Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Agar Ratu Keluarga Tidak Stress Karena Diabetes

26 November 2017   16:57 Diperbarui: 26 November 2017   17:02 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu hamil harus mewaspadai dampak negatif dari diabetes gestasional baik pada sang ibu maupun bayinya kelak (Ilustrasi: www.georgeinstitute.org.in)

Ayah selama ini memang dikenal sebagai kepala keluarga. Sebagai raja di rumahtangga, sosok ayah adalah pencari nafkah utama di keluarga. Sementara itu, ibu adalah ratu keluarga yang mengelola jalannya rumahtangga sehari-hari. Mulai dari mengelola keuangan hingga pengaturan menu makan di keluarga.

Ketika seisi keluarga sehat semua, tentu (jauh) lebih mudah menentukan jenis pangan yang dapat dikonsumsi. Namun, bagaimana jika ibu sakit? Jenis penyakitnya pun bukan yang ringan. Misalnya ibu mengidap penyakit kronis (menahun) seperti diabetes melitus (DM) atau kencing manis. Di satu sisi, seorang ibu harus menyiapkan makanan lezat (dan pastinya sehat) untuk memenuhi kecukupan energi keluarga. Tapi, di lain sisi, dirinya harus membatasi konsumsi kalori agar kadar gula darahnya tidak naik. Nah, lalu bagaimana komprominya?

Ki-Ka: dr. Farid, dr. Subuh, dan dr. Soemarjati selaku narasumber Kemenkes RI dalam rangka Hari Diabetes Sedunia pada setiap tanggal 14 November (Dokumentasi Acara)
Ki-Ka: dr. Farid, dr. Subuh, dan dr. Soemarjati selaku narasumber Kemenkes RI dalam rangka Hari Diabetes Sedunia pada setiap tanggal 14 November (Dokumentasi Acara)
Maka itulah, dalam rangka Hari Diabetes Sedunia yang diperingati setiap tahunnya pada tanggal 14 November, Kementerian Kesehatan RI mengadakan media briefing tentang "Women and Diabetes" yang menjadi tema tahun ini. Acara yang juga didukung oleh Inke Maris & Associates (PR Consultant) ini dihadiri oleh sejumlah blogger dan jurnalis media. Bertempat di Gedung Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI-Salemba Jakarta, media briefing tersebut menghadirkan pembicara yaitu dr. H. M. Subuh, MPPM (Dirjen P2P), dr. Farid Kurniawan, SpPD (Divisi Metabolik dan Endokrin FKUI-RSCM), dan dr. Soemarjati A. (pengidap DM). Ingin tahu informasi penting dan bermanfaat apa saja dari ketiga narasumber tersebut berkaitan dengan diabetes pada wanita? Baca terus artikel ini hingga selesai ya.

Tema Hari Diabetes Sedunia tahun 2017 ini adalah "Women and Diabetes" (Dokumentasi Acara)
Tema Hari Diabetes Sedunia tahun 2017 ini adalah "Women and Diabetes" (Dokumentasi Acara)
1) Kenapa diabetes pada perempuan sangat merugikan?

Hal ini karena jumlah penderita diabetes di dunia terus bertambah, termasuk kaum wanita. Menurut dr. Farid sebagai narasumber pertama, 1 dari 10 wanita mengidap diabetes. International Diabetes Federation mendapati hingga tahun 2017 ini, ada 199 juta wanita penderita diabetes di seluruh dunia. Tahun 2040 nanti, diabetes diperkirakan akan ada 313 juta wanita yang mengidap diabetes. Duh, seram sekali!

Tambahkan lagi, diabetes menjadi penyebab kematian nomor 9 di dunia pada wanita. Sedihnya lagi, 1 dari 7 kehamilan mengalami diabetes melitus gestasional (DMG) atau diabetes yang terjadi karena kehamilan. Tak heran, jumlah kematian wanita akibat DM mencapai hingga 2.1 juta jiwa per tahunnya. Padahal, kematian seorang putri maupun istri, apalagi ibu, tentu saja membawa kesedihan dan kehilangan yang luar biasa dalam suatu keluarga.

dr. Farid Kurniawan, SpPD dari Divisi Metabolisme dan Endokrin FKUI-RSCM menjelaskan secara detil bahaya diabetes gestasional pada ibu hamil (Dokumentasi Acara)
dr. Farid Kurniawan, SpPD dari Divisi Metabolisme dan Endokrin FKUI-RSCM menjelaskan secara detil bahaya diabetes gestasional pada ibu hamil (Dokumentasi Acara)
Senada dengan dr. Farid, dr. Subuh menambahkan bahwa 2 dari 5 wanita pengidap DM masih berusia produktif (15 sampai dengan 55 tahun) atau sekitar 60 juta wanita secara global. Wanita dengan DM jelas mengalami kesulitan saat hamil dan melahirkan. Sambung dr. Farid, "Selain rentan mengalami komplikasi parah saat melahirkan, ibu hamil dengan DMG juga sangat beresiko melahirkan bayi yang cacat (kelainan kongenital)."   Wah, ternyata diabetes tidak hanya membahayakan ibu hamil, namun juga bayi yang dikandungnya.

dr.H.M.Subuh MPPM selaku Dirjen P2P Kemenkes RI memaparkan kondisi kasus diabetes secara nasional dan global (Dokumentasi Acara)
dr.H.M.Subuh MPPM selaku Dirjen P2P Kemenkes RI memaparkan kondisi kasus diabetes secara nasional dan global (Dokumentasi Acara)
2) Apa saja penyebab dan jenis-jenis diabetes pada perempuan?

Lalu, apakah semua kehamilan beresiko menghasilkan DMG? Bagaimana dengan wanita yang sebelumnya telah mengalami DM sebelum hamil atau menikah? Nah, dr. Farid mengingatkan bahwa istilah Diabetes Melitus Gestasional (DMG) tidak bisa digunakan pada ibu hamil yang sebelum kehamilan memang sudah menderita DM. Jadi, DMG itu hanya dialami oleh ibu yang sebelum hamil tidak memiliki DM atau gula darahnya normal. DMG adalah "jenis diabetes sementara karena adanya peningkatan hormon anti insulin yang berkembang selama kehamilan." Riset International Diabetes Federation mendapati bahwa 90% kasus DM pada ibu hamil adalah kasus diabetes gestasional.

Memang penderita DMG dapat beralih ke normal setelah kelahiran.  Hal serupa tidak dijumpai pada ibu hamil yang memang sebelum hamil telah mengidap DM (dikenal sebagai DM pada ibu hamil dan bukan disebut DMG). Meskipun begitu, ibu hamil dengan DMG beresiko lebih tinggi mengalami (kembali) DMG pada kehamilan berikutnya. Data Lancet 2011 mencatat, ada 3 juta bayi lahir mati (stillbirth) karena DMG. Kasus kematian (mortalitas) pada ibu hamil dengan DMG pun meningkat hingga 4x lipat.

Tidak hanya itu saja. Ibu hamil dengan DMG juga beresiko mengalami DM tipe 2  semakin tinggi pada 5 - 10 tahun setelah melahirkan dan bayi yang dilahirkannya lebih berpeluang menderita obesitas (kelebihan berat badan) saat anak-anak dan remaja. DM tipe 2 adalah diabetes yang tidak tergantung dengan insulin dan dapat ditatalaksana dengan diet, olahraga, dan obat oral (obat yang dimakan atau bukan harus selalu disuntik insulin seperti DM tipe 1 yang tergantung pada insulin). Ibu hamil dengan DMG juga seringkali sudah memiliki 'pradiabetes'.  Definisi pradiabetes yaitu "suatu kondisi saat kadar gula darah lebih tinggi dari normal, tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis diabetes."

Pastinya, tidak semua ibu mengalami DMG saat hamil. Namun, ada sejumlah faktor pada perempuan yang membuatnya termasuk golongan resiko tinggi untuk menderita DMG selama kehamilan. Faktor-faktor tersebut yaitu: usia lebih dari 35 tahun, kegemukan sebelum hamil, memiliki riwayat keluarga diabetes, pernah mengalami aborsi atau bayi lahir mati sebelumnya, dan riwayat melahirkan bayi besar (lebih dari 4 kg). Gaya hidup yang kurang gerak atau lebih banyak duduk, riwayat hipertensi, dan penyakit dalam (kardiovaskular) juga meningkatkan terjadinya DMG.

Ternyata diabetes pada wanita kini lebih banyak terjadi pada usia yang lebih muda dan masih produktif (Dokumentasi Acara)
Ternyata diabetes pada wanita kini lebih banyak terjadi pada usia yang lebih muda dan masih produktif (Dokumentasi Acara)
3) Bagaimana cara pencegahan maupun pengobatan diabetes pada wanita?

Oleh karena itu, skrining semua ibu hamil untuk mendeteksi ada tidaknya diabetes dianjurkan sebagai protokol standar dari Kemenkes RI.  Perkembangan fase DMG menuju DM tipe 2 ternyata sebagian besar dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup. Sesuai INPRES No. 1/2017, Presiden Joko Widodo telah mencanangkan program GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) dengan 3 peningkatan kegiatan utama yaitu (1) aktivitas fisik/olahraga selama 30 menit sebanyak 3x per minggu, (2) budaya konsumsi rutin buah dan sayur setiap hari, dan (3) deteksi dini faktor resiko kesehatan untuk menyaring kasus DM lebih awal, serta kemudahan dalam mengakses layanan kesehatan untuk memutus kejadian diabetes.

Nah, jika sudah terkena DM maupun DMG, pengobatan dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu terapi nutrisi dan terapi medis. Terapi nutrisi yaitu dengan membatasi jumlah karbohidrat yang dikonsumsi ibu hamil maksimal 30-35% dari kalori total. Adapun terapi medis merupakan terapi obat-obatan yang dilakukan sesuai rekomendasi dokter yaitu dengan Insulin, Metformin, dan Sulfonylurea. Berdasarkan pengalaman dr. Farid dalam menangani ibu hamil dengan DMG, para pasien tersebut umumnya (jauh) lebih disiplin dalam terapi pengobatan dibandingkan wanita diabetes yang tidak sedang hamil. Hal itu bisa terjadi karena para pengidap DMG tidak hanya memprioritaskan kesehatan dirinya, namun juga mementingkan kesehatan bayi yang sedang dikandungnya agar lahir utuh dan sehat.

Ibu hamil harus mewaspadai dampak negatif dari diabetes gestasional baik pada sang ibu maupun bayinya kelak (Ilustrasi: www.georgeinstitute.org.in)
Ibu hamil harus mewaspadai dampak negatif dari diabetes gestasional baik pada sang ibu maupun bayinya kelak (Ilustrasi: www.georgeinstitute.org.in)
Tentunya, pemeriksaan kesehatan yang menyeluruh (complete medical check-up) pada wanita sebelum menikah maupun hamil sangat perlu dan penting untuk dilakukan.  Bukankah mencegah (selalu) lebih baik daripada mengobati? Salam sehat selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun