Mohon tunggu...
Nuni Saraswati
Nuni Saraswati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pendidikan Sejarah UPI Bandung. Angkatan 2022

Saya hanyalah seorang awam yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menganalisis Nilai Estetika Bersejarah pada Relief Candi Prambanan dari Jawa Tengah

18 Mei 2024   12:23 Diperbarui: 18 Mei 2024   12:34 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seni merupakan hasil bisikan hati seniman, menanggapi fenomena sosial yang ada, dimana bisikan hati didedikasikan untuk mengungkapkan segala perasaan dan pikiran dalam bentuk kreatif sebagai kontribusi kepada masyarakat atau masyarakat pada umumnya. Realitas karya seni biasanya diwujudkan dalam pikiran, ucapan, tulisan, perilaku. Yang mana diantaranya menghasilkan karya seni material seperti lukisan, patung, bangunan hingga relief-relief. 

Hindarto (dalam Soebroto, 2012, hal. 17) Candi adalah hasil visualisasi manusia. Ditemukannya percandian seperti Candi Prambanan di wilayah Jawa Tengah, adalah satu diantara banyaknya peninggalan kerajaan dan keagamaan yang tidak hanya memiliki nilai estetika, pahatan yang rumit dan arsitektur yang megah, melainkan juga kehadiran nilai-nilai sejarah dan pengalaman spiritual yang utama.

Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Kompleks candi ini terletak di kecamatan Prambana Desa Bokoharjo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dan kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.

Arsitektur candi Prambanan berpedoman kepada tradisi arsitektur Hindu yang berdasarkan kitab Wastu Sastra. Denah candi megikuti pola mandala, sementara bentuk candi yang tinggi menjulang merupakan ciri khas candi Hindu. Prambanan memiliki nama asli Siwagrha dan dirancang menyerupai rumah Siwa, yaitu mengikuti bentuk gunung suci Mahameru, tempat para dewa bersemayam. Seluruh bagian kompleks candi mengikuti model alam semesta menurut konsep kosmologi Hindu, yakni terbagi atas beberapa lapisan ranah, alam atau Loka.

Candi Prambanan mempunyai latar belakang Agama Hindu. Hal ini dilihat dari temuan-temuan arca yang ada. Candi Prambanan sebagai salah satu peninggalan yang bercorak Hindu terikat oleh parameter estetika yang ada pada ruang dan waktu tertentu. 

 Dalam estetika Hindu, dikenal rumusan bahwa suatu hasil seni untuk bisa dikatakan indah dan berhasil harus memenuhi enam (sad) syarat atau perincian (angga), karena itu rumusannya disebut sad-angga. Di antaranya adalah:

  1. Rupabheda, artinya pembedaan bentuk. Maksudnya adalah bahwa bentuk-bentuk yang digambarkan harus dapat segera dikenali karakteristiknya yang berbeda antara satu dengan lain oleh orang yang melihatnya; 

  2. Sadrsya, artinya kesamaan dalam penglihatan. Maksudnya adalah bahwa bentuk-bentuk yang digambarkan harus sesuai dengan ide yang dikandung di dalamnya; 

  3. Pramana, artinya sesuai dengan ukuran yang tepat. Di samping itu, juga menuntut dipakainya pola-pola bentuk yang tepat dalam penggambaran menggunakan pola-pola bentuk yang sudah ditetapkan; 

  4. Wanikabangga, yaitu penguraian dan pembuatan warna yang berhubungan dengan lambang-lambang tertentu 

  5. Bhawa, yaitu suasana dan sekaligus pancaran rasa; 

  6. Lawanya, berarti keindahan daya pesona, wibawa yang terpancar dari karya yang dibuat (Istanto, 2018, hal. 158)

Diketahui bahwa relief candi Jawa Tengah terpengaruh langgam seni Gupta-India yang indah dan mewah. Memperlihatkan kesan gerak tubuh, aksesori di badan sebagaimana penari India, seolah memakai patokan tertentu dalam pembuatan relief, tampak proporsional, wungkul, skalanya seperti perbandingan orang sesungguhnya.

https://www.kompasiana.com/nisarasztn/
https://www.kompasiana.com/nisarasztn/

Melihat hal tersebut, langgam seni Gupta India, terpengaruh perkembangannya dari kejayaan Mathura dan Gandhara di India. Langgam tersebut berbaur dengan pengaruh Helenik-Yunani. Langgam seni Gupta dapat dilihat dari permainan kesan bahan kain tipis melekat di badan selalu ada pada relief orang, dewa-dewa, sang Budha pada percandian Jawa Tengah. Ciri demikian ada di relief ataupun patung dewa Yunani (Soebroto, 2012, hal. 18). Secara estetika, patung-patung dan relief Yunani memenuhi kaidah-kaidah yang mereka kembangkan, sesuai latar belakang filosofi yang mendasarinya. 

Pada bagian tubuh candi terdapat hiasan berupa sulur-suluran dan ragam hias yang ada di dinding sebelah  dalam pagar langkan  diketahui menggambarkan kisah epos Hindu yaitu Ramayana dan Krishnayana yang mengelilingi tiga candi utama. 

https://www.kompasiana.com/nisarasztn/
https://www.kompasiana.com/nisarasztn/

Adapun  ciri-ciri Candi Jawa Tengah, di antaranya adalah:

  • Terdapat patung Kepala Kala yang digambarkan tanpa rahang bawah (dagu), tidak mempunyai sepasang cakar dan memiliki wajah seperti singa, sebagai simbol kemenangan (kirtimukha).  Pada Candi Prambanan, bangunan induk memiliki pintu masuk ke ruang dalam, dan di atas ambang pintu tersebut terdapat ornamen Kepala Kala bersusun yang tidak memiliki rahang bawah.

Dok. pribadi
Dok. pribadi
  •  pada pintu dan relung terdapat hiasan dengan motif makara. Pada candi Prambanan, pintu masuk bangunan induk terdapat tangga yang dilengkapi dengan tepi tangga berupa sepasang Makara. Makara merupakan mahluk mitos Hindu bertubuh ikan dengan belalai seperti gajah. Kepala Makara menjulur ke bawah dengan mulut terbuka. Pada masing-masing Mulut Makara, terdapat seekor burung bayan yang membawa bulir padi di atas paruhnya. Bagian atas Kepala Makara, dihiasi oleh pahatan menyerupai rambut dan di atas tepi tangga terdapat hiasan bermotif Kala.

https://www.kompasiana.com/nisarasztn/
https://www.kompasiana.com/nisarasztn/

Demikianlah langgam seni yang bisa kita lihat dari Candi Prambanan berdasarkan kunjungan pada tanggal 8 Mei 2024.

REFERENSI

Dewi, T. (2017). Relief Hias Purna-Kalasa pada Bangunan Candi Di Jawa Abad VII-- IX. Museum Nasional Indonesia. Jakarta

Istanto, R. (2018). ESTETIKA HINDU PADA PERWUJUDAN ORNAMEN CANDI DI JAWA. IMAJI, 16(2), 155-161. Semarang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun