Apakah hanya sebatas ilmu saja? Tambahkan pula dengan pengalaman baru dan lingkaran pertemanan yang mengesankan dan (seringnya) menyenangkan. Ditambah lagi dengan beragamnya latar belakang para Kompasianer. Jadi, saat mengikuti setiap kopdar Kompasiana, usahakan tambah (minimal) satu teman baru - baik sesama Kompasianer maupun tim admin Kompasiana - agar jika bertemu lagi di kopdar berikutnya, bisa lebih akrab lagi karena sudah saling mengenal sebelumnya. Tak apalah, dengan sesekali "SKSD" alias 'Sok Kenal Sok Dekat' hahahaha....
Jelas sayang sekali jika saat kopdar, para Kompasianer masih selalu sibuk sendiri dengan gadget dan materi acara. Sesuai dengan motto Kompasiana, "Sharing and Connecting", nah even kopdar adalah momen tepat untuk mengenal secara nyata sesama Kompasianer yang selama ini baru dikenal via dunia maya. Lagi-lagi berdasarkan pengalaman pribadi saya, pertemanan dengan sesama Kompasianer menjadi lebih menyenangkan ketika juga mengenalnya secara langsung via tatap muka di kehidupan nyata.
 Bisa disimpulkan, Kompasianer ini mirip miniatur Indonesia dengan penghuninya dari Sabang hingga Merauke, bahkan hingga para WNI yang tinggal di luar negeri. Ketika sudah berteman baik, bukankah banyak kesempatan - termasuk menambah penghasilan - dapat diperoleh dengan lebih mudah daripada jika masih asing sama sekali? Jika ada pilihan untuk menawarkan pekerjaan kepada orang yang Anda sudah kenal baik atau dengan yang belum Anda ketahui jelas rekam jejaknya, pastinya Anda cenderung untuk memilih orang yang pertama. Tak kenal maka ta'aruf (kenalan) agar bisa tumbuh rasa sayang, ahem hehehehe...
 Oleh karena itu, wajarlah dengan realita, banyak Kompasianer yang akhirnya bisa menulis buku setelah berkecimpung di Kompasiana dan mengenal banyak Kompasianer lainnya. Kompasiana merupakan bukti nyata dari ampuhnya The Positive Power of Collaborative Networking. Tidak sebatas bertambah profesinya sebagai penulis buku, ada juga yang lolos beasiswa karena panitia seleksinya terkesima setelah membaca kumpulan artikel sang Kompasianer, dapur keluarganya semakin mengebul setelah menjadi Kompasianer, menjadi narasumber dengan nongol di layar TV melalui tayangan Kompasiana TV di Kompas TV, hingga mendapat jodoh sesama Kompasianer! Lebih lengkapnya, silakan baca artikel Kompasianer dengan judul "Karena Kompasiana, Saya......" dengan label atau tags kompasiana7. Â
3. Berbagi Membuat Hidup Lebih Berarti
Kesempatan berbagi ini semakin terasa dengan terbentuknya berbagai komunitas Kompasianer untuk memfasilitasi kesamaan minat yang dimiliki. Jujur, untuk berbagi banyak tentang pengalaman di komunitas Kompasiana, saya belum punya bahannya untuk ditulis. Mengapa oh mengapa? Â
Sekalipun sudah terdaftar sebagai anggota komunitas peminat film (Komik) dan penggila kuliner (KPK), belum sekalipun saya mengikuti even offline keduanya. Klise sih alasannya : Jarak dan waktu karena saya memang sulit untuk sering-sering menghadiri acara di petang dan malam hari. Sementara ini, saya baru sebatas rajin membaca hasil liputan teman-teman Kompasianer yang aktif di komunitasnya masing-masing. Aduh, ketahuan deh ini, jadi anggota pasif komunitas di Kompasiana hehehehe....Â
Syukurlah, Kompasiana ternyata tetap memberi kesempatan para Kompasianer lainnya untuk bisa berbagi via komunitas di luar kehadiran dan partisipasi aktif dalam setiap kegiatan. Tahun 2015 ini, caranya adalah dalam bentuk donasi dalam aksi sosial "Komunitas Bersama Kita Bisa (Commact/Community Act)". Hanya dengan "klik", maka para Kompasianer dapat menyumbangkan dananya untuk membantu para pihak yang membutuhkan bantuan dana setelah disurvei oleh sejumlah komunitas Kompasiana.