Ibu hamil yang duduk di sebelah saya tersebut sangat memerlukan minyak kayu putih untuk meredakan rasa mualnya. Saya segera menawarkan minyak Kayu Putih Cap Lang milik saya untuk dipakainya. Wajahnya langsung berbinar saat menerima minyak Kayu Putih tersebut. “Biasanya saya bawa botol kayu putih dan minyak aromatherapy dalam tas, Mbak. Tapi, pagi ini dua-duanya ketinggalan di tempat tidur. Maklum, sudah kesiangan bangunnya,” katanya sambil berulang kali menghirup bau minyak Kayu Putih milik saya.
Tapi karena diburu waktu sehingga tak sempat membeli botol baru, aktivitas saya hari itu di Jakarta terpaksa dilewatkan tanpa mengoleskan minyak Kayu Putih. Akibatnya bisa ditebak. Kondisi badan saya jadi nyaman tak karuan di jalan maupun ruangan, khususnya yang ber-AC dengan temperatur luar biasa dingin. Jaket tebal pun tak mampu menghangatkan tubuh saya. Gawat nih!
Maka, ketika saya menjumpai apotik sebelum pulang ke Bogor, saya bergegas mendatanginya. Tujuannya tentu saja untuk membeli minyak Kayu Putih Cap Lang. Tak tanggung-tanggung, saya berniat untuk membeli setengah lusin atau enam buah botol berukuran 30 ml. Ternyata, stok yang tersedia hanya tinggal 2 buah! Wah, sempat kecewa juga saat itu. Apalagi saya sedang akan mempersiapkan diri untuk perjalanan menuju Yogya bersama para Kompasianer pemenang blog competition ulang tahun JNE ke-24 pada November 2014 lalu.
“Ini ribet enggak pakainya, Mbak?” tanya saya yang awalnya sempat ragu. Sebelumnya, saya pernah mendengar cara pemakaian minyak aromatherapy yang harus dipanaskan dulu agar aromanya bisa keluar untuk dihirup. Kalau begitu kan, mana praktis membawa aromatherapy saat perjalanan karena tidak ready to use.
“Wah, gampang banget ini (cara pakainya)!,” jawab si mbak pegawai apotik tangkas. “Sama aja seperti pakai minyak kayu putih, Mbak,” sambungnya lagi sambil memperagakan cara memakai minyak Kayu Putih Aromatherapy Cap Lang. Dengan sigap, dia pun memperagakan cara memakai minyak Kayu Putih Aromatherapy Cap Lang di hadapan saya. “Tinggal tuang beberapa tetes di telapak tangan, digosok sesaat, lalu usapkan di bagian tubuh yang kedinginan. Wangi aromatherapinya otomatis segera tercium, Mbak,” jelasnya sambil tersenyum. Saya pun dipersilakan mencoba langsung minyak Kayu Putih Aromatherapy Ekaliptus. Saat saya oleskan ke dahi wajah dan pelipis sekitar kepala, benar sekali! Kepala pusing dan keringat dingin karena rasa mual perlahan mulai berkurang setelah saya menghirup hangat dan harumnya Ekaliptus.
Maka sejak itulah, minyak Kayu Putih Aromatherapy Cap Lang senantiasa menemani setiap perjalanan saya, khususnya saat perjalanan jauh. Dua varian favorit saya yaitu Ekaliptus dan Lavender. Minyak Kayu Putih Aromatherapy Ekaliptus biasa saya gunakan saat masih berada dalam kendaraan saat perjalanan, baik moda transportasi darat, laut, maupun udara. Ketika melakukan field trip bersama para mahasiswa dengan mobil angkot dari Kota Bogor menuju Perkebunan Teh Agrowisata Gunung Mas di daerah Puncak-Cisarua (PTP Nusantara VIII), keberadaan minyak Kayu Putih Aromatherapy Ekaliptus sangat membantu selama perjalanan. Harap maklum, rute jalan yang penuh tikungan tajam dan berkelok-kelok menuju Puncak plus udara dingin sangat rentan memicu terjadinya mual dan mabuk sepanjang jalan. Jadilah minyak Kayu Putih Aromatherapy Ekaliptus milik saya berpindah dari satu tangan ke tangan lainnya selama di angkot. Sesampainya di Gunung Mas, isi botol hampir habis! Hahahaha…..
Saya juga baru ngeh, beberapa teman dan handai-taulan yang saat ini sedang hamil juga menggemari minyak Kayu Putih Aromatherapy Ekaliptus dan Lavender. Mual saat morning sickness jauh lumayan berkurang saat tubuh para ibu hamil tersebut dioleskan minyak Ekaliptus dan Lavender. “Badan (ibu hamil) jadi hangat dan kandungan (janin dalam perut) juga lebih tenang. Ke mana-mana sekarang jadi lebih enak,” tutur mereka. Aromatherapy Lavender memang juga nyaman untuk kulit bayi.