Nescafe memang mempraktekkan zero waste management dalam produksi kopinya. Menurut Bu Lucy, Nescafe tidak pernah menjual waste atau biaya pengolahan limbah yang harus ditanggung konsumen. Jadi setiap produk Nescafe yang dijual ke konsumen, memang sudah sesuai dengan layanan berkualitas prima menurut standar Nestle yang berlaku di seluruh dunia.
Akhirnya, tanda tanya dalam benak dan hati saya di awal Nescafe blog trip ke Lampung terjawab sudah. Bu Lucy berhasil mengemas motto Creating Shared Value (CSV) dari Nescafe dengan satu kutipan bijaksana “Memberi Manfaat kepada Sesama dengan Tumbuh Bersama” adalah jawaban pastinya.
CSV lebih dalam makna dan pelaksanaannya dibandingkan denganCorporate Social Responsibility (CSR). Jikalau CSR umumnya masih bergerak di sekitar pendanaan (bantuan finansial), maka CSV sudah berupa pemberdayaan yang berkelanjutan (terutama melalui pendidikan dan pelatihan) dan kemitraan yang saling menguntungkan. Seperti itulah yang telah dicontohkan dengan nyata oleh kerjasama antara petani kopi di Lampung dengan Nescafe Indonesia melalui Nescafe Plan.
Sepulang dari perkebunan dan pabrik Nescafe di Panjang Lampung, saya semakin paham tentang arti penting kopi yang ternyata lebih dari secangkir minuman untuk jamuan dan pergaulan. Sebutir biji kopi yang ditanam sepenuh hati oleh para petani di Lampung lalu diolah dengan penuh ketelitian tingkat tinggi di pabrik Nescafe hingga sampai bisa dinikmati oleh para pecinta kopi sejatinya adalah rangkaian nilai kehidupan yang semoga bisa terus langgeng dan harmonis di masa depan #MimpiDalamSecangkirKopi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!