Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Produk Promo, Dibeli atau Dihindari?

26 April 2016   18:28 Diperbarui: 26 April 2016   20:37 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kumpulan istilah marketing dan sales atau pemasaran dan penjualan di atas sering digunakan produsen saat menawarkan produk promo (Sumber Ilustrasi 1)

Kata “promo” memang menjadi magnet tersendiri untuk menarik konsumen. Pantaslah produsen berulang kali mengoptimalkan kekuatan istilah “promo”. Frekuensi penjualan produk promo juga semakin meningkat di saat momen-momen tertentu, misalnya ketika hari raya dan liburan sekolah.

Bagi produsen, produk promo secara garis besar memiliki dua tujuan yaitu pertama untuk mengenalkan produk baru –bisa barang atau jasa– kepada konsumen dan kedua untuk menghabiskan stok barang lama, terutama di akhir tahun. Intinya produk promo memang berfungsi untuk menaikkan tingkat penjualan suatu barang atau jasa.

Konsumen bisa diuntungkan sekaligus dirugikan dengan adanya produk promo. Sudah menjadi rahasia umum, produk promo dicari karena harganya yang (relatif) miring. Tambahan pula, kuantitas atau jumlah produk promo juga terbatas sehingga konsumen merasa sayang jika sampai melewatkan produk promo.

Produk promo jelas tidak ditawarkan produsen setiap saat. Ketika produk promo menjadi sarana promosi produk baru (product launching), maka produsen lebih menonjolkan sisi eksklusivitas waktu. Seiring berjalannya waktu, ketika masyarakat sudah mengetahui keberadaan barang atau jasa tersebut dan penjualan terus bertambah, maka penjualan produk promo tersebut akan dikurangi sedikit demi sedikit atau bahkan dihentikan.

Masyarakat Indonesia –khususnya Jabodetabek– pasti masih ingat saat suatu jasa transportasi berbasis aplikasi online tertentu yang bekerjasama dengan para supir ojek ketika memberlakukan tarif harga sebesar Rp 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) untuk maksimal jarak tempuh sejauh 25 Km di awal kemunculannya sekitar akhir tahun 2014.

Lalu, tahun 2015, tarifnya menjadi Rp 15.000,- (lima belas ribu rupiah) untuk 25 Km pertama. Kini, di tahun 2016, tarif Rp 15.000,- berlaku untuk 15 Km pertama. Pengalaman tersebut kemarin saya alami langsung saat hendak menuju Central Park Mall yang berada di Tomang Grogol Jakarta Barat dari Stasiun Manggarai di Jakarta Selatan yang berjarak 10 Km.

Awalnya saya sempat berpikir untuk tetap menggunakan busway. Namun, berhubung gangguan sinyal KRL sepanjang Stasiun Pasar Minggu hingga Manggarai memakan waktu hingga satu setengah jam, maka pilihan untuk menaiki busway saya alihkan ke moda transportasi ojek online demi mengejar waktu. Secara nominal rupiah, tentu saja membayar ojek online lebih mahal daripada menaiki busway karena hingga 4x lipat (Rp 15.000,- Vs Rp 3.500,-) karena kini sudah tidak berlaku tarif promosi ojek online. Tetapi, secara waktu, syukur alhamdulillah saya bisa tiba tepat waktu di lokasi sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.

Lalu jika para produsen ingin segera mengosongkan stok barang lama karena akan datangnya barang baru, maka bukan waktu yang menjadi titik tumpuan promosinya melainkan kelangkaan jumlah produk yang tersedia. Produsen akan bolak-balik mengingatkan para konsumen bahwa stok terbatas dan terus menginformasikan barang yang masih tersedia agar konsumen tergerak untuk segera memberinya.

