Mohon tunggu...
Nisa Nurlaela
Nisa Nurlaela Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Undergraduate student

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

6 Jam Kabur ke Solo, Bisa ke Mana Aja Ya?

28 Juni 2023   17:35 Diperbarui: 28 Juni 2023   17:38 719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sungguh indah Kota Solo banyak pemandangan. Pulau hiburan di tepinya Bengawan Kota Solo yang menjadikan kenang-kenangan. Hingga dapat menghilangkan hati sedih dan duka,"

Kalimat di atas merupakan cuplikan lirik lagu Kota Solo yang dipopulerkan oleh Mus Mulyadi pada tahun 1986. Well, meskipun lagu tersebut merupakan lagu lawas, namun bagi saya liriknya masih sangat relate hingga saat ini. Kota Solo punya banyak tempat dan cerita yang dapat menghilangkan sedih dan duka. 

Belum lama ini, saya dan seorang teman melakukan perjalanan dari Yogya ke Solo menggunakan motor dengan waktu tempuh kurang lebih selama dua jam. Namun, jika tidak mau menggunakan kendaraan pribadi ada beberapa pilihan transportasi umum seperti KRL dengan harga tiket Rp8.000, bus dengan kisaran harga Rp20.000--Rp25.000, dan travel dengan harga mulai dari Rp35.000 hingga Rp55.000 per satu kali perjalanan. Perjalanan ini merupakan kali ketiga kami berdua mengunjungi Solo menggunakan motor. 

Selain menghemat biaya, waktu perjalanan dan pilihan tempat yang akan dikunjungi juga jadi lebih fleksibel karena tidak terikat dengan jadwal kendaraan umum. Sebenarnya ada banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi di Solo, tapi karena keterbatasan waktu, kami hanya memilih untuk mengunjungi tiga tempat saja.


Rumah Budaya Kratonan

Walaupun sebenarnya sudah didirikan sejak 2016, kami baru mengetahui tempat ini dari video TikTok. Tempat yang terletak di Jl. Manduro No.6, Kratonan, Surakarta ini merupakan gabungan dari museum, event space, dan kafetaria.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Bagian museumnya berisi sejarah politik Kota Solo, mulai dari saat Solo masih berada di bawah Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) hingga kini sudah mandiri dan berkembang menjadi kota modern. Cerita dari masa ke masa tersebut disajikan dalam ruangan interaktif dengan visual yang berbeda-beda.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Namun, tidak perlu khawatir jika tidak paham dengan informasi yang disajikan, karena selama masuk area museum akan ada panduan dari audio dan pemandu yang secara langsung membimbing pengunjung memasuki tiap-tiap ruangan. Rumah Budaya Kratonan buka setiap Hari Selasa--Minggu dari pukul 08.00 -- 16.00 WIB. Harga tiket masuk bagi masyarakat umum sebesar 15 ribu rupiah, sedangkan mahasiswa hanya dikenai biaya sebesar 10 ribu rupiah. Hari itu, kami menjadi kelompok terakhir yang masuk ke museum, karena berakhirnya waktu kunjungan kami bertepatan dengan waktu tutup museum.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Kampung Batik Kauman

