Namun, tidak perlu khawatir jika tidak paham dengan informasi yang disajikan, karena selama masuk area museum akan ada panduan dari audio dan pemandu yang secara langsung membimbing pengunjung memasuki tiap-tiap ruangan. Rumah Budaya Kratonan buka setiap Hari Selasa--Minggu dari pukul 08.00 -- 16.00 WIB. Harga tiket masuk bagi masyarakat umum sebesar 15 ribu rupiah, sedangkan mahasiswa hanya dikenai biaya sebesar 10 ribu rupiah. Hari itu, kami menjadi kelompok terakhir yang masuk ke museum, karena berakhirnya waktu kunjungan kami bertepatan dengan waktu tutup museum.
Sambil menunggu matahari tenggelam, kami berkunjung ke Kampung Batik Kauman. Ternyata vibesnya mirip dengan Kotagede di Yogyakarta. Sepanjang jalan banyak berisi bangunan dengan arsitektur kuno yang cocok bagi pecinta fotografi. Penunjuk jalan dan spot foto juga tersebar di beberapa titik. Selain itu, ada juga caf yang dapat dijadikan sebagai tempat istirahat jika sudah lelah berkeliling. Walaupun berada di dalam gang, jalanannya tidak terlalu sempit dan cukup rindang karena sinar matahari terhalang oleh payung-payung yang terpasang di atas. Saran kami, lebih baik mengunjungi Kampung Batik Kauman di sore hari karena suasananya tidak terlalu ramai dan mataharinya sudah tidak terlalu menyengat.
Ketika berkeliling kami bertemu dengan beberapa teman dari Yogyakarta yang ternyata juga sedang berada di Solo. Ternyata mereka ke Solo dengan menggunakan bus, dilanjutkan dengan ojek online untuk berkeliling. Kami sempat bertanya kemana tujuan mereka selanjutnya. Namun, karena ternyata tujuan kami berbeda, akhirnya kami berpisah di Kampung Batik Kauman.
Masih di area Kampung Kauman, kami berdua mampir ke sebuah masjid untuk melaksanakan sholat ashar. Namanya Masjid Sememen, ukurannya tidak terlalu besar namun cukup terlihat mewah di bagian dalam. Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di Kampung Kauman. Pada bagian depan terdapat tiga pintu yang memisahkan area masuk jemaah putra dan putri, di dinding bagian dalam terdapat ukiran-ukiran dan sudah dilapisi marmer. Selain itu, salah satu pemicu kenapa saya menyebut masjid ini cukup mewah ialah adanya lampu chandelier yang cukup besar di bagian tengah langit-langit masjid.