Nah, apakah konsumen sebaiknya membeli atau menghindari produk promo? Berikut ini panduan yang dapat dimanfaatkan saat Anda dihadapkan dengan adanya penawaran produk promo. Selamat mencermati.

limited-offer-571f4ce6d57e61960d6c25e8.jpg
limited-offer-571f4ce6d57e61960d6c25e8.jpg
"Limited Offer" atau strategi penawaran terbatas baik secara kelangkaan waktu penawaran maupun jumlah produk yang tersedia menjadi andalan utama produsen dalam menjual produk promo (Sumber Ilustrasi 2)

Satu, sila beli produk promo jika Anda memerlukannya dalam jumlah besar
Ini terutama berlaku untuk produk kebutuhan sehari-hari seperti produk toiletries (sabun mandi, sampo, pasta dan sikat gigi), sabun cuci, dan alat tulis ketika tahun ajaran baru (buku tulis, pensil, dan pulpen). Selama Anda tidak fanatik terhadap merk produk tertentu, penawaran produk promo yang dapat digunakan dalam aktivitas keseharian sangat layak dimanfaatkan sehingga tidak harus berulang kali membelinya jika hanya membelinya dalam jumlah satuan maupun eceran (hemat waktu dan tenaga). Apalagi jika rumah atau tempat tinggal Anda sering didatangi anggota keluarga atau teman. Ketika mereka menginap dan tidak membawa alat mandi khusus, produk promo berupa tersebut dapat mereka gunakan.

Dua, belilah produk promo untuk produk yang awet dan tahan lama
Kiat ini wajib diingat saat konsumen hendak membeli produk makanan dan minuman. Seperti yang telah diungkapkan di atas, produsen acap kali menjual produk promo berupa barang stok lama. Atau jika pakaian, produk tersebut sudah tidak sesuai tren yang akan datang di tahun berikutnya. Oleh karena itu, untuk produk makanan promo, lebih baik konsumen membeli produk yang baru diluncurkan karena kualitasnya masih prima. Akan tetapi, jika produk bukan merk baru, pastikan konsumen selalu memeriksa tanggal kadaluarsa pada produk promo yang dijual. Untuk produk pakaian, kualitas produk promo juga dapat diteliti atas kerapian jahitan dan kualitas kain yang digunakan –ada lubang atau tidak– sehingga bisa dipakai dalam waktu lama meskipun termasuk stok pakaian lama.

Tiga, membeli produk promo tetap harus memperhatikan kualitasnya
Mentang-mentang produk promo (biasanya ditandai dengan harga murah-meriah), bukan berarti para konsumen lantas melupakan faktor kualitas barang maupun jasa yang dipromosikan produsen. Misalnya barang berupa sepatu atau tas. Jika konsumen ingin memakai suatu tas atau sepasang sepatu dalam waktu lama, pikir ulang sebelum membeli produk promo. Kedua jenis barang tersebut sangat jarang yang berharga promo jika memang kualitasnya prima. Produsen tas dan sepatu tidak ingin berisiko dengan kehilangan konsumen loyal yang jauh lebih mementingkan faktor kualitas daripada kuantitas. Begitu pula dengan produsen jasa. Umumnya mereka akan menawarkan produk jasa promo yang terjangkau harganya dengan meminimalisasi faktor kenyamanan dan ketepatan waktu yang memang hanya diprioritaskan untuk konsumen yang memakai produk jasa non promo. Contoh nyatanya adalah pada jasa dalam bisnis travelling yaitu harga tiket pesawat dan hotel.

banner1newedit-571f4e85359773aa092b099c.jpg
banner1newedit-571f4e85359773aa092b099c.jpg
Produk promo meningkatan daya ingat atau "recall" konsumen terhadap keberadaan merk suatu barang atau jasa hingga 50% dibandingkan jenis bentuk iklan lainnya (Sumber Ilustrasi 3)

Apapun jenisnya, produk promo maupun non promo, konsumen intinya memang harus selalu bisa membedakan antara kebutuhan atau keinginan. Sekecil apapun harga suatu produk promo dan sebanyak jumlah barang atau jasa yang ditawarkan produsen, ingatlah selalu ada sejumlah uang (biaya) yang harus dikeluarkan konsumen untuk membelinya. Belum lagi dengan mempertimbangkan faktor waktu dan tenaga. Belanja itu hal yang biasa. Namun menjadi konsumen yang cerdas dan bijak itu baru luar biasa. 

Salam Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun