Setelah mengganti kostum dengan kaos bertuliskan ‘Mudik Asik Lewat Tol Cipali’, semua Kompasianer berfoto bersama sebelum berangkat, termasuk dengan Ibu Lisniari Munthe selaku Pemred (Pemimpin Redaksi) Majalah KIPRAH dari KemenPUPR. Majalah KIPRAH adalah majalah yang membahas topik yang berhubungan dengan hunian, infrastruktur, kota, dan lingkungan. Bagi Kompasianer dan masyarakat umum yang berminat untuk menjadi kontributor majalah KIPRAH, naskah dapat dikirimkan berupa email disertai data diri ke kiprahpu@gmail.com atau kiprah@pu.go.id.
Nah, setelah sesi foto bersama di depan gedung KemenPUPR, di sinilah keseruan eksplorasi tol Cipali dimulai. Ada Mas Ricky dan Mas Yos sebagai pembawa acara (MC) yang sukses membuat visit tol Cipali menjadi menyenangkan dan berkesan. Saya sendiri berada satu bus dengan Mas Yos yang sangat heboh dan kocak namun sangat informatif sekaligus atraktif sebagai seorang host.
Mulai dari bus berjalan menuju tol Cikampek, Mas Yos selalu membuat suasana di bus terus hidup dan bersemangat. Saya dan Kompasianer dari Bogor yang duduk bersebelahan, Mas Unggul Sagena, yang tadinya ingin tidur dan baru bangun saat sudah memasuki tol Cipali akhirnya mengurungkan niat kami itu.
Bagaimana mungkin bisa tertidur? Mas Yos berhasil membuat para Kompasianer selalu terjaga dengan talk show yang dipandunya, mulai dari mewawancarai supir bus dan kondekturnya sejak di Cikampek hingga gerbang masuk tol Cipali. Selain talk show on the road, Mas Yos juga menghibur para Kompasianer dengan berbagai quiz dan games seputar KemenPUPR dan tol Cipali, termasuk menanyakan nama dari Menteri PUPR saat ini, yaitu Bapak Basuki Hadimuljono.
Talk show dari tol Cipali hingga Palimanan menjadi semakin seru dan aktual setelah Pak Wisnu Dewanto dari PT Lintas Marga Sedaya (LMS) – didampingi Mas Pendi, staf Kompasiana - memandu perjalanan para Kompasianer. Pak Wisnu – yang tenang dan kebapakan sekali sehingga saling melengkapi saat talk show on the road dengan Mas Yos yang luar biasa ekpresif sebagai anak muda - selaku Humas (Corporate Affair) dari LMS sebagai perusahaan swasta pembangun dan pengelola tol Cipali dengan sabar dan penuh senyum menjawab setiap pertanyaan dari Mas Yos dan juga para Kompasianer tentang tol Cipali.
Pak Wisnu sendiri merupakan alumni Teknik Sipil Universitas Parahyangan Bandung dan sudah menyandang gelar S2 Magister Manajemen. Beliau telah bekerja di LMS sejak tahun 2007 atau setahun setelah Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (Concession Agreement) antara LMS dengan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) dari Kementerian Pekerjaan Umum ditandatangani pada tanggal 21 Juli 2006 atau di periode lima tahun awal kepemimpinan presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (2004 – 2014).
Pak Wisnu memaparkan LMS berawal dari perusahaan konstruksi, lalu meningkat menjadi perusahaan jasa konstruksi, dan kini mengelola jalan tol sepanjang Cipali. Fase perencanaan tol Cipali sudah dimulai dari sekitar tahun 90-an. Mulanya tol tersebut akan dinamai tol Cikampek – Palimanan. Namun, berubah menjadi tol Cikopo – Palimanan karena titik 0 (nol) jalan tpl berada di Cikopo.
Sama seperti rasa penasaran saya, Mas Yos pun menanyakan tentang besaran total biaya pembangunan tol Cipali yang merupakan jalan tol terpanjang di Indonesia karena dibangun di saat bersamaan. Nilainya dalam rupiah mencapai 13,7 triliun dengan masa konsesi hingga 35 tahun atau hingga tahun 2041 terhitung sejak tahun 2006. Tol Cipali merupakan proyek kemitraan bersama antara pihak swasta (PT LMS) dan pemerintah (KemenPUPR) yang disebut sebagai skema pembiayaan private-public partnership.
LMS mulai membangun tol Cipali pada 1 Februari 2013 di Cikopo dengan waktu 30 bulan pengerjaan atau hingga Agustus 2015. Hebatnya, LMS ternyata mampu menyelesaikan proyek tol trans Jawa yang melintasi 5 kabupaten di Jawa Barat ini: Purwakarta, Subang, Indramayu, Majalengka, dan Cirebon, sebulan lebih cepat dari waktu yang diperkirakan sebelumnya. Presiden Jokowi pun mengapresiasi prestasi LMS ini saat peresmian karena tadinya beliau meminta tol Cipali sudah selesai sebelum Lebaran, namun sebelum memasuki Ramadhan 1436 H pada 18 Juni 2015, tol ini sudah dapat beroperasi.
Sambil tersenyum simpul, Pak Wisnu sebagai pakar ahli jalan tol menerangkan bahwa tol Cipali telah lulus uji layak operasi dan fungsi dari tiga instansi resmi pemerintahan yaitu KemenPUPR, Kementerian Perhubungan, dan Polri (Divisi Polantas atau Polisi Lalu Lintas). Masih menurut Pak Wisnu, sekalipun jalan tol Cipali aman untuk dilintasi dengan kecepatan hingga 120 km per jam, namun rambu-rambu lalu lintas di tol Cipali tetap menunjukkan batas maksimal berkendara nasional sesuai dengan peraturan resmi pemerintah yaitu 100 km per jam. Untuk batas minimalnya yaitu 60 km per jam. Masih menurut Pak Wisnu, seseorang yang melanggar batas maksimal berkendara dapat ditilang oleh polisi. Sedangkan yang mengendara di bawah batas minimal, hanya diperingatkan tanpa harus ditilang.
Eksplorasi ini juga melewati Bukit Salam yang merupakan lokasi batu Blenong, ikon fenomenal dari tol Cipali. Batu besar di Ciwaringin ini tetap dibiarkan utuh tegak berdiri tanpa dihancurkan dinamit saat pembangunan tol karena LMS ingin mempertahankan simbol kearifan lokal (local wisdom) dari masyarakat daerah. Mas Yos sambil bercanda membayangkan jika Batu Blenong termasuk kategori batu akik – trend yang mendatangkan banjir uang belakangan ini – maka LMS dapat memperoleh rezeki nomplok dengan menjualnya ke masyarakat umum.