Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Catatan Ringan dari Menghadiri Acara Suara Indonesia KompasTV

1 Februari 2016   15:08 Diperbarui: 1 Februari 2016   15:35 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Acara "Suara Indonesia" mantap memposisikan KompasTV sebagai TV berita terutama di Indonesia (Sumber Ilustrasi 1)"]

[/caption]Menonton TV termasuk kegiatan yang jarang saya lakukan.  Bahkan dalam seminggu, belum tentu saya menyaksikan acara TV.  Anehnya, saya malah mendaftarkan diri untuk menonton secara langsung (live)  acara “Suara Indonesia” dari KompasTV pada Kamis, 28 Januari 2016.  Sekedar penasaran atau bagaimana nih?

Sampai sekarang, saya baru dua kali menghadiri acara TV langsung dari studionya.  Pertama saat masih SD sebagai peserta acara ”Cerdas Cermat” di TVRI Jakarta.  Kedua, ketika menghadiri acara Suara Indonesia di KompasTV Kamis lalu sebagai penonton.  Dulu waktu jadi peserta kuis, jelas saya gugup karena masih SD.  Sekarang? Sederhana sih alasannya.  Belajar menjadi penonton sebelum jadi yang ditonton suatu waktu nanti di studio TV hehehehe….

Selain itu, di rumah keluarga saya, KompasTV menjadi stasiun berita favorit acaranya berkualitas serta bersih dari iklan (komersial) yang mengganggu.  Kedua adik laki-laki saya menyukai program bola dan stand-up comedy.  Menurut Ayah sebagai penikmat siaran berita, berita KompasTV termasuk netral dan berimbang.  Maksudnya, KompasTV memang fokus dan konsisten menyuarakan kebenaran dan kemanusiaan, bukan sekedar ‘berita pesanan atasan’ *eh

Ternyata menghadiri acara KompasTV juga ada prosedurnya.  Mbak Widha Karina, admin Kompasiana, meminta setiap Kompasianer yang terpilih, untuk mengambil langsung undangan ke kantor Kompasiana.  Instruksinya harus diambil yang bersangkutan agar mudah saat registrasi ulang di hari-H acara.  Iya jugalah…. Nanti kalau undangan dititipkan, lalu tunggu-tungguan sebelum acara kan repot.

Saya mengambil undangan sehari sebelum acara.  Biasa, sibuk hihihi…. Tapi, sebelumnya saya sudah mengirim surel ke admin Kompasiana dan memberi info akan mengambil undangan minus 2 hari sebelum acara.  Mbak Widha dengan responsifnya pun meminta tolong admin lainnya, Mbak Nindy, untuk memberikan undangan ke saya.  Mbak Widha sedang kebagian tugas siang sedangkan Mbak Nindy sudah dari pagi.  Kedua mbak admin yang keren tersebut memang kompak.  Thanks to you, guys!

Hari-H acara tibalah jua.  Saya sempat khawatir tidak bisa datang karena pekerjaan yang sedang menumpuk di kampus.  Tapi, akhirnya bisa juga saya berangkat, Alhamdulillah!  Mbak Widha kembali mengingatkan para Kompasianer melalui jalur komunikasi WA, agar kami datang paling tidak satu jam sebelum acara dimulai atau pukul 18.30 WIB sudah di JCC Kompleks Senayan Jakarta.

Namun, saya baru sadar.  Perjalanan saya dengan menaiki busway pada Koridor 1 rute Kota – Blok M menuju JCC bersamaan momennya dengan jam pulang kantor.  Terjebak macet deh jadinya sepanjang jalan.  Kalau dapat tempat duduk masih lumayan enak.  Berhubung saya berdiri terus selama di busway, langsung bersyukur dalam hati : “Bagus tadi enggak jadi pakai high-heels hehehehe…..”

Jam 7 malam, saya baru sampai di JCC Senayan Jakarta.  Setengah berlari alias jogging malam saya menuju JCC.  Umbul-umbul acara Suara Indonesia dari KompasTV berjajar di sepanjang jalan.  Saya sempat khawatir tidak boleh masuk jika terlambat.  Maklum, belum paham prosedurnya hihihi….

Siapa sangka, saya seperti tamu dari negara antah-berantah saat sampai di pintu masuk dan meja pendaftaran.  Bukan apa-apa.  Para panitia dan undangan sudah mirip tamu pesta dansa di istana, cantik dan tampan dengan busana serta dandanan menawan, alamak! Saya – yang baru pulang kerja – mirip Upik Abu setelah kerja rodi di istana huhuhu….. But, the show must go on!

