Dalam menjalankan visi misinya, IP melaksanakan kampanye progresif dengan menerbitkan artikel “Als Ik een Nederlander Was” melalui harian De Express dan merancang Komite Bumi Putera yang menyoroti perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda yang dianggap kontradiktif dengan aktivitasnya di Hindia.
Aktivitas IP yang sangat radikal tersebut mendapatkan respon dari pemerintah kolonial Hindia Belanda dan dibubarkan oleh Gubernur Jendral Idenburg tiga bulan setelah pendiriannya. IP kehilangan basis massanya dan tiga serangkai selaku pendiri IP menjalani suatu pengucilan di negeri Belanda pada 1913 (Kartodirdjo, 2014, hlm. 154).
REFERENSI
Kartodirdjo, S. (2014). Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional. Ombak. Yogyakarta
Maarif, A. S. (1996). Islam dan Masalah Kenegaraan. Pustaka LP3S. Jakarta
Panyarikan, K. S. (1993). Sejarah Indonesia Baru Dari Pergerakan Nasional Sampai Dekrit Presiden. IKIP Malang. Malang
Pringgodigdo, A. K. (1997). Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia. Dian Rakyat. Jakarta
Sudiyo. (2002). Pergerakan Nasional Mencapai & Mempertahankan Kemerdekaan. Rineka Cipta. Jakarta
Susilo, A. (2018). POLITIK ETIS DAN PENGARUHNYA BAGI LAHIRNYA PERGERAKAN BANGSA INDONESIA. Jurnal HISTORIA, 6(2), 403-416.
Usman, I. (2017). Sarekat Islam (SI) Gerakan Pembaharuan Politik Islam. Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam, 21(1), 46-54
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H