Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Meskipun Hujan, Kuliner Idaman Tetap Praktis Diantarkan

3 Juni 2018   23:09 Diperbarui: 3 Juni 2018   23:30 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suka Nasi Padang? Kini, tanpa keluar rumah, kuliner ini siap diantar ke depan rumah (Dokpri)

Bagi Anda yang hobi makan masakan Padang, pernahkah mendengar kutipan ini: "Jika Anda (pembeli) puas, kabarkan ke banyak orang. Jika Anda kecewa, segera beri tahu kami (penjual)."  Itulah prinsip dagang restoran Padang yang pernah saya dengar.  Zaman ketika media sosial belum hadir, komunikasi antara pembeli dan penjual kuliner bisa terjalin via tatap muka.

Seingat saya, sebelum adanya media sosial, pertimbangan utama seseorang memilih suatu menu kuliner di luar rumah adalah karena rekomendasi rasa dan harga dari orang-orang terdekat di sekitar kita.  Promosi efektif satu tempat makan yang enak (maupun tak enak) itu dulu terjadi lewat promosi 'mulut ke mulut/gethok tular (words of mouth)'.

Wajarlah, saat itu, penjual makanan akan memiliki hubungan yang (lumayan) akrab dengan pelanggannya, terutama untuk pelaku UMKM kuliner.  Saat pembeli harus berjubel mengantri, penjual cenderung mendahulukan pelanggan setianya.  Ketika sang loyal customer membeli dalam jumlah besar, diskon harga plus tambahan barang pun diberikan oleh sang penjual.

Suka Nasi Padang? Kini, tanpa keluar rumah, kuliner ini siap diantar ke depan rumah (Dokpri)
Suka Nasi Padang? Kini, tanpa keluar rumah, kuliner ini siap diantar ke depan rumah (Dokpri)
Pengalaman itu pernah saya alami langsung saat kuliah di Kota 'Hujan' Bogor.  Ada tiga tempat makan yang menjadi langganan saya.  Satu warung Padang, satu penjual nasi goreng, dan satu lagi kafe sederhana yang dikelola satu keluarga.  Kafe tersebut menjual menu (Continental) seperti spaghetti, macaroni schottel, tropical punch dan sebagainya.  Tentu harganya disesuaikan kantong mahasiswa tanpa mengorbankan rasa.

Ketiga tempat makan yang lezat (dan laris) tersebut itu tentunya termasuk pelaku UMKM kuliner.  Diskon dan bonus sering saya dapat saat berbelanja di sana.  Namun, pengalaman paling berkesan adalah dengan pemilik kafe.  Saya melihat perkembangan bisnis mereka dari baru buka dan masih menerima delivery order (yang sangat membantu anak kost saat musim ujian) sampai membludaknya pembeli kafe sehingga tak sanggup lagi melayani pesan antar.

Sang ibu pemilik kafe pernah curhat  ke saya saat kafenya masih sepi.  "Ya, daripada bengong (menunggu pembeli), lebih baik mengantarkan pesanan,"ujarnya. Sang suami -- pernah bekerja sebagai staf dapur di hotel -- dan anak laki-lakinya yang bertugas mengantarkan pesanan, sementara sang istri dan anak perempuannya menjaga kafe.  Waktu itu, pembeli kafe bisa memesan di sana via sms atau WA. 10 -- 15 menit kemudian, pesanan pun tiba, senangnya!

Via GO-FOOD, menu lokal hingga global dapat diorder kapanpun dan di manapun (Dokpri)
Via GO-FOOD, menu lokal hingga global dapat diorder kapanpun dan di manapun (Dokpri)
Layanan pesan antar itu ternyata hanya berlangsung selama kurang dari 6 bulan.  Promosi antar mahasiswa sukses membuat kafe (mungil) itu penuh dari sore hingga malam hari.  Semua anggota keluarga pun sibuk melayani pembeli di kafe dan tak sempat mengantarkan pesanan seperti sebelumnya.  Si pemilik kafe merasa senang sekaligus bimbang.

Senang karena kafe mereka semakin laris.  Bimbang karena mereka harus 'merelakan' hilangnya pemasukan dari layanan pesan antar.  Maklum saja, bagi anak kost, agar efisien dan efektif, saat satu orang memesan makanan, seringnya dia mengajak temannya juga.  Pesanan kolektif ala anak kost itu nominalnya lumayan besar bagi pemilik kafe karena dalam satu hari, frekuensinya bisa lebih dari 5x.  Terbayang kan jika 1x pesanan seharga Rp.50000?

Cemilan hangat nan nikmat bisa langsung dinikmati selepas hujan dengan layanan pesan antar (Dokpri)
Cemilan hangat nan nikmat bisa langsung dinikmati selepas hujan dengan layanan pesan antar (Dokpri)
Di Indonesia, 70% dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan UKM Pangan atau Kuliner.  Untuk Jawa Barat (sebagai propinsi tempat bernaungnya Kota dan Kabupaten Bogor), data Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2014 mencantumkan propinsi ini sebagai propinsi kedua di Indonesia yang memiliki jumlah dan jenis UKM terbanyak per desa/kelurahan dengan total 16.045.  

Sudah bisa diduga, UKM kuliner (industri makanan dan minuman) berada di posisi juara sebagai jenis UKM terbanyak di Jawa Barat dengan jumlah 4023 UKM.  Data tersebut menunjukkan besarnya peran UKM kuliner dalam memajukan perekonomian.

Sayangnya, waktu itu belum ada fasilitas GO-FOOD seperti saat ini.  Pengusaha UMKM kuliner tak perlu lagi dilematis antara melayani pembeli di tempat atau mengantarkan pesanan konsumen.  Ada driver GO-JEK yang siap sedia mengantarkan pesanan kuliner yang kita inginkan. Pembeli di depan mata maupun yang ada di rumah sama-sama dapat menikmati kuliner idaman mereka.  Maka, inilah pengalaman (manis) saya saat memesan via GO-FOOD.            

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun