Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Reportase IIBF 2014: 6 Fakta Menarik dari Print vs Digital Books

2 November 2014   19:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:52 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertumbuhan digital books di Amerika Serikat yaitu sekitar 20 %, Eropa 6 - 10 %, dan Asia-Pasifik 2 - 5 %.  Paparan Eric dalam presentasinya tersebut juga mengungkapkan fakta adanya perbedaan pasar buku digital di dunia. AS dan Eropa termasuk pasar yang sudah matang dan juga stabil untuk buku digital. Potensi peningkatan lebih besar prospeknya di negara-negara Asia, tak terkecuali Indonesia dan Korea.

Eric juga menambahkan, dalam waktu 6 tahun saja, dari 2008 hingga 2014, jumlah pembaca buku digital melonjak drastis.  Hal tersebut dimungkinkan dengan semakin mutakhirnya jenis gadget di pasaran.

Pepih juga Putut sama-sama menyampaikan adanya perubahan di penerbit tempat mereka berkarir di era digital.  Baik Gramedia maupun Mizan kini telah menyediakan fasilitas print on demand (dicetak sesuai permintaan) dan penerbitan buku mandiri (self-publishing). 

Selain itu, iPad dan Tablet menjadi jawara sebagai media untuk membaca digital books.  Orang semakin sedikit yang membaca buku digital melalui komputer, khususnya PC.  Di lain pihak, smartphone sekarang juga termasuk media untuk membaca buku digital sekalipun jumlahnya masih kecil.

1414908998970476180
1414908998970476180
Peserta Nangkring IIBF 2014 di Istora GBK Jakarta, Sabtu 1 November 2014 (Dokumentasi koleksi Kompasianer Agung Han)



4. Semakin muda, semakin nyaman dengan digital books

Secara agregat atau keseluruhan, para generasi Millenium dan Y (remaja hingga 30-an awal) lebih akrab dengan buku digital.  Menurut Eric, di Jepang kini para penikmat komik atau mangga semakin banyak yang beralih ke edisi digital.  Mbak Wawa lalu mengusulkan kepada ketiga narasumber untuk membidik pasar buku anak dengan buku digital.

Pepih memiliki cerita menarik bahwa anak-anaknya jauh lebih lekat dengan digital books.  Padahal sebagai seorang jurnalis dari Kompas, dia sering membawa tumpukan harian Kompas ke rumahnya.  Ironisnya, para buah hatinya sama sekali tak tertarik untuk membaca koran cetak yang dibawa ayah mereka.

Putut mendapati fakta unik lainnya yaitu majalah, terutama majalah pria dewasa, semakin populer diunduh dalam bentuk digital.  Alasannya tentu saja karena faktor privasi dibandingkan ketika membaca edisi cetaknya.

5. 'Perang' di pasar buku digital antara perusahaan IT, media sosial, dan search engine

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun