Mohon tunggu...
Annisa Nurul Fadhilah
Annisa Nurul Fadhilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasisa Sastra Indonesia di Universitas Padjadjaran

Terlahir di warsa 2002 dan kini hidup bahagia di bentala.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Naskah "Aduh" Karya Putu Wijaya dan Absurditas yang Ada

29 Juni 2023   19:23 Diperbarui: 29 Juni 2023   19:29 2422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

h) Pemimpin
“Kelompok itu terpaku. Sesudah berbicara, yang kesurupan mulai lagi menangis pilu. Maju salah satu dari kelompok itu menjadi pemimpin”

i) Perintis
“Salah seorang berlari keluar hendak merintis jalan”

j) Yang Marah
“Salah satu dari kelompok itu maju karena marah. Bicara lamban.”

k) Wakil
“Perintis jalan tak bisa menjawab. Sementara ia berpikir maju satu orang menjadi wakil yang lain.”

l) Yang Satu dan Yang Lain
“Tinggal dua orang masih memegang mayat itu, sebab tak sempat lari. Mereka kebingungan juga tapi justru karena bingung keduanya tak bisa berbuat apa-apa.

Anjing-anjing itu menyalak dengan gaduh. Beberapa lama kemudian mereka
lewat menyalak dengan galak. Kedua orang itu memejamkan matanya.”

m) Yang Makan
Diawali dengan dialog dari Salah Satu yang menawarkan timun: “Kalau begini ada nafsu makan lagi. (Mengeluarkan sebuah mentimun menawarkan pada yang lainnya). Mau? (Tidak ada yang mau. Ia mulai membarut-barut timun itu).”
Ia lalu muncul sebagai Yang Makan setelah narasi berikut,
“Yang lain ketawa meledak. Di tengah ketawa itu yang makan timun menjerit.
Timunnya mental ke depan. Semua kaget.”

n) Pengusut
“Semua takjub. Salah seorang mencoba mengusut.”

Itulah para tokoh di naskah Aduh yang sudah saya analisa. Hal ini menguatkan perkataan Hasanuddin yang sudah saya tulis sebelumnya di awal, bahwa drama absurd tidak memiliki kejelasan mengenai latar, dan juga para tokohnya. Dari keabsurdan yang ada dalam naskah tersebut, kita dapat mengetahui bahwa penokohan ini terjadi berdasarkan kerangka situasi, bukan berdasarkan karakter para tokohnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun