Produk Pipiltin Cocoa berasal dari Pidie Jaya Aceh, Tabanan Bali, dan Banyuwangi (Sumber Ilustrasi 1)
Tahun 2016 sepuluh hari lagi di depan mata. Umumnya tahun baru dibarengi semangat dan harapan baru. Bagi pemilik bisnis, tertarik untuk mencoba bisnis baru? Atau bagi yang belum berbisnis, sudah merencanakan ingin memulai bisnis di tahun 2016? Wajib diketahui, perlambatan ekonomi seringkali malah menimbulkan bisnis baru. Banyak bisnis baru tersebut datang dengan kumpulan ide segar yang inovatif dan kreatif karena faktor kepepet saat krisis ekonomi #BlessingInDisguise
Apapun bisnis Anda nanti, pastikan Anda memulai bisnis dengan niat yang tepat dan langkah yang cermat. Bukan apa-apa. Sudah menjadi rahasia umum bahwa memulai segala sesuatu itu – tak terkecuali bisnis – perlu persiapan dan perencanaan yang matang jikalau ingin terus langgeng ke depannya. Banyak bisnis yang dimulai karena latah mengikuti trend pasar akhirnya layu sebelum berkembang. Masih ingat kan dengan booming bisnis batu akik beberapa waktu lalu?
Memulai bisnis bisa dibilang gampang-gampang susah (atau susah-susah gampang?). Tak sedikit yang bilang, modal utama bisnis yaitu uang. Ada pula yang berpendapat, ide bisnis adalah segalanya. Opini lainnya tentang memulai bisnis yaitu pentingnya passion (minat). Networking atau jejaring juga dianggap sangat strategis saat mengawali bisnis. Lalu, bagaimana idealnya langkah di awal merintis bisnis?
Senin 14 Desember 2015 lalu, berdasarkan info dari salah satu admin Kompasiana, Mbak Widha Karina, saya bersyukur dapat menghadiri acara bertajuk GLITZMEDIA.CO + BCA Young Entrepreneur Movement: The Basic of Money & Time Management to Developed A Strong Brand di LetterD Cuisine & Bar, Gandaria, Jakarta Selatan. Acara bincang-bincang penuh manfaat tersebut menghadirkan antara lain narasumber yaitu pelaku bisnis coklat, Tissa Aunilla sebagai Co-Founder Pipiltin Cocoa dan Pak Lian Lubis selaku Senior Manager Treasury Division BCA.
Mbak Tissa (36 tahun) berbagi informasi sekaligus inspirasi tentang pengalamannya dalam memulai bisnis coklatnya, Pipiltin, sejak tahun 2013 lalu. Keterangan lengkap tentang Pipiltin Cocoa dan rangkaian produknya dapat dicek di website resminya : www.pipiltincocoa.com.
Nah, berikut ini lima strategi kunci mengawali bisnis ala Mbak Tissa yang dapat dipraktekkan oleh para pebisnis, terutama pebisnis pemula. Bonus: kelimanya merupakan langkah praktis dan realistis untuk dapat dipraktekkan semua orang (lebih dari sekedar kajian teoritis tentang mengawali bisnis). Maka wajarlah dengan kelima langkah awal bisnis tersebut, Pipiltin Cocoa berhasil meraih penghargaan Gold Medals dari beberapa kompetisi pastry dan cokelat di Jakarta dan Singapura.
Menabung untuk Kelancaran Modal Bisnis
Mbak Tissa sebelumnya bekerja sebagai lawyer atau pengacara. Sebelum memulai bisnis, beliau pernah merasakan kerja kantoran dan memiliki penghasilan tetap per bulan selama 8 (delapan) tahun. Penasaran bagaimana dirinya menyiasati turun-naiknya penghasilan yang diperolehnya setelah mengelola Pipiltin Cocoa?
“Saya banyak terbantu dengan modal dari tabungan saya selama dulu bekerja sebagai pengacara. Jadi hingga kini, modal Pipiltin murni dari dana para pendirinya,” begitu jawabnya lugas. Ternyata, selain saat bermanfaat di saat darurat, tabungan juga sangat penting perannya dalam melancarkan jalannya perputaran kas bisnis #MariMenabung
Mbak Tissa juga memaparkan, sebagian besar profit Pipiltin Cocoa ditabungnya lagi untuk diputar sebagai modal bisnis. Dirinya mengaku selalu berusaha menahan diri untuk tidak terjebak kepuasan sesaat (euphoria) dengan membeli barang-barang konsumtif saat laba bisnisnya sedang meroket. Contohnya, membeli rumah atau mobil mewah. Lain halnya jika barang tersebut mendukung jalannya bisnis atau termasuk barang produktif, seperti alat produksi.
Pastinya mengoptimalkan dana tabungan pribadi – baik dalam rupiah maupun mata uang asing, terutama US Dollar - jauh lebih menenangkan sekaligus menyenangkan saat memulai bisnis. Minimal pemilik bisnis tidak dipusingkan dengan jatuh tempo pembayaran hutang bisnis ke pihak lain. Bayangkan betapa stressnya jika sejak awal, pebisnis sudah harus meminjam ke sana-sini untuk menutupi kekurangan modal bisnisnya.
Tambahan lagi saat pebisnis harus berhubungan dengan rekan bisnis yang berada di luar negeri. Transaksi bisnis mau tak mau harus dilakukan dengan valuta asing (valas). Bisa dipastikan, hadirnya selisih kurs antara mata uang asing dan Rupiah jelas mempengaruhi besaran nominal modal bisnis. Mbak Tissa termasuk pebisnis di Indonesia yang rutin berhubungan dengan pihak asing dari Eropa. Mesin-mesin produksi coklat pada Pipiltin Cocoa dibeli dari perusahaan di Belgia.
Masih berkaitan dengan tabungan, Pak Lian Lubis dari BCA memaparkan tentang manfaat yang dapat diperoleh pebisnis dengan menjadi nasabah BCA dalam program KlikBCA berupa KlikBisnis. Pak Lian – sebelumnya menjadi narasumber dalam event Nangkring BCA dan Kompasiana, Kamis 3 Desember 2015 – memaparkan tentang kurs E-Rate BCA yang selalu update atau mengikuti harga pasar selama jam transaksi (real time market rate). Tanpa harus datang ke kantor cabang BCA, pebisnis dapat terus memonitor perkembangan nilai tukar rupiah terhadap 14 nilai mata uang asing yang termasuk kurs E-Rate BCA melalui KlikBCA yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja via laptop maupun smartphone.
Mbak Tissa sendiri mengakui, sebelumnya masih menggunakan kurs Counter TT yang membuatnya harus datang langsung ke bank. Padahal, meluangkan waktu untuk berkunjung ke bank itu tentunya memakan waktu yang tidak sebentar. Belum lagi saat harus terjebak macet di jalan. Khususnya parahnya kemacetan di Jakarta! Duh…
Oleh karena itu, kurs E-Rate BCA hadir untuk mendukung kelancaran usaha para pebisnis yang selalu mengutamakan efisiensi dan efektifitas produksi, khususnya saat melakukan transaksi valas antar negara. Selain menabung untuk modal bisnis, pastikan pula bank tempat Anda menabung turut memfasilitasi kemajuan bisnis nasabahnya. Urusan fulus (uang) memang akan semakin mulus dengan hadirnya update kurs dan juga nominal tabungan pebisnis.
Lakukan Riset Pasar dengan Serius
Setelah menabung modal bisnis, langkah kedua ini sangat penting untuk keberlanjutan bisnis. Tanpa riset pasar, pebisnis akan kesulitan mengenali konsumennya. Bukankah tak kenal maka tak sayang?
Pilpin Cocoa bisa ada bukan karena mengikuti trend bisnis semata. Tahu berapa lama waktu riset yang diperlukan Mbak Tissa sebelum memulai bisnis toko coklat Pipiltin? ‘Hanya’ 3 tahun! Wah, benar-benar matang ya persiapannya.
Tidak tanggung-tanggung, Mbak Tissa bahkan sampai mengikuti kursus membuat coklat di Swiss, negara yang terkenal dengan produk olahan coklatnya itu. Selain serius menekuni cara pembuatan coklat, dirinya juga mengamati kecenderungan orang Indonesia dalam menikmati cokelat.
Beliau menemukan bahwa lidah konsumen lokal tidak terlalu mampu membedakan varian rasa cokelat batang yang beredar di pasaran selama ini. Rencana awalnya untuk memproduksi batangan coklat (chocolate bar) pun lalu dimodifikasi dengan menjual olahan pencuci mulut (desserts) dengan memakai cokelat batangan produksi Pipiltin agar konsumen terbiasa dengan cita rasa khas Pipiltin Cocoa terlebih dahulu.
