Tiap malamnya aku selalu sibuk dengan diri sendiri, menuju awal SMA. Aku juga harus lebih rajin menggapai jenjang pendidikan yang kumau. Akibatnya, aku meninggalkan handphoneku di rumah saja dan hanya pulang pada akhir semester. Kutancapkan dalam tiap niatku untuk selalu menjadi nomor satu, hingga aku tak yakin dengan kondisi batinku sendiri.
"Nala, kan?" ujar seseorang di belakangku. Tanpa ragu ku melanjutkan derap langkah yang kini kutujukan menuju rumahku." Nala, kamu ngak ingat aku? Zaid," aku terperanga. Dia adalah sainganku saat lomba sains semasa SMP. Aku sangat mengidamkannya dari awal berjumpa. Matanya berwarna coklat tua, berambut agak pirang, ikal katanya. Tinggi bagai model, ia tak memiliki celah untuk ditandingi siapapun, bahkan aku harus menerima kekalahan saat berkompetisi dengannya.
"Oh..." aku hanya berpura- pura tak mengetahui apapun tentangnya. gengsiku terlalu tinggi untuk mengakui, apa dia telah mengetahui kalau dia adalah tipeku? Ah, tapi kenapa dia langsung mengenaliku? Haruskah bertanya, padahal kami hanya bertemu dalam perlombaan saja, aku juga selalu kalah oleh Zaid.
 "Boleh kuantar?" Aku hanya bungkam. Tak kusangkah ia telah berada di sampingku dengan tas berwarna hitam dibingkai warna abu- abu. "Hari ini terakhir sekolah bukan? Kamu mau libur kemana? Maaf menganggu kamu."
"Ngak kemana- mana, rencana mau jalan sama 'teman', kamu tidak akan kenal dan ngak bakal aku kenalin sama dia. tapi mungkin saja ia sudah melupakanku, kalau kamu mau liburan kemana? Emang kamu tau rumahku? Kapan kamu bisa kenal denganku? Jangan- jangan stalker," Nafasku terasa sesak jikalau mengingat tentang kak Raka. aku sudah lama tak menghadapkan diri pada persegi panjang logam itu.
"Wah, kamu cerewet banget ya. Aku sampai lupa mau jawab yang mana. Lagian dari manapun aku tahu. Sekarang kita juga sudah berteman"
"Teman?" aku hanya menyeringai, ia kembali tertawa dan memojokkanku dengan mudah. Sangat pintar. Walau masih banyak yang ingin kutanyakan padanya, tapi sudahlah.
Tanpa disadari, kini kami sangat dekat. Sampai lupa, jikalau ia telah memiliki no. Handphoneku. Tiap beberapa jam sekali, selalu bordering. Aku jadi mengingat kak Raka. suaranya yang lembut, senyumnya yang mempersona, dan perangainya yang tak pernah kuragukan.
     Met malam, Nala. Aku sangat senang berkenalan denganmu
     Met malam juga.
     Mau tahun baru ini kamu mau kemana?