[caption id="attachment_361978" align="aligncenter" width="236" caption="Bahagia dan Sejahtera dengan Manajemen Keuangan Keluarga (www.pinterest.com)"][/caption]
Selama ini, para ibu identik berperan sebagai “Menteri Keuangan” dalam keluarga.Sedangkan para bapak lebih banyak bertugas penyedia dana rumah tangga yang nantinya akan dikelola oleh sang istri tercinta.Kalau begitu, apakah ini berarti anak-anak lebih diposisikan sebagai obyek pasif dalam keuangan keluarga?
Menurut berita dari Yahoo Finance, pasangan suami istri akan saling mempengaruhi masa depan keuangan dalam suatu keluarga.Bahkan sebelum menikah, pasangan kekasih pun harus sudah mulai terbuka mengenai kondisi keuangan masing-masing yang sebenarnya.Majalah Forbes pernah memuat Pre-wedding Financial Checklistyang sebaiknya dilakukan sebelum calon pengantin resmi mengucapkan janji sehidup semati.Jika hal tersebut dilakukan dengan baik oleh pasangan yang akan menikah, kemungkinan besar mereka akan jauh lebih siap ketika harus menyediakan dana pernikahan dan sekaligus ketika memasuki mahligai rumah tangga.
Mengelola kehidupan keluarga – termasuk keuangan keluarga - bisa dianalogikan seperti mengelola suatu perusahaan.Wajar jika manajemen keuangan keluarga dapat diadaptasi dari manajemen perusahaan.Ayah sebagai kepala keluarga menjadi sang direktur utama atau CEO (Chief Executive Officer), Ibu berperan sebagai direktur keuangan atau CFO (Chief Financial Officer) atau “Menteri Keuangan Keluarga”, sedangkan anak-anak dapat dilibatkan sebagai manajer keuangan sesuai perkembangan umur dan pendidikan mereka.Jika memiliki ART (Asisten Rumah Tangga), maka mereka juga harus ikut berperan aktif bersama anggota keluarga lainnya.
Seperti halnya CEO perusahaan, CEO keluarga juga harus mampu merumuskan visi, misi, tujuan, dan strategi pengelolaan keuangan rumah tangga secara jelas dan terukur.Tentunya semua hal tersebut harus dikomunikasikan dengan rutin dan didiskusikan pula secara terbuka dengan CFO keluarga yang bertugas mengelola dan mengontrol jalannya aliran keuangan keluarga (family cash flow), mulai dari membayar tagihan, uang saku anak, hingga belanja kebutuhan rumah tangga sehari-hari.Ketika anak-anak mulai besar, misalnya saat SD dan SMP, mereka bisa dilibatkan secara langsung tentang cara membayar tagihan dalam keluarga misalnya listrik, telepon, TV Cable, servis kendaraan, dan lainya agar mereka bisa diberi tanggung jawab untuk melakukannya sendiri di kemudian hari saat SMU atau kuliah.
[caption id="attachment_361979" align="aligncenter" width="283" caption="Semua anggota keluarga harus terlibat dalam pengelolaan keuangan keluarga (www.theblakeleygroup.com)"]
Leading by example atau memimpin dengan keteladanan menjadi motto wajib dalam manajemen keuangan keluarga.Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan oleh para CEO dan CFO dalam rumah tangga saat mengelola keuangan keluarga, yaitu:
1.Transparansi dan Keterbukaan
Kejujuran pasangan menjadi syarat mutlak yang utama bagi kesuksesan manajemen keuangan keluarga sejak awal.Terutama jika sudah menyangkut masalah hutang-piutang, baik sebelum apalagi setelah menikah.Secara legalitas hukum RI, menurut Pasal 35 UU No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, “harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi milik bersama (harta gono-gini), sedangkan harta bawaan yang dimiliki masing-masing suami istri sebagai hadiah atau warisan menjadi pengawasan pemilik masing-masing sepanjang tidak ada ketentuan lainnya”.
