanan, mereka pasti memastikan terlebih dahulu jumlah dan jenis kuliner yang saya pesan. Â Setelah jelas, mereka pun segera meluncur ke lokasi penjual.
Memang di app sudah jelas lokasi penjualnya. Â Tapi, kurir GO-FOOD mengecek ulang pesanan saya dengan pertanyaan tambahan semisal: "Ada request khusus, Kak? Mau ditambah apalagi orderannya?" Sederhana memang, tapi detil kecil itu ternyata membantu, banget.
Sekitar 10 menit sebelum adzan Maghrib, kurir GO-FOOD datang dengan sekantong plastik jus. Saat tiba di depan pagar, si abang GO-FOOD pun (jujur) berujar, "Kak, sori nih ya. Â
Jusnya tadi saya minta sedikit aja es batunya.  Supaya jusnya tetap kental waktu buka. Ini buat takjil kan?" Jawab saya, "Iya.  Kalau jusnya terlalu encer karena es, memang kurang ok."  Senyum sang babang GO-FOOD pun melebar, "Nah, itu dia! Untung saya tadi dan si penjual jus kepikiran yang sama kayak Kakak." Bintang 5 lah buat si babang siaga hihihi..  Â
Menikmati Menu ala Restoran (di Tanggal Tua) dengan Saldo Go-Pay
Tanggal muda alias awal bulan memang waktunya gajian.  Pas tanggal muda, mau beli apa saja, termasuk makanan dan minuman, harga (tidak) menjadi masalah.  Maklum, isi kantong, dompet, dan ATM masih berlimpah-ruah.  Nah, lain ceritanya waktu tanggal bulan datang di pertengahan dan akhir bulan.  Keuangan jelas harus diatur seefisien (baca: seirit) mungkin sampai waktunya gajian tiba lagi di bulan.  Eh, kenapa malah jadi curhat begini yah? Hehehe...
Tapi, namanya juga urusan perut itu (kadang) tidak mengenal tanggal tua. Apalagi waktu melihat promo menu terbaru di GO-FOOD. Â Kalau harus datang langsung ke restonya, pasti memakan biaya tambahan alias ongkos transport. Â Padahal, isi dompet sedang 'diet'. Â Namun, apa daya? Pesona promo di GO-FOOD itu memang menggoda selera bersama!
Jadilah kami memesan menu idaman (ala restoran) dengan sistem patungan untuk menambah pembayaran dari saldo Go-Pay yang masih tersisa.  Ketika pesanan tiba, tak sampai 10 menit, menu itu ludes alias habis tak tersisa! Tapi, saat melihat fitur "Budget Meal" dari GO-FOOD, ada teman kost yang menyeletuk, "Mau pesan GO-FOOD lagi kita? Masih belum kenyang kan? Lumayan lho pilihan menu di Budget Meal." Ya ampun! Lapar atau doyan nih? Hahaha...
Jadi, tidak lagi satu kali order untuk (hanya) satu menu seperti sekarang ini.  Kalau kelak GO-FOOD bisa seperti itu, wah dijamin! Babang kurir GO-FOOD akan semakin sibuk melayani pemesanan makanan dan minuman, terutama dari anak kostan yang (sering) kelaparan saat hujan. Thanks, GO-FOOD!
Â
 Â
     Â
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H