h) Pemimpin
“Kelompok itu terpaku. Sesudah berbicara, yang kesurupan mulai lagi menangis pilu. Maju salah satu dari kelompok itu menjadi pemimpin”
i) Perintis
“Salah seorang berlari keluar hendak merintis jalan”
j) Yang Marah
“Salah satu dari kelompok itu maju karena marah. Bicara lamban.”
k) Wakil
“Perintis jalan tak bisa menjawab. Sementara ia berpikir maju satu orang menjadi wakil yang lain.”
l) Yang Satu dan Yang Lain
“Tinggal dua orang masih memegang mayat itu, sebab tak sempat lari. Mereka kebingungan juga tapi justru karena bingung keduanya tak bisa berbuat apa-apa.
Anjing-anjing itu menyalak dengan gaduh. Beberapa lama kemudian mereka
lewat menyalak dengan galak. Kedua orang itu memejamkan matanya.”
m) Yang Makan
Diawali dengan dialog dari Salah Satu yang menawarkan timun: “Kalau begini ada nafsu makan lagi. (Mengeluarkan sebuah mentimun menawarkan pada yang lainnya). Mau? (Tidak ada yang mau. Ia mulai membarut-barut timun itu).”
Ia lalu muncul sebagai Yang Makan setelah narasi berikut,
“Yang lain ketawa meledak. Di tengah ketawa itu yang makan timun menjerit.
Timunnya mental ke depan. Semua kaget.”
n) Pengusut
“Semua takjub. Salah seorang mencoba mengusut.”
Itulah para tokoh di naskah Aduh yang sudah saya analisa. Hal ini menguatkan perkataan Hasanuddin yang sudah saya tulis sebelumnya di awal, bahwa drama absurd tidak memiliki kejelasan mengenai latar, dan juga para tokohnya. Dari keabsurdan yang ada dalam naskah tersebut, kita dapat mengetahui bahwa penokohan ini terjadi berdasarkan kerangka situasi, bukan berdasarkan karakter para tokohnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H