Ayo Belanja Selektif (ABS) bersama keluarga agar dana belanja yang tersedia dapat tepat guna dan sasaran (Ilustrasi: www.expertbeacon.com)
Lebaran sebentar lagi. Insya Allah, sekitar dua minggu lagi dari sekarang. Bagaimana dengan nasib THR? Sudah diterima atau masih dalam perjalanan menuju kumpulan amplop di tangan Anda? Ingat-ingat, THR itu untuk mendanai keperluan yang berharga ya, bukan memfasilitasi keinginan berfoya-foya #ManajemenByAmplop
Setelah THR di tangan, agenda selanjutnya dan ini pastinya target yang terutama yaitu…. Belanja (sepuas-puasnya). Kue, alat makan dan minum, baju, sepatu, tas, gadget, dan masih sepanjang jalan lagi daftar belanjanya alias tak terhingga.
Apalagi waktu membaca ada istilah belanja yang menggoda, contohnya: ‘sale, diskon, beli satu gratis satu’ di depan mata, wah wah wah! Jikalau sudah begitu, THR (biasanya) cuma numpang lewat di rekening bank karena sindrom ‘lapar mata saat belanja’, setuju? Hehehehe..
Bagi penduduk Jabodetabek, THR di bulan Ramadhan dan Idul Fitri kali ini memang pas sekali untuk memburu barang-barang berharga miring. Apa sebabnya? Ada Jakarta Great Sale dan Pekan Raya Jakarta (Jakarta FairJ, layaknya pameran lainnya, di hari terakhir pameran barang-barang akan didiskon besar-besaran agar habis-habisan diborong pembeli.
Untuk Jakarta Great Sale, beberapa mal atau pusat perbelanjaan – tercatat ada 78 mal di 5 wilayah DKI Jakarta - saling berkompetisi menggelar midnight sale selama akhir pekan dan jadwalnya bisa dilihat pada berita Megapolitan dari Kompas.com. Siapkan fisik, mental, dan juga dana ya sebelum merasakan sendiri sensasi diskon tengah malam tersebut.
Bagi yang tinggal di luar Jabodetabek, tak perlu berkecil hati. Acara pesta diskon tahunan di Jakarta itu juga bisa dinikmati melalui belanja daring (dalam jaringan) atau online shopping. Selain mal, situs belanja daring nasional yang terkemuka juga menawarkan promo diskon gede-gedean selama periode Jakarta Great Sale berlangsung.
Nah, bagaimana caranya agar bijak menyiasati THR dengan tawaran sale yang ada di mana-mana selama Ramadhan dan sebelum Lebaran menjelang ini? Apa semua mal harus didatangi atau katalog pada situs online shopping diteliti satu demi satu untuk mendapatkan penawaran terbaik (best deal)?
Lalu, bagaimana dengan mutunya? Jangan-jangan barang diskon itu mutunya berbanding terbalik dengan harganya? Bukannya ada pepatah belanja, “Ada harga, ada rupa?”
Percayakah Anda bahwa istilah ‘beli satu gratis satu’ itu memang seperti apa adanya kalimat promosi itu? Jadi misalnya dengan membeli satu piring makan seharga Rp. 30.000,-, konsumen otomatis mendapat sepasang sendok dan garpu. Berarti sendok dan garpu itu bisa disebut hadiah dong karena gratis alias harganya nol rupiah?
Misalnya, skenarionya diubah. Piring makan tersebut dijual seharga Rp. 20.000,- dan sepasang sendok serta garpu dijual terpisah seharga Rp. 10.000,- (per buah harganya Rp. 5.000,- tapi harus dibeli sepasang, bukan satuan). Kira-kira, konsumen lebih tertarik untuk membeli piring makan pada skenario pertama atau yang kedua? Harap diingat, total harganya sama-sama Rp. 30.000,-.
Mayoritas orang tentu lebih memilih untuk membelanjakan uangnya di skenario promosi belanja yang pertama. Kenapa? Apa karena ada efek barang ‘gratisan’ yang ditawarkan yang sayang untuk dilewatkan? Tepat sekali!
Zero Price Effect adalah salah satu istilah dalam Ekonomi Perilaku (Behavioral Economics) yang menggambarkan kuatnya dampak penggunaan angka nol dalam penentuan harga dari produsen, terutama untuk diskon. Jikalau bisa mendapat bonus (tambahan) barang dengan harga yang sama, buat apa mengeluarkan dana lebih? Padahal, jikalau konsumen mau lebih jeli mencermati, setiap produk dan jasa yang dihasilkan produsen tentu bertujuan menghasilkan keuntungan #BeSmartShopper
Namun, efek nol harga tersebut tidak selalu positif hasilnya atau meningkatkan pembelian. Produk-produk kelas premium yang eksklusif dengan edisi terbatas (limited edition) umumnya tidak menerapkan zero price effect dalam promosi marketingnya. Mobil mewah seperti Alphard dan Jaguar malah bisa dipertanyakan kualitasnya ketika menawarkan ‘beli satu gratis satu.’
Konsumen akan lebih mudah dijaring dengan zero price effect untuk barang keperluan harian antara lain makanan, pakaian, dan elektronik. Jadi tak apa jika ingin membeli makanan dan minuman ringan (snacks & drinks) yang dijual murah sebagai bekal untuk mudik di jalan daripada harus merogoh kocek lebih dalam dengan baru membeli satu per satu saat di perjalanan. Tapi, pastikan kualitas produk diskon tersebut tetap oke dengan membaca tanggal kadaluarsa (expired date) pada kemasannya.
Selain zero price effect, teknik marketing dalam promo diskon lainnya menurut teori Ekonomi Perilaku adalah Decoy Effect atau ‘Efek Pengecoh.’ Contoh nyatanya bisa dilihat di mal berupa strategi lokasi peletakan keranjang produk fashion yang didiskon fantastis – di atas 50% hingga 80% - tepat bersebelahan atau berdekatan dengan barisan gantungan fashion items yang juga didiskon, tapi di bawah 50% (biasanya diskon 10 hingga 30%).
Calon pembeli otomatis akan membandingkan kualitas dan harga antara keduanya sekalipun tidak direncanakan sebelumnya. Ujung-ujungnya, fashion items yang didiskon lebih kecil tersebut malah akan lebih laku karena orang tetap bisa memperoleh barang bermutu dan tahan lama namun tetap dengan harga (relatif) miring. Sebaliknya, ketika pembeli memilih produk fashion dengan diskon gila-gilaan tersebut, bisa jadi kualitas barang yang akan dikorbankan karena cepat rusak atau tidak mengikuti trend terbaru sehingga ujung-ujungnya malah boros.
Maka itu, sebelum melangkahkan kaki menuju mal atau mengetikkan jari untuk belanja di dunia maya, istilah ABS ini patut diingat selalu. Ini bukan Asal Belanja Senang atau Ayo Belanja Sepuasnya lho hahahaha……
‘ABS’ ini berarti Ayo Belanja Selektif dan juga ‘Apa, Berapa, & Siapa’. Siapkan selembar kertas kosong dan buat tiga kolom yang berisi daftar dari penjelasan masing-masing di bawah ini.
Kolom pertama: Apa di sini artinya data dan tulis semua barang yang akan dibeli sebelum berbelanja di dunia nyata juga maya. Idealnya di pagi hari setelah bangun tidur dan sebelum beraktivitas ke luar rumah atau saat pikiran masih fresh. Tulis dari barang keperluan primer (dipakai sehari-hari), sekunder (dipakai bulanan hingga tahunan), dan tersier (bisa dipakai kapan saja).
Kolom kedua: Berapa berarti tulis jumlah (satuan) jenis barang yang akan dibeli dari kolom pertama. Sekali lagi, usahakan tetap berpegang pada kebutuhan nyata yang rutin (memang harus dibeli sesuai situasi dan kondisi saat ini maupun yang akan dihadapi) serta tidak terjebak dengan keinginan semata karena banyaknya dana yang tersedia.
Istilah Diversification Bias dari teori BE (Behavioral Economics) mengacu pada kecenderungan seseorang untuk menjadi tidak obyektif ketika harus memilih di antara banyaknya pilihan yang tersedia saat ini untuk digunakan di waktu yang akan datang.
Paling gampang, lihat barisan stoples kue kering Lebaran yang dihidangkan di meja tamu. Meskipun banyak variasi jumlah dan jenisnya, seringnya orang memilih pilihan kue yang aman karena sudah familiar dengan rasanya seperti kue nastar dan putri salju – keduanya termasuk kue wajib saat Lebaran – serta mengambilnya pun paling banyak tiga butir, kecuali kalau kelaparan (atau kemaruk?) Hihihihi….
Kolom ketiga: Siapa berisi daftar orang yang akan menerima atau menggunakan jenis dan jumlah barang dari kolom ‘Apa’ dan ‘Berapa’. Untuk selalu diingat, jangan sampai barang yang akan dibeli nanti menjadi mubazir karena ternyata tidak ada yang mau atau tidak ada yang bisa memanfaatkannya #TelitiSaatMembelidanMemberi
Kue lapis legit pastinya enak dihantarkan untuk (calon) mertua sebelum Lebaran datang menjelang dari (ceritanya) calon menantu yang penuh perhatian dan pengertian hihihihi… Tapi, kalau salah satu atau malah kedua calon mertua mengidap penyakit diabetes mellitus (kencing manis), duh! Lapis legit sebaiknya langsung dicoret saja dari daftar dan diganti dengan menu yang jauh lebih sehat lainnya.
Repot ya sepertinya? Sama sekali tidak. Dijamin dengan meluangkan waktu dan pikiran sebelum menghadapi serbuan diskon, dompet dan kantong serta perasaan (juga pasangan) Anda akan sangat bahagia setelah menerapkan ABS karena berhasil berbelanja tepat guna dan sasaran. Happy shopping!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H