Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Survei: Si Kecil Post-It yang Efektif

28 Januari 2015   18:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:13 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_393670" align="aligncenter" width="277" caption="Post-It ternyata efektif sebagai salah satu alat persuasi (Ilustrasi: http://4.bp.blogspot.com)"][/caption]

‘Si kecil’ yang akrab dengan pekerja kantoran ini ternyata bisa menjadi alat persuasi yang efektif.Bentuknya memang mungil dengan warna-warni secerah pelangi.Tapi, jangan meremehkan kekuatan memo yang lebih dikenal dengan istilah Post-It.Suatu penelitian psikologi di luar negeri membuktikan dahsyatnya The Power of Post-It.

Sejarah Post-It sendiri cukup unik.Memo tempel itu sebenarnya produk ‘kecelakaan’ dari seorang ilmuwan Amerika, Dr. Spencer Silver yang awalnya ingin membuat lem dengan daya rekat hebat pada tahun 1968.Tak disangka, dia malah menghasilkan lem yang berdaya lekat rendah namun bisa digunakan ulang (reusable). Warna kuning yang menjadi ciri khas Post-It itu juga tidak direncanakan sebelumnya karena saat itu memang hanya ada kertas berwarna kuning yang tersedia.Setelah enam tahun mempromosikan Post-It, barulah di tahun 1974, Post-It mulai mendapatkan pengakuan yang positif dari publik.

Setelah membaca hasil penelitian terbaru tentang manfaat Post-It dalam mempengaruhi orang lain, otomatis saya teringat dua mantan atasan saya.Kedua orang tersebut terkenal sebagai atasan yang goal-oriented namun tetap dengan cara-cara yang manusiawi. Bukan hanya saya, bawahan mereka yang lainnya pun selalu mengerjakan tugas-tugas dari mereka sesegera mungkin tanpa menunda-nundanya.Mereka berdua pun senantiasa menempel Post-It tiap kali memberi tugas tertulis.

Penempelan Post-It itu pun bahkan tidak melulu soal kerjaan.Pernah satu kali, salah satu boss saya itu mengetahui bahwa saya juga menggemari film The Godfather yang dibintangi Marlon Brando dan Al Pacino seperti dirinya.Esoknya, tanpa diduga-duga beliau meminjamkan saya terjemahan novel The Godfather karya Mario Puzo.Novel tersebut diletakkan di meja kerja saya dengan dilengkapi Post-It di sampulnya dan bertuliskan, “Selamat membaca.”

Saya sendiri tidak yakin, kedua mantan boss saya itu sudah pernah membaca hasil penelitian dari Profesor Randy Garner di Sam Houston University.Hasil riset berupa survei yang dimuat di Journal of Consumer Psychologyitu menunjukkan bahwa permohonan mengisi survei tertulis yang ditempel denganPost-It yang berisi tulisan tangan ternyata paling banyak diisi.

Metode penelitian survei yang dilakukan Profesor Garner cukup sederhana.Dia mengirimkan kuesioner tertulis yang harus diisi oleh tiga grup.Semua grup sama-sama mendapatkan surat pengantar yang diketik.Perbedaannya, grup pertama mendapat memo tertulis dengan Post-It pada surat pengantarnya, grup kedua mendapat memo yang ditulis tangan di bagian atas surat pengantar (tanpa Post-It), dan grup ketiga hanya mendapat surat pengantar tanpa pesan dengan tulisan tangan sama sekali.

Hasilnya, Profesor Garner mendapatkan sebanyak 78 persen dari grup pertama mengisi dan mengembalikan kuesioner yang telah dikirimkan sebelumnya.Grup yang mendapat memo Post-It juga mengisi kuesioner dengan lebih teliti dan segera mengembalikannya setelah diisi. Sedangkan hanya sebesar 48 persen dari grup kedua dan grup ketiga paling sedikit yang meresponnya, yaitu 36 persen.Lalu, kenapa Post-It bisa berdampak sedemikian positifnya?

Profesor Garner menyimpulkan bahwa pesan tertulis pada Post-It terasa lebih personal sehingga tidak terkesan terlalu kaku maupun formal.Saya memahami hasil survei tersebut dengan bahasa yang lebih sederhana: “Siapa pun akan merasa senang hati jika diapresiasi secara pribadi.”

14224193811500488780
14224193811500488780
Post-It dari mantan atasan yang masih saya simpan (Dokpri)

Saat sudah keluar dari tempat saya bekerja sebelumnya, atasan yang meminjamkan saya novel The Godfather tersebut tetap mengirimkan buku laporan hasil penelitian yang kami lakukan bersama-sama saat saya masih bekerja dengan beliau.Selain surat pengantar yang ditulis formal, beliau juga menempelkan memo Post-It yang bertuliskan: “Untuk Nisa”.

Post-It memang tidak bisa digunakan di semua kesempatan untuk meminta orang lain agar mengabulkan permohonan kita.Namun, tidak ada salahnya dicoba jika kita ingin menjalin hubungan yang lebih baik dan langgeng dengan penerima memo Post-it kita nantinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun