Mohon tunggu...
Annisa muliani
Annisa muliani Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Penengah spekulasi masa kini ; Semangat juang pembangun kejayaan bangsa dan selalu mencoba menjadi yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bintang, ini Masih Senja!

15 November 2018   14:14 Diperbarui: 15 November 2018   14:22 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

          Oh belum tahu, liat kondisi dulu, aku mau belajar dulu. Bye

          Hampir tiga hari terlewatkan. Kenapa kak Raka belum jemput. Apa dia ngak dapat libur semester ya? Sesibuk itukah? Padahal bulannya sangat cerah dihiasi bintang kejora bersama sahabat- sahabatnya.

Dulu, kak Raka selalu menamaiku kejora dikarenakan aku selalu bersinar lebih terang walau beribu manusia di muka bumi ini. katanya sih begitu. aku spontan memberinya nama bulan karena selalu menjadi satu- satunya di hatiku.

"Ma, kak Raka ngak pulang ya? Kenapa belum mampir ke sini? Kenapa belum kasih kabar? Apa dia ngak sayang lagi sama Nala?" ucapku lantang, mama hanya menatapku muram. Sepertinya ada kejadian yang belum ia katakan dari awal ku melangkahkan kaki lagi kerumah ini. 

 "Dia udah pindah tiga bulan kemarin, La. Emang dia ngak ngasih kabar?" Jelas mama. Hening."Ia pernah berjanji untuk mengambil alih semua perusahaannya di Malaisya, papanya sakit- sakitan, kamu tau kan paman Vinzu,  sepertinya Raka ngak bakal dibolehin kembali ke kampung. Kalau tidak salah ia sudah menikah beberapa hari yang lalu."

"Apa? Ngak bisa! Kak Raka janji bakal nunggu aku tamat sekolah, Ma." Tubuhku yang tadinya melambung ke angkasa, jatuh tanpa sabuk pengaman, air mataku hampir tak mau kompromi.

"Katanya dia sudah hubungin no. Hp kamu, tapi kamu ngak pernah menjawab telponnya." Mama kembali menjelaskan jika semua ini adalah kesalahanku, memang benar aku yang salah. Aku yang seakan tak lagi membutuhkannya. Dan kini aku yang selalu mencari rembulanku, akulah sang bintang kejora. Yang tak lagi dapat melihat sang bulan. Kini hanya penyesalahan. Apalagi baru kudapati sebuah surat darinya yang lebih membuatku menyesal.

 Kakak selalu mencintaimu, dari awal kita menjadi sepasang sahabat. Mungkin kamu belum mengetahui betul tentang perasaan yang kakak pendam. Tapi, masih ingat ketika kamu menangis karena kakak akan meninggalkanmu? Kamu terlalu manis dan jangan lagi menangis. Kakak selalu menyadari bersamamu sangatlah nyaman, senyaman kamar yang sering kau buat onar. Kamu terlalu manis dek, jangan sia- siakan dirimu dan orang- orang yang menyayangimu. Kakak tau kamu sangat ambisius dengan nilai seratus, tak pernah ingin mengalah, tapi selalu ingin mengalahkan. Tapi kakak sayang, sayang melihatmu selalu menjadi dirimu sendiri.

 Mungkin sekarang kita harus berpisah. maaf ya, tapi kakak telah mengirim seseorang yang dulu selalu kamu ceritakan ketika pulang lomba olimpiade, masih ingat? Lomba yang membuat kamu kalah itu? Entah ia telah memulai pembicaraan denganmu, tapi kakak yakin kalian akan menjadi pasangan yang lebih sempurna.

                                                                                                                                                                Salam sayang dari kakakmu, Raka

          Hai, kak. Akankah kau tahu, ketika kau raib tanpa perpisahan yang benar, hati sang bintang ini terlalu sakit, tak mampu lagi menerima beban. aku membutuhkan belaian dan senyumanmu, mata indahmu yang selalu berbinar bagai bulan yang sering kita jadikan sasaran permainan. Kini hariku terlalu kosong tanpa cintamu, tanpa bayangmu lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun