Rokok dan penyakit jantung (Tobacco and heart disease) menjadi tema Hari Anti Tembakau Internasional yang dicanangkan WHO pada hari ini, 31 Mei 2018. Berdasarkan catatan badan kesehatan dunia perokok telah memakan korban sangat banyak.
Data WHO menunjukkan bahwa rokok membunuh lebih dari 7 juta orang per tahun di seluruh dunia yaitu sekitar 10 perokok aktif meninggal dunia setiap menitnya. Â Tragisnya, dari 900,000 orang korban rokok tersebut, mereka bukanlah perokok atau merupakan perokok pasif (second-hand smoke exposure). Â Â
WHO pun mendapati, hampir 80% dari lebih 1 milyar perokok secara global berada di negara-negara yang belum maju.
Di kumpulan negara tersebut, jumlah penduduk usia muda dan produktif (umumnya) lebih banyak daripada penduduk lanjut usia.
Ironisnya, perokok pemula atau remaja juga menjadi perokok mayoritas di negara miskin maupun berkembang, termasuk Indonesia.Â
"Today's teenager is tomorrow's potential regular customer, and the overwhelming majority of smokers first begin to smoke while still in their teens" (Philip Morris internal document, 1981 dalam WHO Report on The Global Tobacco Epidemic, 2008).
Kutipan tersebut dengan eksplisit menyatakan bahwa remaja adalah target utama dalam pemasaran rokok, terutama melalui iklan.Â
Hasil riset dasar Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2010 menyebutkan bahwa jumlah perokok anak di atas 10 tahun mengalami peningkatan prevalensi mencapai 28,2% sejak 2007.Â
Penelitian oleh Pusat Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (2012) Universitas Udayana dan Dinas Kesehatan Kota Denpasar menemukan 34% perokok aktif remaja di empat kecamatan di Kota Denpasar yang merokok sejak berusia 14 tahun.
Alasan terbanyak mereka merokok pertama kali adalah coba-coba, lalu tidak ingin dikucilkan dalam pergaulan remaja (peer pressure), dan mencontoh perilaku orang tua.