Pilihan menjadi pengusaha belakangan ini memang semakin trendy. Siapa saja bisa menjadi wirausaha. Usia muda dan tua, sarjana dan mahasiswa, warga desa dan penduduk kota, semuanya memiliki kesempatan yang sama untuk memulai bisnis. Selain modal berupa uang dan keahlian, apalagi hal yang diperlukan oleh seorang wirausaha?
Setelah menghadiri forum pertemuan untuk teknopreneur yang disponsori oleh PT Bank Central Asia Tbk (BCA), saya pun menemukan jawabannya. Jejaring atau networking adalah faktor kunci utama agar suatu bisnis terus berkembang. Bagi wirausaha pemula (start-up), semakin luas jaringannya maka semakin besar pula peluang usahanya dikenal oleh masyarakat luas. Strategi promosi dari mulut ke mulut atau words of mouth seringkali (jauh) lebih efektif daripada sebatas memasang iklan.
Peran BCA dalam memfasilitasi para wirausaha pemula agar semakin diketahui keberadaannya oleh khalayak luas patut diapresiasi. Salah satu kegiatan Corporate Social Responsibility(CSR) dari BCA yaitu Bakti BCA pada Rabu, 4 Mei 2016 lalu mengadakan acara presentasi dan diskusi (talk show) yang menghadirkan tiga orang wirausaha pemula yang juga muda usianya.
Acara yang berlokasi di Menara BCA Grand Indonesia, Thamrin Jakarta tersebut merupakan kerjasama Bakti BCA dengan Code Margonda Kafe dari Depok dan berlangsung selama 2 jam dari pukul 14.00 – 16.00. Kehadiran ketiga orang pria yang sama-sama berusaha di bidang pendidikan berbasis digital (online education) tersebut membuka wawasan para peserta diskusi tentang kondisi sebenarnya pendidikan di Indonesia.
Acara dibuka oleh Founder Code Margonda, Mas Tommy Herdiansyah. Mas Tommy menuturkan, sebelumnya Code Margonda juga sudah pernah berkolaborasi dengan Bakti BCA dalam “Bootstrap Traction for Startup.” Forum diskusi yang pertama tersebut menghadirkan CEO of Jojonomic.com Indrasto Budisantoso, Vice President of Go-Jek Dayu Dara Permata, dan CEO of Harukaedu Novistiar Rusandi.
Ketiganya berbagi pengalaman mereka sebagai wirausaha di masa awal usaha, terutama cara meningkatkan jumlah konsumen yang bersedia menggunakan aplikasi digital mereka. Jojonomic adalah aplikasi smartphonedi bidang perencanaan keuangan atau financial planning, Go-Jek bergerak dalam jasa transportasi via aplikasi online, dan Harukaedu menyediakan jasa pendidikan dalam jaringan (online education).
Ibu Inge Setiawati memberikan sambutan selanjutnya selaku Sekretaris Perusahaan BCA. Menurut Bu Inge, BCA menyadari adanya tren positif di kalangan wirausaha pemula yang berusia muda, khususnya di bidang sosial yang bersemangat memberikan nilai tambah dan manfaat bagi masyarakat (socialpreneur). Pendidikan adalah salah satu bagian dari socialpreneur yang dapat semakin berkembang dengan dukungan kemajuan teknologi. Terlebih lagi dengan jumlah penduduk Indonesia sebesar 250 juta jiwa saat ini yang tersebar antar kepulauan, optimalisasi kecanggihan teknologi dapat menjadi media yang efektif dan efisien dalam pemerataan kuantitas dan kualitas pendidikan.
Maka itulah, BCA sebagai salah satu bank terkemuka di Indonesia ikut serta dalam memfasilitasi seluruh kegiatan yang mendorong munculnya para wirausaha muda dan pemula yang bergerak di bidang pendidikan. Setelah sambutan dari Bu Inge, maka acara inti pun langsung dimulai. Bagi saya, urutan presentasi dari pengusaha pemula yang paling junior patut diacungi jempol. Bukan apa-apa. Semakin lama suatu acara presentasi berlangsung, maka semakin singkat pula konsentrasi para peserta acara. Penempatan Mas Riza Herzego sebagai pendiri Corzoga.com di awal acara membuat para hadirin semakin penasaran dengan paparan yang akan dibaginya.
Pembicara kedua adalah pendiri Kelase yaitu Mas Winastawan Gora Swajati. Sebelum mendirikan Kelase pada tahun 2014, Mas Gora – begitu dirinya biasa dipanggil – bekerja sebagai staf di perusahaan Intel Indonesia hingga 2013. Kelase merupakan sebuah aplikasi sekaligus wadah kolaborasi online untuk lembaga pendidikan dan komunitas dalam proses belajar-mengajar. Para pengajar yang menjadi registered users pada Kelase dapat pula saling berbagi materi pengajaran yang mereka ajarkan di sekolah masing-masing.
Kelase bahkan telah memiliki sekitar 14.000 kumpulan bank soal dari crowd sourcing yang telah dikumpulkan para guru yang bergabung dengan Kelase hingga April 2016. Semua soal tersebut dapat diakses dengan gratis oleh pengguna Kelase. Mulai Juli 2016, Kelase akan meluncurkan beberapa program konten edukasi berbayar.
Pembicara terakhir adalah Mas Maulana Muhammad sebagai Business Development pada RuangGuru.com yang bisa disebut sebagai les privat online. Para pelajar atau mahasiswa yang ingin mencari tutor privat dapat mengakses RuangGuru.com. Tujuan awal adanya RuangGuru.com adalah untuk “menaikkan penghasilan para guru.”
RuangGuru.com memiliki para guru privat pelajaran yang telah tersertifikasi dan melalui serangkaian tes sebelum dapat menjadi guru pada RuangGuru.com. Mas Maulana mengungkapkan, saat ini RuangGuru.com sedang mengembangkan fokus mereka pada mobile apps. Itu karena para pelajar dan mahasiswa saat ini lebih sering mengakses RuangGuru.com melalui smartphone dibandingkan laptop atau PC.
Setelah mendengarkan kata sambutan dari Bu Inge dan ketiga eduteknopreneur tersebut, saya pun lalu membayangkan. Jika seluruh bank di Indonesia memiliki kepedulian yang serupa dengan BCA dalam mendukung pendidikan dan pengusaha pemula, maka kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia bukan lagi impian. Namun, harapan semua masyarakat Indonesia itu akan menjadi kenyataan. Salam pendidikan yang merata untuk semua rakyat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H