Sambil menunggu matahari tenggelam, kami berkunjung ke Kampung Batik Kauman. Ternyata vibesnya mirip dengan Kotagede di Yogyakarta. Sepanjang jalan banyak berisi bangunan dengan arsitektur kuno yang cocok bagi pecinta fotografi. Penunjuk jalan dan spot foto juga tersebar di beberapa titik. Selain itu, ada juga caf yang dapat dijadikan sebagai tempat istirahat jika sudah lelah berkeliling. Walaupun berada di dalam gang, jalanannya tidak terlalu sempit dan cukup rindang karena sinar matahari terhalang oleh payung-payung yang terpasang di atas. Saran kami, lebih baik mengunjungi Kampung Batik Kauman di sore hari karena suasananya tidak terlalu ramai dan mataharinya sudah tidak terlalu menyengat.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Ketika berkeliling kami bertemu dengan beberapa teman dari Yogyakarta yang ternyata juga sedang berada di Solo. Ternyata mereka ke Solo dengan menggunakan bus, dilanjutkan dengan ojek online untuk berkeliling. Kami sempat bertanya kemana tujuan mereka selanjutnya. Namun, karena ternyata tujuan kami berbeda, akhirnya kami berpisah di Kampung Batik Kauman.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Masih di area Kampung Kauman, kami berdua mampir ke sebuah masjid untuk melaksanakan sholat ashar. Namanya Masjid Sememen, ukurannya tidak terlalu besar namun cukup terlihat mewah di bagian dalam. Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di Kampung Kauman. Pada bagian depan terdapat tiga pintu yang memisahkan area masuk jemaah putra dan putri, di dinding bagian dalam terdapat ukiran-ukiran dan sudah dilapisi marmer. Selain itu, salah satu pemicu kenapa saya menyebut masjid ini cukup mewah ialah adanya lampu chandelier yang cukup besar di bagian tengah langit-langit masjid.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Karena cukup lelah berkeliling dan sudah hampir masuk waktu maghrib, kami memutuskan untuk berhenti lebih lama di Masjid Sememen. Hingga saat adzan berkumandang, mulai banyak orang yang datang untuk melaksanakan sholat maghrib berjamaah. Ketika sholat hendak mulai, ibu jemaah di samping saya tiba-tiba meminjamkan sajadahnya kepada kami yang saat itu memang tidak membawa sajadah. "Maturnuwun, Bu," ucap kami berdua kepada ibu itu sebelum akhirnya sholat dimulai. Usai sholat kami segera mengembalikan sajadah dan kembali mengucapkan terimakasih kepada ibu tersebut lalu melanjutkan perjalanan kami.

Ayam Bakar Depan Gor Wisanggeni

Harusnya agenda kami selanjutnya adalah bermain bowling di Bengawan Sports Center, baru setelahnya mencari tempat untuk makan malam. Tetapi sayangnya kami lupa jika malam itu ialah malam menuju libur tanggal merah. Waktu malam hari juga menjadi pilihan waktu yang digemari orang-orang untuk bermain bowling di Bengawan Sports Center. Bahkan dari parkiran luar sudah terlihat betapa ramainya tempat tersebut. Akhirnya, agenda bowling pun terpaksa dibatalkan dan kami memutuskan untuk langsung mencari tempat makan malam. Sebetulnya saat menuju ke Bengawan Sports Center, aroma bakaran dari tempat makan ini sudah memanggil kami berdua hingga kami refleks mengatakan enak secara bersamaan. Tanpa pikir panjang, kami langsung berputar arah menuju warung ayam bakar sederhana yang ada di pinggir Jl. Hos Cokroaminoto ini.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Tempatnya memang cukup kecil, hanya ada dua bangku panjang dengan meja yang mungkin hanya bisa ditempati empat orang dewasa ada juga area lesehan di bagian luar kedai. Pilihan menu yang disajikan cukup lengkap, mulai dari ayam, lele, bebek, tahu, tempe, dan lain-lain dengan pilihan olahan goreng maupun bakar. Saya memilih lauk ayam bakar dan kol goreng, sedangkan teman saya memilih bebek goreng lengkap dengan nasi dan es teh. Seusai memesan, kami berdua memilih untuk duduk di area lesehan. Selain berada persis di samping jalan besar, letak tempat makan lesehan ini juga cukup dekat dengan rel kereta api, sehingga kami berdua menikmati makan sambil melihat lalu lalang kendaraan dan kereta yang sempat lewat beberapa kali.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Harga makanannya cukup terjangkau, untuk makan berdua kami habis sekitar 34 ribu rupiah. Didukung dengan suasana yang syahdu, tempat ini cukup recommended kalau lapar dan mau mencari tempat makan murah setelah mengunjungi Bengawan Sports Center di malam hari. Tempat ini juga menjadi pemberhentian akhir dari perjalanan "kabur" singkat kami ke Solo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun