Modul keempat berisi tentang K3 atau Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Masih menurut Mbak Linda, petani kopi yang telah mengikuti SL akan lebih menjaga keselamatan dirinya saat bekerja di kebun dengan memakai masker, sarung tangan, jas dari plastik, dan sepatu boots saat bekerja di kebun mereka, terutama sebagai perlindungan dari cemaran mikrobiologis dan kimia setelah menyemprot hama serta penyakit tanaman (HPT) seperti serangga dengan insektisida dan jamur dengan fungisida. Hal ini sangat penting karena menurut Mbak Linda, petani kopi disadarkan bahwa, “Jikalau petani senantiasa menjaga kesehatannya, maka produktivitas dan pendapatan dari kebun kopi mereka tentunya akan terus meningkat. Begitu pula sebaliknya.” #BeHealthyBeHappy
Modul kelima berisi tentang Kualitas Kopi seperti cara mengetahui biji kopi yang berkualitas mulai sejak ditanam, lalu dipetik, hingga diserahkan ke KUB sebelum dikirim ke Nescafe. Nilai kecacatan biji kopi dari petani yang masih bisa diterima Nescafe adalah maksimal 80 dp (defect point) dengan kadar air (KA) 12 %. Sedangkan modul terakhir atau keenam dari SL adalah Evaluasi berupa praktek langsung di kebun kopi dari teori yang sudah dipelajari petani dari modul 1 hingga 5.
Dari Mas Yudi, saya jadi tahu bahwa biji kopi yang oke dan siap dipetik itu warna kulitnya sudah merah merona (Red Cherry) dan daging buah kopinya berwarna hijau muda serta terasa manis. Beberapa kali, saat mengunjungi kebun dan KUB Robusta Prima milik salah seorang petani kopi, Pak Konstianto, Mas Yudi rajin mencarikan serta mengupaskan red cherry untuk saya. Seriously, their taste is perfectly yummy! Terima kasih, Mas Yudi hehehehe…..
Nescafe ternyata juga mengapresiasi dan mengakomodasi baik petani kopi dengan teknologi tradisional maupun modern. Pak Konstianto selaku ketua KUB Robusta Prima dengan teknologi konvensional pengeringan biji kopi yang memakai sinar matahari menuturkan bahwa KUB pimpinannya menjadi pilot project untuk petani kopi binaan Nescafe yang nantinya akan didanai Rabobank dari Eropa.
Setahu saya, bank bereputasi oke yang berpusat di Negeri Kincir Angin itu sangat concern dengan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (kredit UKM). Mas Yudi membenarkan dugaan saya tersebut. Berdasarkan hasil social mapping pada tahun 2014, petani kopi di Lampung mendapat sedikitnya 3 manfaat dengan adanya Nescafe Plan yang dilengkapi sertifikasi 4 C (Common Code of Coffee Community) yaitu produktivitas dan kualitas biji kopi meningkat, tingkat pendapatan petani membaik, akses pasar dan harga serta perawatan kebun kopi terjamin #CreatingSharedValue
Setelah puas menengok-nengok KUB Robusta Prima yang menerapkan pertanian tumpang sari atau bergilir (kopi-lada-pisang), coffee farming tour berlanjut ke kebun kopi demplot seluas 0,5 ha milik Ferry Alphinson. Ketua Kelompok Usaha Tani Mitra Jaya ini menyetorkan kopinya ke KUB Bintang Jaya milik Pak Haji Suhartono (Tono).
Sambil melihat biji kopi di pohon, Mbak Linda menambahkan, “Nescafe membeli biji kopi petani lewat KUB sesuai kurs dollar Amerika di Pasar London (London Price).” Nah, penuturan Mbak Tika ini yang membuat saya semakin mengapresiasi jerih payah petani bersama Nescafe dalam menghasilkan secangkir kopi. “Untuk membuat 1 takaran penyajian (serving size) dalam secangkir kopi, diperlukan 60 biji kopi atau 30 gelondong (pasang) kopi.” Jadi, selalu habiskan setiap tetes kopi di cangkir yang sudah tersaji ya, coffee lovers.
Nah, dari kebun kopi Pak Ferry, KUB Bintang Jaya, tempat pengeringan biji kopi dengan teknologi mesin menjadi persinggahan berikutnya untuk mengulik misteri di balik secangkir kopi. Sang pemilik KUB yang sukses namun tetap low profile tersebut, Pak Tono, memulai karirnya di industri kopi dari nol #FromZeroToHero
Tahun 80-an, beliau mengawalinya sebagai kurir atau ojek kopi dari kebun ke kebun. Tahun 90-an, meningkat menjadi petani dan pengumpul kopi. Tahun 2004, beliau mulai menjadi penyedia kopi untuk Nescafe. Tahun 2008, KUB Bintang Jaya terbentuk dan kini memiliki 91 kelompok tani dengan 3200 petani anggota. Setiap hari, KUB Bintang Jaya mampu menyetor 63 ton biji kopi ke Nescafe atau setara dengan 7 mobil. Maka pada tahun 2014 lalu, KUB Bintang Jaya berhasil memperoleh keuntungan sebesar 1,3 milyar rupiah dari Nescafe dan sudah dibagikan ke petani kopi selama periode Desember 2014 hingga Januari 2015. Ada yang tertarik berbisnis kopi?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!