Hutang-piutang yang melibatkan keluarga maupun teman dekat masing-masing juga harus sama-sama diketahui serta dipertimbangkan secara matang dan baik oleh suami istri.Selain itu, perlu adanya perjanjian resmi atau hitam di atas putih tentang hutang-piutang sekalipun sudah saling mengenal baik dalam waktu lama.Hal tersebut untuk menghindari konflik yang bisa terjadi di kemudian hari karena adanya urusan hutang-piutang.
Para CEO dan CFO dalam keluarga sebaiknya memikirkan secara detil dari awal jika ingin meminjam atau menjadi pihak yang meminjamkan uang untuk teman karib maupun sanak saudara.Jika jumlahnya kecil, idealnya pelunasan hutang harus dilakukan secepat mungkin.Sebaliknya, jika jumlah hutangnya besar, pelunasan secara bertahap dapat menjadi win-win solution.
2.Adanya Dua Pendapatan dalam Satu Rumah Tangga
Saat ini, tidak hanya CEO keluarga yang bertugas menghasilkan income untuk keluarga, tetapi juga para CFO rumah tangga yaitu para istri.Namun, bukan berarti istri harus selalu bekerja di luar rumah untuk menambah penghasilan keluarga.Berbisnis dari rumah sehingga para CFO keluarga tetap dapat mengurus keluarga sesering mungkin dapat menjadi alternatif terbaik.
Hal yang terpenting dalam manajemen keuangan keluarga adalah sekalipun sang CFO rumah tangga atau istri berpenghasilan lebih besar daripada sang CEO keluarga, istri harus tetap menghormati suami sebagai kepala keluarga.Menurut pakar etiket di Indonesia, Mien R. Uno, seorang istri yang lebih cemerlang karier maupun pendapatannya dari sang suami harus selalu menyadari bahwa suami tetaplah yang menjadi pemimpin keluarga, termasuk dalam pengelolaan keuangan keluarga.
Satu penelitian di Amerika menemukan temuan menarik yaitu bukan hanya dua pendapatan, namun juga peran aktif dari baik ayah maupun ibu dalam pengasuhan sehari-hari yang membuat anak-anak tumbuh dan berkembang secara optimal serta berprestasi secara akademis dan non akademis.Oleh karena itu, peran sebagai CEO dan CFO keluarga sudah selayaknya dapat semakin mempererat kerja tim pasangan suami istri dalam mengasuh buah hati mereka.
3.Keseimbangan Anggaran dan Prioritas Keuangan Keluarga
Sejak awal menikah, para CEO dan CFO keluarga sebaiknya harus sudah memutuskan tentang pembukaan rekening bank terpisah, bersama, atau gabungan keduanya dalam manajemen keuangan rumah tangga mereka kelak.Penyusunan dan evaluasi anggaran keluarga (family budgeting) juga wajib dilakukan secara berkala, mulai dari rencana jangka pendek, menengah hingga panjang.
Pembagian pengeluaran keluarga yang harus ditanggung masing-masing CEO dan CFO keluarga juga harus jelas dari awal kehidupan berumah tangga.Misalnya suami bertanggung jawab untuk pengeluaran makro dan jangka panjang misalnya kredit rumah dan kendaraan bermotor, investasi, serta asuransi jiwa, pendidikan, dan kesehatan keluarga.Sementara itu, istri yang berperan dalam pengeluaran mikro dan jangka pendek serta menengah seperti belanja kebutuhan pokok keluarga sehari-hari, pembayaran tagihan bulanan, tabungan arisan dan liburan, serta kegiatan amal keluarga.
[caption id="attachment_361980" align="aligncenter" width="560" caption="Manajemen keuangan keluarga sangat menentukan masa depan keluarga (www.myfloridacfo.com)"]
Selamat bekerja sebagai tim untuk para CEO dan CFO keluarga di Indonesia.Kesuksesan dalam mengelola keuangan keluarga tentunya akan membuat keluarga Anda semakin bahagia dan sejahtera.
Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H