Memang banyak orang yang bisa berkilah, “Mengurus negara sebesar Indonesia itu tidak semudah yang dibayangkan.” Tapi, menilik kesuksesan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaannya 7 dekade lampau, meskipun dengan fasilitas perang seadanya, kenapa kesuksesan yang sama tidak bisa diulang lagi dalam pembangunan nasional setelah Indonesia merdeka? Bahkan saat Pertempuran Surabaya 10 November, pihak Sekutu yang awalnya mengira Surabaya dapat ditaklukkan dalam waktu tiga hari, ternyata salah besar.
Selama tiga minggu, rakyat dan pejuang Surabaya terus melawan tentara Sekutu yang dipersenjatai dengan pesawat terbang, tank, dan kapal perang. Walaupun akhirnya Surabaya dapat dikuasai Sekutu, namun bukan berarti penduduk Surabaya mau begitu saja menyerah dan bertekuk lutut pada tentara Inggris dan Belanda tanpa perlawanan berarti.
Maka itulah, bertepatan dengan momentum Hari Pahlawan hari ini, segenap rakyat Indonesia agar mengingat kembali makna dan esensi perjuangan para pahlawan yang telah gugur dalam meraih kemerdekaan dan kedaulatan bangsa. Tanpa adanya kemerdekaan, mustahil pembangunan nasional dapat dilaksanakan demi menyejahterakan segenap rakyat Indonesia. Sudah saatnya masyarakat Indonesia kembali FOKUS dengan tujuan dan sasaran pembangunan nasional yang telah dilaksanakan sejak Presiden RI pertama, Soekarno, Soeharto, B.J. Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY, hingga Presiden ketujuh kini, Joko Widodo.
Presiden dan pemerintahan Indonesia boleh berganti selama 70 tahun ini. Namun target, tujuan, dan sasaran pembangunan harus selalu berfokus untuk kemakmuran dan kesejahteraan seluruh anak bangsa. Bagi masyarakat Indonesia yang pernah pergi apalagi sampai tinggal di luar negeri, ingatlah bahwa Anda dikenal oleh masyarakat dunia sebagai perwakilan Indonesia seutuhnya. Mereka tidak peduli tentang partai politik apa dan calon presiden yang mana yang Anda dukung saat pemilu tahun 2014 lalu. Yang mereka tahu, Anda adalah WNI atau Warga Negara Indonesia. Jadi kebaikan yang Anda lakukan akan memberi nama baik untuk bangsa Indonesia secara keseluruhan dan begitu pula sebaliknya.
Sebelum tahun 1945, rakyat Indonesia telah serius berfokus dan bertekad bulat untuk merebut kemerdekaannya dari penjajah Belanda dan Jepang. Saat itu, semuanya rela menjadi pahlawan bangsa tanpa berpikir panjang tentang penghargaan apalagi jabatan saat Indonesia telah merdeka. Selama itu untuk kemerdekaan Indonesia, jangankan harta dan tenaga, nyawa pun menjadi taruhannya.
Fokus tingkat tinggi dan kebulatan tekad untuk merdeka yang dimiliki para pahlawan Indonesia tersebut tentunya sangat tepat jika ditiru oleh para generasi penerusnya dalam memajukan pembangunan nasional saat ini dan seterusnya. Hentikan kritik destruktif yang hanya menghasilkan debat kusir tanpa henti terhadap pemerintahan yang kini sedang berkuasa. Bukankah para pahlawan itu lebih banyak bekerja dengan hasil nyata daripada hanya berkata penuh retorika?
Sudah saatnya seluruh masyarakat Indonesia membiasakan diri dengan kritik konstruktif yang disertai dengan solusi nyata – sesuai status dan profesinya masing-masing - terhadap pemerintahan yang sedang menjalankan pembangunan nasional. Berkeluh-kesah, khususnya di media sosial, tanpa adanya semangat untuk berubah menjadi lebih baik lagi itu tidak akan menghasilkan kemajuan apapun bagi diri sendiri maupun orang lain. Bisa bayangkan jika dulu rakyat Indonesia malah lebih sering mengeluhkan keadaan bangsanya yang dijajah via media sosial tanpa berjuang secara nyata dengan memanggul senjata? Harap diingat, media sosial adalah perantara dan alat, bukan tujuan dan sasaran akhir pembangunan nasional.
Sejatinya, setiap orang adalah pahlawan bagi dirinya sendiri dan juga orang lain serta lingkungan di sekitarnya. Mari segenap rakyat Indonesia bersatu menjadi pahlawan pembangunan nasional mulai saat ini dan ke depannya dalam meraih kemakmuran bangsa bersama-sama. Selamat Hari Pahlawan. Jayalah selalu Indonesia.