Tekstur takjil baiknya diperhatikan agar tak menyesal kemudian
     Makanan yang sudah mulai basi salah satu cirinya adalah lembek dan berlendir.  Bagi pecinta kue basah, tak terkecuali lemper, pasti tahu ciri-ciri lemper yang sudah tak layak dikonsumsi.  Saat dibuka bungkusnya, lemper sudah tak padat dan terlihat lender di permukaannya.
     Begitu pula dengan bubur atau makanan bersantan.  Satu waktu, saya batal membeli bubur sumsum karena terlihat teksturnya sudah tak sepadat bubur yang baru dimasak.  Kadangkala, penjual takjil menjual kembali takjilnya yang kemarin belum laku dipasarkan.
     Kue basah yang masih segar juga terasa kenyal saat dipegang.  Tapi kalau mulai busuk apalagi sudah basi, tak akan sekenyal sebelumnya. Sekalipun warna dan aromanya belum menunjukkan tanda-tanda kebusukan, namun teksturnya seringkali tak bisa mengelabui.
     Apalagi bagi orang berpuasa. Kan jelas tak bisa mencicipinya jadi rasanya belum terdeteksi tuh.  Maka, uji tekstur bisa menjadi penyelamat saat warna dan aroma tak akurat.  Jari-jari manusia itu memiliki ribuan sel saraf perasa yang mampu menandai benda yang disentuhnya.
     Tentunya keseruan berburu takjil favorit itu selalu ditunggu bagi orang yang (benar-benar) berpuasa sepanjang hari.  Namun, patut diingat, keasyikan membeli takjil favorit itu jangan sampai melenakan pembelinya, terutama aspek kesehatan dan kesegaran takjil.  Hal itu agar hingga akhir Ramadan, tubuh kita tetap prima untuk menyambut Lebaran yang menyenangkan.
    Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H