Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Berbagi Nilai Oke Kopi Ala Nescafe #DiBalikSecangkirKopi

13 Juni 2015   16:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:04 787
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sinilah ternyata Nescafe jeli membidik kebutuhan petani dalam meningkatkan produktivitas produksi kopi, baik secara kuantitas maupun kualitas. Menurut Mbak Tika dan Linda, program Nescafe Plan untuk petani kopi di Lampung telah berlangsung cukup lama yaitu sejak tahun 1994. Lalu, kenapa Lampung yang dipilih? Ternyata lebih dari 50% produksi bahan baku kopi Nescafe di Indonesia diperoleh dari propinsi Lampung yang juga terkenal sebagai Serambi Sumatera.

Meskipun begitu, Nescafe tidak ujug-ujug atau tiba-tiba meminta petani kopi di Lampung menjual kopinya kepada mereka. Sebaliknya, Nescafe malah mendekati para petani terlebih dahulu dan membuat vendor (kelompok penyuluh) untuk para petani kopi dan kelompok tani dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB). Nescape Plan sendiri membina 8 KUB petani kopi di Lampung yaitu Robusta Prima, Mawar, Bintang Jaya, Rendingan, Sinar Agung, Gunung Sari, MGR (Marga Rukun), dan GKTALS (Gabungan Kelompok Tani Alam Lestari Sejahtera).

 

Mbak Linda menjelaskan, Sekolah Lapang (SL) yang diadakan Nescafe untuk petani kopi 100 persen gratis. “Pastinya selain tambah ilmu, mereka juga bahkan mendapat konsumsi dan uang transport, Mbak.” Walaupun para penyuluh bergelar sarjana pertanian, namun mereka ternyata tetap rendah hati saat menghadapi petani kopi (umumnya petani kopi di Lampung hanya lulus ‘1S’ alias tamatan SD) karena menurut mereka: “Kami dari Nescafe memang lebih oke secara teori ilmu pertanian dan pangannya, Mbak. Tapi, prakteknya di lapangan, petani yang jauh lebih berpengalaman. Bisa dibilang, kami dan petani kopi saling berbagi ilmu dan pengalaman.” #SharingAndConnecting

SL sendiri berlangsung selama setengah tahun (6 bulan) dan setiap bulannya terdiri atas satu modul. Modul pertama adalah tentang Manajemen Kebun, yaitu cara mengelola kebun kopi, termasuk bisa membedakan antara tanaman kopi yang sehat dan tidak sehat, serta membuat peta kebun kopi.

Modul kedua berisi tentang Produktivitas yang menjadi tugas utama Mbak Tika di perkebunan kopi. Biji kopi yang ditanam di Lampung berasal dari peneliti kopi dan kakao dari Kementerian Pertanian di Jember Jawa Timur. Kerjasama Nescafe dengan lembaga riset tersebut bersifat kemitraan (partnership) dan lebih dari sekedar sponsorship. Sebagai penyedia bibit kopi, mereka terus memantau dan mengevaluasi kualitas kopi yang dibeli Nescafe untuk ditanam di perkebunan petani kopi di Lampung.
Target pembagian secara cuma-cuma bibit kopi dari Nescafe kepada petani di Lampung adalah 2,5 juta bibit mulai tahun 2012 hingga 2015. Ada 5 jenis bibit (klon) kopi yang ditanam oleh petani di Lampung yaitu BP 939, SA 237, BP 409, BP 936, & BP 42.

Uniknya, dari kelima klon tersebut, BP 42 sering disebut sebagai tanaman pejantan karena dapat menyerbuk dirinya sendiri maupun keempat klon lainnya. Namun, secara jumlah produksi, BP 939 adalah yang terbanyak dan BP 42 yang tersedikit.
Mbak Tika menuturkan, petani diajarkan menanam kopi dengan Teknologi Kultur Jaringan yang disebut juga dengan somatic embryogenetic. Fungsinya untuk menjaga kualitas biji kopi yang ditanam petani dengan menggunakan jaringan vegetatif dari daun kopi. Jikalau menggunakan jaringan generatif dari biji kopi, belum tentu jika indukan bagus, anakannya juga akan oke kualitasnya.

 

Perubahan kualitas biji kopi, biasanya berupa penurunan mutu, bisa terjadi karena adanya faktor mutasi (perubahan sifat) dari DNA (inti sel) yang terdapat di biji kopi. Petani di SL juga diberi tahu jarak ideal untuk menanam kopi yaitu mulai dari 2 x 2 m (untuk 2500 tanaman kopi) lalu 2,5 x 2,5 m (1600 tanaman kopi) dan 2,5 x 3 m (1100 tanaman kopi. Jikalau jarak tanam terlalu sempit, maka sesama akar tanaman kopi akan saling berebut dalam mencari makanan dan air dari tanah sebab kebun kopi di Lampung sepenuhnya mengandalkan air hujan dan kondisi iklim (pertanian non-irigasi atau tadah hujan) #AgronomisPenjaminMutuBijiKopi

Modul ketiga berisi tentang Konservasi Lingkungan yang sangat erat kaitannya dengan pertanian ramah lingkungan. Mbak Linda berbagi, petani kopi diajarkan cara membuat kompos dan menghindari pupuk kimia yang sangat rentan mematikan unsur hara (zat-zat mineral) yang berfungsi menjaga kesuburan tanah. “Dulu sebelum adanya SL dari Nescafe, petani lebih suka memakai pupuk kimia karena mereka ingin hasil besar dalam waktu singkat. Tapi, ujung-ujungnya, tanah perkebunan kopi akan cepat turun tingkat kesuburannya. Kalau sudah begitu, panen kopi mereka malah akan berkurang dari tahun ke tahun,” ujar Mbak Linda.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun