[caption id="attachment_361675" align="aligncenter" width="540" caption="Pentingnya Melek Finansial Bagi Kaum Perempuan (www.gscb.org)"][/caption]
Pernah mendengar kata shopaholic? Entah mengapa, istilah untuk orang yang gila belanja (Compulsive Buying Disorder) tersebut lebih identik dengan kaum Hawa. Begitu pula dengan istilah retail therapy yang juga lebih banyak dilakukan kaum wanita, terutama saat sedang dilanda stress.Fenomena belanja untuk mengurangi stress pada wanita pernah saya ulas dalam artikel sebelumnya yang berjudul Tanggal Tua, Siapa Takut? Kaum wanita ternyata juga lebih rentan dengan kasus terjadinya over limit saat menggunakan kartu kredit. Penelitian di Amerika Serikat pada tahun 2011 hingga 2012 menunjukkan bahwa hanya 23 % wanita – dibandingkan 29 % kaum pria - yang membayar kartu kredit mereka secara tepat waktu.
Penelitian lain, bahkan di negara semaju Amerika Serikat sekalipun – yang dimuat dalam USA Today juga menemukan bahwa wanita masih tertinggal dari pria dalam kemampuan mengelola keuangan dan investasi.Menurut laporan pada April 2012 FINRA (Financial Industry Regulatory Authority) yang berwenang dalam industri keuangan di negara Paman Sam, rendahnya kemampuan wanita dalam mengelola keuangan karena kurang atau tidak melek finansial juga berakibat pada rendahnya tingkat pendapatan dan partisipasi investasi serta persiapan dana pensiun jangka panjang.
Lalu, bagaimana dengan di Indonesia sendiri? Menurut penelitian untuk penyusunan skripsi pada tahun 2007 dengan judul “Minat Menggunakan Kartu Kredit Ditinjau dari Gaya Hidup Hedonis” yang dilakukan oleh Elisabeth Dwi Octrina dari Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang, mendapati bahwa wanita ternyata lebih cenderung untuk hidup hedonis dan konsumtif daripada kaum pria.Hal tersebut bisa terjadi karena wanita gampang terpengaruh dengan faktor-faktor eksternal di luar dirinya.
[caption id="attachment_361676" align="aligncenter" width="766" caption="Ternyata Masih Sedikit Jumlah Wanita yang Melek Finansial (blog.girlscouts.org)"]
Berbagai temuan penelitian tersebut tentunya harus membuat kaum perempuan menjadi lebih termotivasi untuk melek finansial (financial literacy).Di zaman modern ini, wanita tak hanya dinilai dari penampilan fisiknya semata.Kepribadian yang baik dan kecerdasan seorang wanita, termasuk dalam mengelola keuangan, juga membuat sosok seorang wanita menjadi semakin ideal.
Wanita yang memahami dan mampu mengelola keuangan tidak hanya akan menguntungan dirinya sendiri, tapi juga keluarga dan lingkungan sekitarnya.Terlebih dengan fakta di masyarakat yang menunjukkan bahwa para istri biasanya berumur lebih panjang daripada para suami.Tanpa perencanaan dan persiapan keuangan yang matang bagi seorang wanita, kehidupan di masa tuanya kelak bisa mengkhawatirkan.
Secara garis besar dalam keseharian, kehidupan wanita dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu saat belum menikah, setelah menikah, dan saat menjadi orang tua.Setiap fase tersebut tentunya memerlukan pengelolaan keuangan tersendiri.Namun, pada prinsipnya, pengelolaan keuangan di setiap fase kehidupan seorang wanita harus terus berlanjut dan meningkat lebih baik secara kuantitas maupun kualitas.Berikut adalah langkah-langkah perencanaan dan pengelolaan keuangan keluarga yang dapat dilakukan dalam tiga fase kehidupan seorang wanita.
1.Disiplin Menabung dan Berinvestasi Jangka Pendek Saat Masih Lajang
“Be a smart shopper” adalah tagline yang harus dimiliki setiap wanita lajang.Kemampuan mengontrol pengeluaran pribadi dengan bijak saat belum menikah biasanya akan terus terbawa saat sudah menikah.Penyediaan dana darurat (emergency fund) juga harus rutin dilakukan.Hal yang harus selalu diingat kaum wanita saat masih lajang adalah kalimat “sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit”, baik mengenai pengeluaran maupun pendapatan.
Saat ini juga sudah banyak bank yang menyediakan jasa tabungan yang dananya otomatis dipotong dari rekening induk sang penabung sehingga para penabung tidak harus repot-repot datang ke bank saat hendak menabung.Lembaga keuangan non-bank, misalnya Sun Life Financial juga menyediakan solusi cerdas berinvestasi bagi kaum wanita dengan salah satu produk yang ditawarkan adalah Asuransi Brilliance®Fortune.
[caption id="attachment_361677" align="aligncenter" width="503" caption="Akumulasi Jumlah Tabungan yang Dimulai dari Usia 20 hingga 60-an (www.kitces.com)"]
2.Memulai Investasi Jangka Panjang dan Berbisnis setelah Menikah
“Family comes first” adalah mantra ajaib untuk para wanita menikah.Setelah menikah, keputusan wanita mengenai keuangan dan sekaligus kehidupan kariernya tidak lagi hanya menyangkut tentang dirinya, tetapi juga pasangan hidupnya.Lumrah diketahui bahwa urusan keuangan dapat mempengaruhi kesejahteraan dan keharmonisan, baik secara positif maupun negatif.Tulisan inspiratif dari Kompasianer senior, Tjiptadinata Effendi tentang seorang profesor wanita di Australia yang dengan sukarela memilih mundur dari universitas tempatnya mengajar untuk mengurus bisnis keluarga sehingga tidak perlu lagi hidup berjauhan dari keluarganya patut menjadi bahan pembelajaran berharga bagi para istri.
Investasi jangka panjang yang dapat dilakukan para istri – tentunya dengan seizin dan sepengetahuan suami - antara lain dalam bentuk logam mulia, properti, atau bahkan berupa tanaman (sawah, kebun, dan penanaman pohon yang bernilai ekonomis tinggi, semisal pohon jati) maupun hewan ternak untuk membiayai pendidikan sang buah hati.Hal tersebut pernah saya tulis dalam artikel sebelumnya yang berjudul “Mencermati Investasi Pendidikan”. Saat sudah menjadi nyonya, para istri bersama suaminya juga ada baiknya untuk mulai menyiapkan dana tabungan untuk perhaji bagi kaum muslimin atau perjalanan rohani lainnya menurut agama dan keyakinan yang dianut.
[caption id="attachment_361678" align="aligncenter" width="529" caption="Komponen Melek Finansial untuk Perempuan (bagsforbliss.wordpress.com)"]
3.Asuransi untuk Buah Hati dan Persiapan Dana Pensiun saat Menjadi Orang Tua
“Money for The Future” wajib diingat bagi para istri saat telah menjadi seorang ibu dalam keluarganya.Asuransi pendidikan dan kesehatan bagi para buah hati sebaiknya sudah disiapkan saat sang momongan bahkan masih dalam kandungan.Orang tua, baik ayah maupun bunda sejatinya bukan hanya menjadi penyedia dana pendidikan, namun juga peduli dengan kesejahteraan putra-putrinya di masa depan secara menyeluruh.Caranya dengan membekali mereka dengan edukasi finansial sejak dini.
Para bunda, sekalipun tidak bekerja, juga harus selalu sadar akan pentingnya persiapan dana pensiun yang dilakukan jauh-jauh hari. Dengan demikian, para oma akan menikmati masa tuanya bersama sang opa dengan bahagia dan sejahtera tanpa harus selalu bergantung kepada anak dan cucunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H