Para juara 1, 2, dan 3 untuk kategori Proyek Sains OSN Pertamina 2015 (Dokpri)
Olimpiade Sains Nasional (OSN) Pertamina pada tahun 2015 telah memasuki kali ke-8 sejak diadakan pertama kali tahun 2008. Kompetisi sains nasional bergengsi yang bertema “Inovasi Sobat Bumi untuk Masa Depan Generasi” ini resmi ditutup rangkaian acaranya pada Kamis, 26 November 2015. Gedung Integrated Faculty Club Universitas Indonesia (UI) menjadi lokasi acara penutupan sekaligus pengumuman pemenang OSN Pertamina 2015.
OSN Pertamina merupakan salah satu bentuk program CSR dan peran nyata Pertamina untuk memajukan pendidikan tinggi dalam bentuk ajang kompetisi ilmiah di bidang sains (Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi) bagi para mahasiswa PTN dan PTS di seluruh Indonesia. Awalnya OSN Pertamina bernama OSN-PTI (Olimpiade Sains Nasional Perguruan Tinggi se-Indonesia) di tahun 2008. Kompetisi ini terbuka untuk kategori individu (Kategori Teori) untuk mahasiswa berprestasi tingkat nasional dan tim yang terdiri atas tiga orang mahasiswa per kelompok (Proyek Sains) mulai tahun 2012.
OSN Pertamina pun turut berperan aktif dalam menyambut pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan memperluas cakupan Proyek Sains untuk menjadi kompetisi regional ASEAN sejak tahun 2015. Peserta Proyek Sains OSN Pertamina mulai tahun ini dapat berasal dari perguruan tinggi terbaik di negara-negara ASEAN antara lain NTU dan NUS (Singapura), UKM dan UPM (Malaysia), Mahidol University dan Chiang Mai University (Thailand). Informasi lengkap mengenai OSN Pertamina 2015 (termasuk tata cara pendaftarannya bagi mahasiswa) dapat diakses di website resmi korporasi Pertamina dan OSN Pertamina.
Saya termasuk bagian dari 10 Kompasianer terpilih yang dapat meliput acara puncak OSN Pertamina 2015 yang berlangsung sejak pukul 13.00 WIB hingga 16.00 kemarin siang. Saat tiba di lokasi acara, umbul-umbul OSN Pertamina 2015 tampak memenuhi bagian depan Gedung Faculty Club UI. Suara sorak-sorai dan gemuruh mahasiswa jelas terdengar ketika saya memasuki pintu gerbang gedung. Saya pun langsung menuju tenda acara dan bergabung dengan undangan lainnya setelah melakukan registrasi ulang kepada Mas Harry, admin Kompasiana.
Sambil menunggu pengumuman pemenang OSN Pertamina 2015, saya berkeliling melihat stand para finalis untuk kategori Proyek Sains. Hasil karya para mahasiswa dan generasi muda Indonesia tersebut membuat saya terkagum-kagum. Bagaimana tidak? Para intelektual muda dari berbagai PTN dan PTS ternyata memiliki ide brilian dalam inovasi di bidang sumber energi terbarukan dan ramah lingkungan (new and renewable energy).
Contohnya ide kreatif dari tim Proyek Sains dari Universitas Indonesia berupa lempengan logam bernama Pie-HaT (Piezoelectric Harvesting Technology). Proyek ini mengajukan pemanfaatan potensi dari melimpahnya jumlah penumpang Commuter Line untuk menghasilkan energi listrik selama sekitar 12 hingga 16 jam. Diketuai oleh Rana Bouzida, proyek sains unik dan inspiratif itu berhasil meraih juara 3 dalam kategori Proyek Sains OSN Pertamina 2015.
Lalu, bagaimana cara kerjanya? Lempengan Pie-HaT diletakkan di sepanjang bangunan stasiun sehingga terkena injakan kaki para pengguna KRL. Lempengan Pie-HaT tersebut dapat menghasilkan arus listrik dengan adanya tekanan atau pemampatan (pressure or compression). Ada baiknya ide aktual dan bermanfaat Pie-HaT tersebut diajukan kepada pihak-pihak terkait seperti PLN, Departemen Perhubungan (Dephub), dan PT KAI (Kereta Api Indonesia) serta divisi KCJ (KAI Commuter Jabodetabek). Pasti menarik sekali jika ide tersebut berhasil diwujudkan ke depannya. Selain asli karya anak bangsa, pengguna KRL pasti akan bangga ketika mengetahui kunjungan mereka ke stasiun ternyata bisa juga menghasilkan energi listrik yang bermanfaat.
Pengamatan saya terhadap karya mahasiswa Proyek Sains OSN Pertamina 2015 ini menunjukkan bahwa ide mereka berasal dari situasi dan kondisi tekstual di Indonesia saat ini dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada di sekitar mereka. Hal ini terlihat dari pemanfaatan mikroalga sebagai alternatif sumber energi listrik oleh Proyek Sains dari tim Universitas Surabaya (UBAYA) yang berjudul “Yellow Green Microalgae Nannochloropsis oculata as a New Source of Electricity.”
Tim yang diketahui mahasiswa Yoanes Maria tersebut sangat jeli dalam membidik peluang besar Indonesia sebagai sumber mikroalga (banyak ditemui di laut, terutama dari jenis ganggang) yang belum tergarap dengan optimal. Wajarlah Proyek Sains ini keluar sebagai juara pertama, terlebih dengan mengingat mikroalga juga diketahui sebagai salah satu asal-usul minyak bumi.
Sementara itu, di bidang Teori Sains atau kategori individu, tiga PTN ternama di Indonesia bersaing ketat dalam menempatkan mahasiswanya dalam meraih posisi juara. UI, sebagai tuan rumah, ketiga orang mahasiswanya masing-masing sukses meraih juara 1 untuk bidang Teori Biologi dan Fisika serta juara 2 untuk bidang Teori Kimia. Bahkan sang MC OSN Pertamina 2015, Ronal Surapradja, telah mengenal sang mahasiswa UI juara 1 di Bidang Teori Fisika, Jason Kristiano, karena sebelumnya pernah mewawancarainya dalam wawancara televisi tentang anak-anak yang unggul di bidang sains.
Sedangkan empat orang mahasiswa ITB berhasil menjadi juara 3 untuk bidang Teori Fisika dan Kimia serta juara harapan (Honorable Mention) untuk bidang Teori Kimia dan Matematika. UGM menempatkan dua orang mahasiswanya sebagai juara 1 untuk bidang Teori Kimia dan juara 2 bidang Matematika. Para peserta kategori Teori Sains melewati seleksi tes tertulis, penulisan dan presentasi makalah ilmiah (scientific paper).
Selain dihadiri oleh para finalis, OSN Pertamina 2015 juga didatangi oleh para alumni dan juara OSN Pertamina dari tahun-tahun sebelumnya. Menurut penuturan salah satunya, Indonesia dapat memiliki banyak calon ilmuwan terkemuka di masa depan yang juga merupakan alumni OSN Pertamina. Tahun 2015 ini saja, peserta OSN Pertamina tercatat sebanyak 26.000 orang mahasiswa untuk kategori Teori Sains, 300 tim Proyek Sains se-ASEAN, dengan 42 perguruan tinggi mitra. UNSRI, ITS, dan UNRAM tercatat sebagai mitra terbaik dari pihak perguruan tinggi dalam OSN Pertamina 2015.
Berikut ini daftar lengkap juara OSN Pertamina 2015:
Bidang Teori Matematika Bidang Teori Fisika
Juara 1 - Jefferson Cesario – UNAIR Juara 1 – Jason Kristiano - UI
Juara 2 - Riky Kurniawan – UGM Juara 2 – Windu Sara I. W. – Univ. Pendidikan Ganesha
Juara 3 - Alvian Y. Hilman – UNSRI Juara 3 – Julius - ITB
Juara Harapan - Reza Wahyu K. – ITB Juara Harapan – Laurentius Pranata - UNDIP
Bidang Teori Kimia Bidang Teori Biologi
Juara 1 – Ivone M. Nugraha – UGM Juara 1 – Yudhistira O. - UI
Juara 2 – M. Iqbal Syauqi – UI Juara 2 – P. Bagus T. Saputra – UNAIR
Juara 3 – Zulfa H. Kautsar – ITB Juara 3 – Adzhar Arsyad – Univ. Negeri Makassar
Juara Harapan – Alfino Rahel – ITB Juara Harapan – Natasha A. – Univ. Surabaya
Proyek Sains
Juara 1 – Yoanes Maria – Universitas Surabaya Juara Harapan – Nada Mawarda - UNIBRAW
Juara 2 – Ahmad Dianal – UNIBRAW Juara Harapan – Wulandari – UNSRI
Juara 3 – Rana Bouzida – UI Juara Harapan – Fahmi D. – Univ. Teknologi Sumbawa
Juara Harapan – Rahimatul Yusra – ITB Juara Harapan – Respati Kevin - UI
PIC Terbaik
Wilayah Barat – UNSRI/Universitas Sriwijaya – Sumatera Selatan
Wilayah Tengah – ITS/Institut Teknologi Sepuluh November – Jawa Timur
Wilayah Timur – UNRAM/Universitas Mataram – NTB/Nusa Tenggara Barat
Saya sangat setuju dengan pendapat Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemristekdikti, Prof. Intan Ahmad, Ph.D, ketika memberikan kata sambutan di awal acara. Menurut beliau, negara yang memiliki kepedulian besar terhadap pengembangan riset sains dan teknologi serta memfasilitasi para ilmuwan yang ada, pastinya akan menjadi negara yang maju. Pikiran saya otomatis teringat dengan para juara sains dalam penghargaan Nobel yang hingga saat ini pemenangnya adalah mayoritas dari Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan Perancis.
Tak heran, sampai sekarang hanya Jepang yang menjadi satu-satunya negara penerima piala Nobel terbanyak dari Asia untuk bidang sains. Tiga negara lainnya yang berada di luar Amerika dan Eropa yaitu diwakili oleh ilmuwan Fisika dari Pakistan, Mohammad Abdus Salam (1979), lalu ilmuwan Kimia dari Mesir, Ahmad Zewail (1999), dan Aziz Sancar dari Turki (2015). Semoga kelak para saintis muda alumni OSN Pertamina dapat mengharumkan nama bangsa di tingkat dunia dengan menjadi penerima Nobel sains pertama untuk Indonesia. Bagi perusahaan lainnya di Indonesia, bentuk CSR dari Pertamina berupa dukungan penuh untuk kemajuan pendidikan di bidang sains dan teknologi bagi generasi muda patut kiranya diapresiasi serta diteladani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H