Di sana, saya berjumpa dengan beberapa Kompasianer yang sudah tiba terlebih dahulu, termasuk Mbak Widha.  Mereka yang melihat saya sudah kelelahan, langsung menarik saya ke meja prasmanan, sedap! Lumayan, masih bisa menikmati makan malam komplit selama setengah jam, termasuk es campur dan kue-kue kecil lainnya.  Wah, kalau setiap acara live di TV menunya seenak (dan sebanyak) seperti di KompasTV kemarin, enak juga ya kalau bisa sering-sering menghadirinya hahahaha…

Sekitar 10 menit sebelum acara dimulai, para panitia mengingatkan para undangan untuk segera masuk ke tempat acara.  Para Kompasianer sempat berbisik-bisik : “Penentuan tempat duduk penonton juga ada kastanya toh….” 

Jelas kursi penonton VIP dan VVIP untuk para tamu seperti pejabat negara dan penerima penghargaan.  Setahu saya, ada warna kuning dan oranye di undangan yang membedakan lokasi duduk saat acara.  Intinya, warna kuning – seperti yang dimiliki Kompasianer – duduk di barisan paling belakang, oranye di tengah, lalu VIP dan VVIP.  Namun, panitia meminta agar kursi di depan yang masih kosong – kecuali kursi VIP – unruk diisi dulu.  Asyik, jadinya enggak duduk terlalu belakang hahahaha…

Acara diawali dengan penampilan lagu rap dari komika Panji dan komedian Cak Lontong.  Bagus lho suara mereka berdua ternyata.  Ditambah liriknya yang berupa kritik sosial, maka tambah panaslah suasana malam itu.  Kami – para penonton di belakang, terutama Kompasianer – heboh bertepuk tangan setiap kali pengisi acara naik dan turun panggung.  Kompasianer gitu lho hehehehe….

Lucunya, di barisan depan, suara tepukan bisa dibilang sangat sunyi bahkan hampir tidak ada gaungnya.  Kenapa bisa begitu ya? Usut-diusut, itu adalah tempat duduk para pejabat! Pantesan…. Para Kompasianer di sekitar saya sibuk berkomentar : “Memang kalau sudah jadi pejabat, harus jaga image terus ya?” Hiaah….

Penampilan Iwan Fals tambah membuat seru acara.  Tapi, ya mungkin karena lirik lagunya ‘menyentil’ para wakil rakyat, barisan tamu terhormat pun hanya bisa senyam-senyum sepanjang acara berlangsung. Semoga sepulang acara, mereka mendapat pencerahan agar selalu ingat rakyatnya – bukan hanya partainya – saat bekerja, Amin.

Selain lirik, saya juga salut dengan kualitas suara Bang Iwan yang tetap prima sekalipun sudah tak muda lagi usianya.  Saya juga terkesima dengan suara Glenn Fredly dari Trio Lestari yang ternyata suara aslinya memang luar biasa merdu dan jernih.  Selama ini, saya hanya baru mendengarnya via rekaman.

[caption caption="Wapres RI, Muhammad Jusuf Kalla, turut meresmikan KompasTV sebagai TV berita bersama Pimpinan Redaksi KompasTV, Rosiana Silalahi (Sumber Ilustrasi 2)"]

[/caption]Sepanjang acara, saya mengamati bahasa tubuh para sosok penerima penghargaan dari KompasTV.  Mulai dari petinju legendaris Ellyas Pical, comedian fenomenal Mas Indro dari Warkop DKI, Ibu Sumita Tobing sebagai pelopor wawancara TV yang kritis dan progresif, dan Ibu Waldjinah, legenda keroncong di Indonesia.  Semuanya terlihat sangat bahagia dan bangga karena KompasTV telah mengapresiasi dan senantiasa mengingat hasil karya mereka selama ini yang mengharumkan nama Indonesia secara nasional maupun global.

Satu waktu, saya pernah membaca tulisan.  Lupa dengan nama penulisnya, tapi saya ingat betul isinya.  Tulisan itu mengingatkan pembacanya bahwa masyarakat Indonesia itu memang termasuk pelupa.  Saat seseorang di puncak kejayaannya, dia dipuja tanpa cela.  Lain ceritanya saat roda berputar dan sang idola tak lagi ternama, maka dia pun bisa dilupakan begitu saja.  Tragis ya?

Syukurlah, seperti penuturan Bapak Jusuf Kalla, KompasTV mantap memposisikan dirinya sebagai stasiun berita terpercaya di Indonesia.  “Ya, kalau mendengar kata ‘Kompas’ di Indonesia, orang pasti langsung teringat berita.”  Saya dan Kompasianer Riap Windhu pun sepakat dengan kalimat bapak wapres RI yang dulu pernah menjadi host acara “Jalan Keluar” selama 3 tahun di KompasTV.

Sepulang dari acara tersebut, saya berharap kelak langkah idealis KompasTV dalam membangun kepercayaan para penonton (setia) acara termasuk beritanya akan diikuti pula oleh stasiun TV lainnya di Indonesia.  Tujuannya agar suara Indonesia yang positif dan inspiratif dapat terdengar ke seluruh dunia.  Salam perubahan.  Salam Suara Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun