Tak dapat dipungkiri, data digital itu kini telah menjadi kesatuan dari kehidupan keseharian. Â Wajarlah saat ada kutipan yang menyatakan "Digital information is the new oil." Jika dulu minyak yang nilai ekonomisnya paling tinggi, maka kini pemilik (apalagi penguasa) data digital akan memiliki keuntungan materi plus non-materi yang berlimpah-ruah nominalnya.
Sebagai akademisi dan blogger, data digital termasuk bagian tak terpisahkan dari kegiatan saya sehari-hari. Â Materi kuliah dan penelitian yang akan dipresentasikan rutin saya simpan dalam folder data khusus. Â Sementara itu, foto dan video hasil liputan sebagai blogger disimpan (sementara) di smartphone sebelum ditransfer ke laptop sebagai bahan dokumentasi blogging.
Tapi bukan berarti data yang berhubungan dengan urusan perkuliahan tidak 'transit' dulu di smartphone.  Malah seringnya, dokumen dari kampus dikirim via WhatsApp (WA).  File bisa berupa Adobe (pdf), Microsoft Office (Word, Excel, dan Powerpoint), dan multimedia seperti foto serta video.  File tersebut harus saya transfer ke laptop supaya aman dan nyaman.
Ya, saya pernah mengalami kejadian tak mengenakkan seputar data digital. Â Maksud hati untuk memiliki banyak kenangan dari perjalanan yang menyenangkan, apa daya harapan tinggal harapan. Â Masalahnya apalagi kalau bukan saya kehilangan data digital tersebut, hadeuh!
Jelas saja kepala saya pusing tak karuan setelah itu. Â Bukan apa-apa. Â Bagi saya, data digital lebih dari sekedar sumber dokumentasi. Â Data digital juga merupakan kenangan sekaligus kepercayaan yang harus saya simpan. Â Kalau sampai hilang, berarti bukan saja saya kehilangan kenangan, namun sekaligus kepercayaan yang telah diamanahkan ke saya. Â Gawat kan jadinya?
Tanpa kabel data, otomatis saya kelimpungan saat hanya memiliki flash disk karena data digital ujung-ujungnya tidak bisa langsung ditransfer dari smartphone ke laptop. Eh, tapi bukan berarti saat kabel data sudah ada, proses transfer data digital pun otomatis lancar jaya. Â Tak jarang, prosesnya (lumayan) memancing kemarahan saking lamanya. Â Ini terutama berlaku untuk transfer file berupa video atau film yang menembus besaran hingga gigabyte (GB).
Ketika itu, saya sedang dalam perjalanan pulang dari acara pernikahan keluarga di luar kota. Â Sehari sebelumnya, saya mengikuti rapat persiapan di kampus untuk perkuliahan di semester berikutnya. Â Sehari sebelum rapat di kampus, saya meliput acara yang wajib untuk dimuat di blog dalam jangka waktu seminggu ke depan. Sudah saya jadwalkan, sepulang dari acara keluarga, saya akan segera memuat artikel blog tentang liputan tersebut.
Semua foto dan video dari liputan blogging saya jelas tersimpan di smartphone. Â Begitu pula dengan file hasil rapat di kampus. Â Tak terkecuali kumpulan foto selama hadir di acara pernikahan saudara. Â Rencananya, seusai dari luar kota, semua data di smartphone akan segera saya transfer ke laptop yang memang saya tinggal di rumah selama bepergian.
Siapa sangka, rencana tinggal rencana. Â Saat menaiki kereta ke Jakarta, saya menyimpan smartphone di dalam tas demi alasan keamanan. Waktu kereta mulai berjalan, saya pun segera lelap tertidur. Â Hampir 2 jam kemudian saya terbangun.Â