Namun, bukan berarti setelah bisnis dimulai, riset pasar lalu berhenti. Mbak Tissa menambahkan, selama hampir 3 tahun menjalankan Pipiltin Cocoa, dirinya terus melakukan inovasi produk coklat beserta layanannya melalui riset pasar yang intensif agar Pipiltin terus berkembang mengikuti perkembangan dan kemajuan zaman.
Punya Tujuan Mulia dengan Berbisnis
Saat sesi tanya-jawab, saya sempat bertanya ke Mbak Tissa tentang kiatnya untuk terus bertahan menghadapi tantangan dan kesulitan bisnis. “Saat sedang down, saya selalu mengingat para petani coklat lokal yang menjadi mitra bisnis kami. Jika Pipiltin sukses, begitu pula dengan nasib mereka.” Niat awal berbisnis coklat memang karena Mbak Tissa gemas setelah mengetahui coklat terkenal dari Belgia dan Swiss mayoritas memakai bahan baku biji cokelat dari Indonesia.
Eh, tapi bukan nama Indonesia yang terangkat sebagai penghasil coklat berkualitas, malah negara penghasil olahan cokelatnya di Eropa yang mendunia. Maka itulah, Pipiltin Cocoa hadir untuk membawa nama harum Indonesia di pentas perdagangan cokelat dunia.
Setelah melakukan riset coklat di Indonesia, Pipiltin lalu memilih biji cokelat lokal hasil panen dari petani coklat di Pidie Jaya Aceh, Tabanan Bali, dan Glenmore Banyuwangi. Mbak Tissa pun langsung bermitra dengan para petani coklat dari ketiga daerah tersebut di Indonesia tanpa melalui perantara. Tujuannya agar negosiasi harga bisa lebih transparan dan kesejahteraan petani cokelat pun dapat ditingkatkan. Siapa sangka, ternyata ada seulas senyum banyak petani di balik kelezatan sepotong coklat Pipiltin.
Gandeng Rekan Bisnis yang Amanah
Urusan bisnis selalu berkaitan dengan keuangan. Mitra atau partner bisnis yang amanah atau dapat dipercaya dan diandalkan mutlak kehadirannya jikalau pebisnis berniat memiliki bisnis patungan atau bersama. Mbak Tissa mengaku sangat bersyukur memiliki rekan bisnis yang sekaligus adik kandungnya yaitu Irvan Helmi.
Nah, bersama sang adiklah, Pipiltin Cocoa dibesarkan bersama. Mbak Tissa pun berbagi peran dan tugas dengan adik plus mitra bisnisnya tersebut. Biasanya Irvan yang lebih banyak berkeliling ke para petani cokelat lokal. Sementara itu, dirinya mengurusi proses produksi cokelat pada kedua lokasi outlet Pipiltin Cocoa di Barito dan Senopati Jakarta Selatan.
Faktor adanya ikatan keluarga pula yang membuat Mbak Tissa lebih mudah berbagi ide bisnis dengan adiknya. Hambatan bisnis pun menjadi lebih mudah untuk diatasi bersama karena keduanya sudah mengenal baik selama bertahun-tahun #BersamaKitaBisa
Jaga Kualitas dan Keunikan Bisnis
Menurut Mbak Tissa, sejak awal memulai Pipiltin Cocoa, dirinya selalu mengingat bahwa kualitas dan keunikan produk juga layanannya wajib terus dijaga serta ditingkatkan. Sekali saja faktor kualitas dan keunikan diabaikan, maka bisnis tak pelak berjalan menuju ke jurang kehancuran.
Mulai dari kualitas bahan baku berupa biji cokelat hasil tanam petani lokal, proses produksi di dapur, penyajian di toko, hingga layanan antar (delivery service) mendapat porsi perhatian yang sama besarnya. Untuk memastikan adanya kesatuan standar bisnis, Mbak Tissa mencantumkannya dengan sistematis dan terinci dalam rencana bisnisnya (business plan).
Sepulang dari acara tersebut, saya lantas mengagendakan untuk mengunjungi langsung Pipiltin Cocoa saat liburan nanti. Selain menikmati cokelat asli khas Indonesia, pasti masih banyak lagi informasi tentang kiat-kiat memulai bisnis nasional berkualitas internasional di sana. Yuk, mari memulai berbisnis lokal berkualitas global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H