Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Berbagi Nilai Oke Kopi Ala Nescafe #DiBalikSecangkirKopi

13 Juni 2015   16:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:04 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara pribadi, saya senang sekali dapat mendengarkan penuturan dari Mbak Tika, Mbak Linda, dan Mas Yudi selama kami menjelajahi kebun dan menemui petani kopi di Tanggamus Lampung. Seolah kami adalah teman lama – meskipun baru pertama kali bertemu - karena mereka sangat antusias ketika menceritakan dan membagikan pengalaman mereka sebagai agronomis lapang untuk Nescafe. Pasti itulah yang terjadi ketika memilih profesi berdasarkan panggilan hati. Jadi sekalipun berpanas-panas ria karena profesi mereka sebagian besar waktunya dijalani di kebun kopi, mereka tetap bahagia #WorkingIsPlaying

Petualangan di pabrik kopi Nescafe pada Kamis 4 Juni 2015 pun tak kalah menariknya. Tiga orang petinggi pabrik Nescafe yang langsung menyambut rombongan blog trip yaitu Pak Hadi Utomo selaku Factory Manager, Bu Lucy Lyl sebagai Manager HRD, dan Pak Ekfan Susanto sang Production Manager. Di awal sambutannya, Pak Hadi memaparkan bahwa ada 2 prinsip utama Nestle dan juga Nescafe dalam menjalankan bisnis mereka di seluruh dunia hingga hampir 150 tahun (berdiri sejak 1867 di Swiss oleh Henri Nestle) yaitu Responsible Farming (Proteksi Lingkungan dan Tanggung Jawab Sosial) & Profitable Business. Nestle sendiri memiliki motto Good Food, Good Life.

Wajarlah jika Nescafe sangat peduli dengan kualitas kopi yang diproduksinya. Menurut Pak Budi dan juga Pak Ekfan, Nescafe selalu menjaga mutu mulai dari bahan baku kopi di perkebunan, proses produksi di pabrik, hingga dapat dinikmati konsumen. Pabrik Nescafe di Lampung telah berusia 1 dekade (27 Mei 2005) dengan 250 orang staf yang semuanya adalah warga negara Indonesia.

Nescafe juga menjamin, sekalipun ada biji kopi yang berasal dari pengeringan dengan matahari (KUB Robusta Prima) dan mesin (KUB Bintang Jaya), kualitasnya tetap dapat seragam (Consistency Quality) karena telah melalui Coffee Tasting Test (Uji Sensori/Organoleptik, antara lain: warna, aroma, rasa, tekstur) oleh para staf ahli di pabrik Nescafe. Bahkan menurut Bu Lucy, karena telah terlatih sekian lama menguji coba larutan kopi – termasuk beliau sendiri – dengan sekali cicip, mereka langsung dapat mengenali asal bau yang terdapat di biji kopi, misalnya bau dari tanah, karung, atau bensin. Wow, keren sekali!

 

Nah, saat meninjau Nescafe Control Room, Pak Suwanto menjelaskan proses teknis pembuatan kopi Nescafe dengan teknologi mesin canggih yang dioperasikan oleh para teknisi handal. Makanya pengunjung dilarang menyentuh tombol apapun yang ada di sana #SerahkanPadaAhlinya

 

Saya juga jadi mengetahui bahwa ada 2 proses penting yang membedakan produk kopi Nescafe dengan merk lainnya yaitu ekstraksi/penyeduhan dan roasting/penyanggraian yang tetap dapat mempertahankan aroma kopi dengan teknologi ERA (Enhanced Recovery Aroma). Masih menurut Pak Budi, pada produk kopi, konsumen umumnya mencari 2 kualitas kunci kopi yaitu rasa dan aromanya.

Untuk memanjakan variasi selera peminum kopi di bumi Nusantara, Nescafe menghadirkan 3 varian rasa kopi 3 in 1 yaitu original (50:50 paduan kopi dan krim), strong (lebih kuat kopinya), creamy (lebih ringan kopinya). Sebagai orang Jawa, favorit kopi saya di pagi hari sebelum memberi kuliah di kampus adalah Nescafe creamy. Ternyata, menurut Pak Ekfan, mayoritas Nescafe yang dikonsumsi di Pulau Jawa memang yang lebih ringan kopinya. Sedangkan di Pulau Sumatera, Nescafe strong yang lebih banyak diminati oleh konsumen.

 

Kunjungan ke pabrik Nescafe diakhiri dengan menengok kebun organik yang media tanam dan pupuknya berasal dari ampas kopi sisa produksi dan lumpur dengan komposisi 1:1. Bu Lucy – selaku koordinator kebun organik - dengan sepenuh hati membantu untuk memetikkan terong yang saat itu sedang panen. Terong itu kemudian digoreng dan dinikmati bersama di kantin karyawan sebagai menu pelengkap makan siang.
Saya sebenarnya bukan penyuka terong. Namun, terong goreng yang ditanam memakai ampas kopi di kebun organik Nescafe itu memang maknyuus rasanya! Ketika ampas kopi memang telah terbukti 3x lebih oke kesuburannya sebagai media tanam daripada pupuk kompos pada tanaman jambon (riset IPB tahun 2008), nah lalu bagaimana dengan nasib dari… Ampas masa lalu? Hehehehe… #CurcolGrupLampung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun